Catatan hari pertama:
——–
Bangun pagi di kamar hotel. Ngulet-ngulet. Ereksi. Berdiri keluar kamar cari kopi.
Di luar sudah pada sarapan temen-temen riding yang lain. Nasi goreng, dadar telor dan mendoan. Saya comot mendoan, dikunyah sambil nyeruput kopi lokal yg kental pahit.
Ngobrol bentar lalu loncat ke shower.
Warning: artikel ini mengcover perjalanan 15 jam, dan pengalaman lintas border, jadi agak sedikit panjang. Semoga berguna bagi yg akan gass Leste juga.
Jam 7 lewat dikit udah siap2 dengan loading di motornya masing2. Tidak lupa bayar kamar hotel yang seharga 250rb rupiah/kamar. Bisa diisi berdua atau sendiri seperti saya. Liat langit, uhuyyyy sunny day mate.
Diberitau orang-orang di hotel kalau jalan menuju border nanti ada pom bensin. Ahh cucok lah itu. Karena sejak jam 8 malam kemarin motor belum diisi lagi.
Hari ini perjalanan akan sangat panjang karena kami harus mengejar keterlambatan berangkat kemarin. Rencana awalnya pagi ini sudah start dari Dili agar malam bisa berhenti di Los Palos.
Atambua menuju perbatasan ada sekitar 30-40 km.
Asli rute perjalanannya selepas bandara Atambua asyik banget. Aspal halus, jalan berkelok di perbukitan membuat darah di pagi jadi hangat dengan adreanaline.
Persis di titik puncak bukit kita disuguhi keindangan pemandangan lepas pantai Timor leste. Cakep banget. Hyutttt berdenyut mengayun motor menari di jalan turunan yg tak kalah asyik dan mulusnya.
Tak terasa kita pun sampai di tikungan terakhir yg 50 meter kemudian border Mota’ain.
WAITTTTT DEMANA POM BENSINNYAH?
Pretttt… bensin tinggal satu bar, dan kita diberitahu di sisi Timor Leste pom bensin lebih jarang.
Terpaksalah pada isi bahan bakar di kios rumahan yang ENTAH MENGAPA banyak banget menjelang border ini.
Saya pasrah saja lihat Er6n diisi bensin premium entah berantah yang disimpan di botol PLASTIK!.
Kita lalupun mengarah ke pos pemeriksaaan. Di border ini ada dua proses: utk immigrasi orang dan beacukai barang/motor. Disarankan bagi teman-teman yang akan bawa motor kesini untuk sudah mengkontak kenalan yang akan membantu proses pengisian formulir dan clearance motor.
Apa saja yang harus disiapkan kalau mau nyebrang perbatasan?
- Kirimkan data STNK, Passport dan SIM via photo. Juga bawa fotokopi ketiganya (dalam satu kertas). Data tersebut akan dipindah ke 4 halaman form yang dibutuhkan oleh border di sisi Timor Leste.
- Siapkan uang $30 untuk visa fee, dan dana sekitar 500 ribu rupiah untuk ini itu proses clearance motor.
- Pastikan data STNK dan motor yang dibawa sesuai. Ingat motor harus ada STNKnya.
Di pos perbatasan Indonesia proses mulus dan mudah. Isi form keberangkatan/kedatangan, antri ke imigrasi, distempel dan off we go. Proses smooth dengan fasilitas pos perbatasan yang tergolong bagus dan bersih.
Setelah beres di sisi Indonesia, kita pun cusss menyeberang di antara ratusan meter no man’s land menuju pos border Timor Leste.
Proses yang lebih lama terjadi di pos Timor Leste.
Setelah mengisi form kedatangan dan deklarasi barang, kita akan diminta untuk men-scan semua barang yang dibawa. Harusnya semua perlengkapan lenong di motor dicopot dan discan ya, tapi pos nampaknya santai saja. Jadi yaaa gitu deh..
Kita menunggu agak lama disini. Terasa lama karena tidak bisa kemana2. Sementara tidak ada kantin atau warteg di dalam kompleks pos perbatasan untuk kita melepas dahaga. Setelah keluar surat jalan, kami harus ke pos pemeriksaan militer yang terletak di sisi kanan gerbang luar pos. Menyerahkan dokumen motor untuk distempel.
Total waktu yang dibutuhkan, pas rombongan saya, sekitar 2 jam.
Ingat Indonesia dan Timor Leste memiliki zona waktu yang berbeda. Timor Leste lebih cepat satu jam. Karenanya sebaiknya memasuki border Indonesia sebelum jam 2 siang kalau membawa motor dan belum dipersiapkan dokumen sebelumnya.
Karena tertahan cukup lama di pos (plus perbedaan zona waktu = 3 jam) dan tidak begitu mengerti kondisi perwarungan di depan, rombongan memutuskan utk rehydrating dan makan di deretan rumah makan di luar pos jaga.
Jangan takut, uang rupiah masih berlaku dg baik disini. Beli minum dan makan juga saya hitung-hitung lebih murah kalau bayar dengan uang rupiah.
Air mineral ukuran 600ml dibayar dengan 10 ribu rupiah dapat 2 botol. Kalau bayar pakai dollar, 1 USD dapat 2 botol. Hmmmmm…aneh.
Kita beres dan siap jalan saat jam sudah menunjukkan pukul setengah 1 siang.. makk… bakal malam lagi nih ujungnya.
GASSSSSS ….
Memasuki 30 menit pertama kawasan Timor Leste, memori saya mengingat betul daerah yang dilewati masih belum banyak perubahan sejak 1999. Ini mungkin salah satu wilayah tertandus dan termiskin di Timor Leste. Rumah-rumah masih menggunakan daun/ranting kering. Dengan tiang listrik gagah beserta kabelnya yang melintas di atas mereka.
Jalanan di Timor Leste dari border Batugade ke Dili ini bisa dibagi tiga kategori:
- Jalanan datar, lurus dan lengang melewati perkampungan. Visibility ke sisi kanan kiri jalan cukup baik, pergerakan ke arah jalan terlihat. Cuma ya ati-ati ada banyak sapi yang entah kenapa kok ya nongkrongnya di tepi jalan. Kan banyak lapangan. Kondisi permukaan jalan di kategori ini relative baik.
- Jalanan perbukitan yang cenderung dalam kondisi pengerjaan/rusak. Beberapa cukup terjal dan berbahaya kalau ditempuh dalam kondisi hujan utk motor non-offroad. Pasir/debunya tebal. Saat saya menuruni perbukitan bisa dirasakan rem belakang kurang memadai; saat ditambah sedikit rem depan pun motor dengan lucunya tetap meluncur dengan kondisi ban mengunci (non ABS). Kalau tanjakan dan sedang berlumpur hati2 aja yak.
- Jalanan datar dengan sedikit elevasi menyusuri pantai. Kondisi umumnya rusak/perbaikan dengan bentuk permukaan masih berbentuk batu dilapisi gravel.
Semakin mendekati Dili, wilayah nampak lebih sejahtera dan kondisi jalan membaik.
Bisa dikatakan rute Border ke Dili kalau dilihat di map sekitar 75% permukaan jalannya oke. 25% sisanya mix dengan beberapa dalam kondisi pembangunan/terbongkar. Hanya 25% tapi karena kondisi rusak berasa lebih.
Pukul 2.30 kita berhenti sebentar untuk refueling dan menambah jumlah air dalam tubuh. Harga bensin di Timor Leste lebih mahal. Sekitar 1.5 Dollar US/liter alias Rp 21.750/liter. Tapi katanya kualitasnya bagus/terjaga dibanding di sisi kita.
Saat berhenti kita sempat ditegur oleh seorang ibu yang baru saja kembali dari ujung timur Timor alias Tutuala dan pulau Jaco. Ibu ini memberikan warning kalau kondisi jalan rusak selepas Dili ke arah timur. Wahhhh…
Jam 3 kita gass lagi dan jam 4 sudah memasuki batas kota Dili. Perubahan banyak sekali di kota ini. Ingatan saya akan Dili adalah kota yang sama sekali berbeda tahun 1999 itu.
Sepanjang jalan menuju tengah kota saat itu masih sepi dan banyak sekali tanah kosong di kanan kiri jalan. Jembatan sungai Comoro yang dulu sempit dan sederhana kini jadi megah dipenuhi kendaraan yang melintas. 19 tahun waktu ternyata membawa banyak perubahan.
Saya sempat dikode oleh teman-teman untuk berhenti di kota Dili saja mengingat infomasi mengenai kondisi jalan yang rusak dari ibu tadi.
Mempertimbangkan jadwal yang sudah mundur untuk mengejar titik ter timur pulau Timor, saya anjurkan untuk coba dulu setengah jalan (ternyata 2/3 kalau dicek di peta) sampai Baucau. Saya takut kita akan tambah ketinggalan jauh dari jadwal.
Rombongan pun lanjut melintasi kota Dili yang benar-benar hidup dan ramai. Jalan halus terbentang luas menyusuri sisi pantai yang dijadikan taman. Dari segi ukuran Dili mungkin sama besar dan ramainya dibandingkan Kupang. Bedanya lalu lintas terlihat lebih sabaran dan rapi.
Keluar kota Dili kita melewati satu bukit tinggi yang memberikan view cantik dengan tikungan yang oke punya. Ke belakang kita melihat profil kota Dili dan background pantai yang indah. Sementara ke depan kita melihat kota kecil Hera dengan lekuk pantai biru dan jajaran perbukitan hijau. Cakep banget dah.
Kurang lebih setengah jam kita meninggalkan Dili masih mendapat jalanan yang relative baik. Setelah itu? Perjuangan dimulai sodara-sodara.
Kami memasuki rute dimana pemerintah Timor Leste memutuskan untuk melakukan pelebaran dan penguatan jalan di atas rute lama secara serempak. Artinya kita menghadapi kombinasi jalanan terbuka dengan pondasi batu yang ditutup dengan pasir dan gravel. Selama 140an km.
Kondisi jalan seperti ini ditambah jenis motor yang road bias (hanya ada satu yg GS1200, lainnya 2 Er6n (pinjaman/milik teman) dan 3 XMax 250 (salah satunya juga pinjaman).
Serba salah, mau digas, motor pinjaman dan spek nya tidak cocok dengan kondisi jalan. Er6n yang dipakai mas Andi malah mengalami persoalan overheat akibat terpaksa jalan pelan + radiator tidak terlalu sehat. Setiap 5 menit motor harus berhenti. Sementara Er6n yang saya pakai semakin sulit starter. Dari yang awalnya hanya bbrp kali harus ditekan, saat itu sdh harus ditekan belasan kali baru engine start.
Kondisi ini menyebabkan perjalanan tidak bisa dikejar sesuai rencana. Saat berhenti istirahat di Vemasse (jarak sih tinggal 25 km lagi dari Baucau, tapi prediksi GPS harus ditempuh dalam waktu 1.5 jam) sekitar jam 7.30 malam, akhirnya diputuskan kita tidak bisa lanjut ke Lospalos, harus menginap di Baucau.
Saya sebelumnya sudah mengechek dengan seorang rekan yang tinggal di Dili, dan diberitahu kondisi jalan mix antara Dili dan Lospalos. Rekan ini ternyata pengguna motor adventure dan sepengetahuan dia, saya bawa Versys.
Pukul 10 malam kami selesai melewati etape terburuk dan masuk ke kota Baucau, langsung menuju hotel yang sempat dipesan mas Andi saat berhenti tadi.
Motor dan biker lumayan tebal ditutup debu sepanjang jalan. Badan juga udah lumayan remeg digojlok jalan rusak ratusan km.
Yang menghibur hati adalah pemandangan yang indah sepanjang tebing pantai utara Timor. Persis seperti rute Great Ocean Road yang terkenal di Victoria, Australia. Percis cis cis.
It has been a long 15 hours ride over mostly open gravel. Good night bro dan sis..
ternyata ada mendoan juga disana 😀
Wkwkwk ada mas
Ada tips touring antar negara gk om?
Dulu kyknya ada cm males mau buka lagi😁
Ada rencana Haji sama istri tp touring..
Doakan terwujud om..
Eh,,yg ini udah ke pos ya?
Wkwkwkk
Ada di pinggiran gunung,susyah signal
aminnnn,,,, yg pasti pastikan visa utk semua negara yg dikunjungi sdh dimiliki.
Ada tips touring antar negara gk om?
Dulu kyknya ada cm males mau buka lagi😁
Ada rencana Haji sama istri tp pake motor dan mampir”..
Doakan terwujud om..
Wih manteb om.. https://lintangcruisers.wordpress.com/2018/07/17/jadwal-race-mxgp-2018-pasca-seri-indonesia/
Mantap reviewnya Om Leo, jadi ingat dulu kecil tiap minggu diajak jalan dari Atambua ke Dili oleh orang tua yg tugas disana kala masih menggunakan RX-King. Akhir2 ini kepikiran mau jalan ke Dili trus lanjut Kupang sambil nostalgia karena besar di Maubara, distrik pinggir pantai yang selalu ngagenin suasana, eh teryata Om Leo sudah jalan duluan xixixix…
Terima kasih infonya bermamfaat sekali.
Jaman dulu jalur Timor Leste mulus mungkin mas ya. Saya tahun 1999 itu bagus banget jalannya
om leo thun 99 saya masih main gundu sambil ngelap ingus pakai lengan baju.. om leo udah menjelajah sampai timor..
salut saya sama om leo
Motor Dengan Mesin Nyeleneh Di Era MotoGP
https://yuuoto.com/2018/07/20/motor-dengan-mesin-nyeleneh-di-era-motogp/
menang tua aja mas wkwkwkwk
Duhh…lg baca seru2 smpe terbw suasana dsana ad gondok,letih,lemas,lesu trus semangat lg ehhh dah D’End aj dipantaiii!!??Lancrotttttkan om Leo!! ^_^
siappppp makasih ya bro
Bikin iri bgt om Leo,,,salah satu dari sekian banyak mimpi untuk bisa melalui rute tersebut touring naek motor…lanjutkan ditunggu cerita nya
Siapp, maaf sambil disambi disertasi
Om leo saya mau nanya, apa semua mesin moge kalau dibawa touring bisa overheat ya kalau harus terpaksa jalan pelan seperti yang om leo bilang? Misal ya sama seperti artikel ini kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk geber motor agak kencang.
tergantung mogenya. pada Er6n harusnya tidak kalau sistem pendinginannya sehat. Er6 saya aman aja. Ada kemungkinan sirkulasi cairan pendingin tidak lancar
serba salah juga ya kalo lewat jalan gravel gitu, mau kenceng takut hilang traksi, mau lambat takut overheat, memang harus motor yg badak macam GS yg bisa lewat track gituan
betul bangett..
Terimakasih om sudah mengobati rasa dahaga kami dengan artikel halan halan, real touring,bukan cuma keliling kota ngabisin bensin ala vloger yang sekarang makin menjamur (sorry to say). Seperti biasa, baca artikel jalan2nya om leo serasa nonton film dokumenter yang asik dan banyak faedahnya.
Siapp makasih supportnya bro
hahahaha ngakak baca openingnya
btw om leo jangan lama2 sih release artikelnya…heheheh
wkwkkw tapi itu beneran lho
baca artikel touring gini dejavu nonton top gear special eps hehehe. lanjutiiiin oom, penasaran oh iya btw bole diselipin kulineran lokal yg unik2 biar tambah pengeeeen!
iya ya kuliner penting juga. cuma kadang kalau pas jalan berhari2 gini, makan sedapatnya lokasi berhenti. Oke next time
ya kalau berenti nya pas warung ind*mie ya gak perlu di post lah om 😀 seluruh dunya sudah tau rasanya sama mie satu itu 😀 😀 😀 khususnya kalau dimakan pas hujan :p
wkwkwkkw alhamdulillah pas jalan di musim kering. kacau banget kalau sampai jalan hancur dan basah
Masuk Timor Leste nggak butuh CPD ya Om?
Carnet maksudnya? engga.
Baca artikel touringnya om leo, berasa ikutan touring jg nih..hehe..keren om. 👍
nahhh makasihh masukannya bro. jadi semangat nulis
kasih tahu spot2 kriminal donk om disana…klo di sumatra ada daerah2 yg ga boleh filewatin malam hari
selama di sisi NTT Indonesia sih aman ya. Di sisi Timor Leste selepas Baucau katanya sebaiknya jangan riding sendiri kalau malam
Awesome! Sambil baca seperti berasa angin lautnya + ban2 roadbias kehilangan traksi😁 mantap.. masih sampe part 3 sepertinya.. jgn lupa pijat&urut bro👍
sampai part 5. cuman krn urusan OTT kalapas sukamiskin ini jadi ketahan dulu nulis utk motor
Er6 memang motor yg tangguh. Ridernya juga tangguh2 👍🏾👍🏾👍🏾
dan ganteng2, kata Raisa
Kalo motor er6n dengan tenaga segitu termasuk overpowered atau underpowered untuk trek disana terutama di jalan gravel?
Dan average konsumsi bbm perliter dapet berapa km om?
overpowered banget, kondisi begini cc 150-250cc juga oke, yang penting suspensi bagus dan velg kuat. Ini tracknya Versys X 250 sebenarnya
spionnya ngeselin gak om 😅
Om leo, sori aga oot, minta opini dong antara gsx r150 ama r15 vva, bingung antara ke 2 motor ini dari segi engine dan handling. Makasih sebelumnya
test ride paling afdol om. jajal duduk, pegang2 raba2, kl bisa ajak muter2 lebih bagus lagi. engine beda basic GSX : DOHC & R15 : SOHC, handling GSX pure sport, R15 agak sport tour, lebih rileks sedikit. inget kata om leo , motor itu suatu keutuhan jd ga bisa di judge dari 1 faktor sj. semoga nemu yg cocok bro
wahhh sudah terjawab semua
thanks bro
dua2nya motor bagus. tinggal soal selera dan harga saja, dan itu subyektif. harus coba dan resapi sendiri bedanya.
Ditunggu lanjutannya om.haturnuhuun