Seperti Apa Pertarungan Motorsport 250cc Multi-silinder di 2018

 

 

Tahun 2018 akan menjadi tahun yang menarik bagi kelas sport 250cc non-single silinder. Baik di Indonesia maupun global. Mengapa? Karena selain ada CBR250RR yang terhitung baru, Indonesia juga akan menjadi ground zero bagi produksi dan peredaran. setidaknya, dua sportbike 250cc baru/revisi.

 

Pada tahun 2018, dari yang saya bisa katakan, persaingan motorsport 250cc tidaklah lagi tentang puncak tenaga. Bisa dikatakan pabrikan PADA tahun 2018 akan SUDAH MENCAPAI TITIK TERTINGGI tenaga yang bisa dipompakan keluar dari mesin 250cc, naturally aspirated. Bisa sih lebih tinggi lagi dengan menanamkan teknologi, konfigurasi mesin atau material yang high end, tapi harganya menjadi tidak masuk akal pada kelasnya.

 

Pabrikan akan menjadikan kompetisi baik di tingkat global (WSBK), regional (ARRC) dan nasional sebagai target. Itu sebabnya motor 2018 akan lebih lagi race-oriented pada spesifikasinya dibandingkan kakak kandungnya yg ada sekarang.

 

Bentuk pertarungan motorsport 250cc di tahun 2018 ada pada tiga aspek: PWR, handling dan harga.

 

PWR (power-to-weight) ratio

Dengan puncak tenaga yang bisa dikatakan sama, pertarungan tahun 2018 terletak pada kemampuan pabrikan melepas motor dengan bobot seringan mungkin. Kita akan melihat selisih bobot, dan PWR, menjadi LEBIH dekat di antara ketiganya.

Mengapa PWR itu penting? Karena itu menentukan performa tenaga sesungguhnya. Baik pada saat berakselerasi dalam lintasan lurus maupun keluar tikungan saat berkompetisi.

Tentu untuk kepentingan race, akan ada penyusutan bobot, tapi angka standardnya akan sangat dekat.

Sobat tentu ingat bagaimana penentuan perubahan bobot bisa terjadi sampai saat-saat terakhir sebelum launching, saya ga usah sebut contohnya.

 

Handling

Sobat akan menemui motor 250cc yang memiliki karakter handling yang akan lebih racy dan rigid. Masih akan ada yg mempertimbangkan long-range comfort, namun komprominya akan sangat jauh berkurang, tidak seperti sekarang ini.

Ini implementasinya beragam. Baik pada chassis, swing arm dan suspensi. Ada yang benar-benar baru. Namun ada juga yang masih menggunakan model lama tapi performanya lebih baik. Telescopic fork misalnya.

 

Harga

Sudahlah mau diomongkan apa lagi. Sudah terbukti di kelas 250cc ini faktor harga masih menjadi pertimbangan penting. Kalau ingin punya motor yang menjadi target para biker 150cc (yang merupakan pasar terbesar saat ini) loncatannya tidak bisa dibuat terlalu jauh. Ini sebabnya di tahun 2018 kita akan melihat tiga motor yang memiliki price range yang lebih rapat jaraknya ketimbang yg ada saat ini.

 

 

Kesimpulan

Penurunan penjualan motor sport 250cc secara total dan fenomena beralihnya minat pasar kepada kelas rally/adventure 250, matic 250, retro dll mensinyalkan setidaknya satu hal penting:

 

Akan ada limit (dan kompromi) terhadap inovasi teknologi yang bisa dibenamkan pabrikan pada sportbike 250ccnya. Motor harus tetap bisa menafkahi dirinya sendiri dalam wholesale pabrikan.

 

Banyak yang mau saya obrolkan lagi tentang persaingan motorsport 250cc di 2018. Tapi ya maaf tunggu waktu peluncuran resmi keduanya ya hehehe..

 

22221647_1475410572555573_5326607612820805198_n.jpg

terpenjara janji

32 thoughts on “Seperti Apa Pertarungan Motorsport 250cc Multi-silinder di 2018

  1. Asal bukan pakai velg & ban cacing buat ngurangi bobot…hehehe.

    Om…di akhir artikel ada yg kurang. ‘Waspadalah…waspadalah’ cocok sama fotonya. wkwk.

  2. Mudah2an nantinya motor bisa makin ringan.

    Tapi kenapa ya Mas Leo, koq kecenderungannya motor makin ke sini makin berat aja.
    Contohnya Tiger awal 125 kg, Tiger akhir 140 kg. Scorpio awal 125 kg, Scorpio akhir 142 kg.

  3. Jos banget Om, artikelnya bikin penasaran. Nanti kalau udah sampe titik maksimalnya, tolong Om bikin pembahasan, motor 250 cc sport multi silinder mana yang bakal (misal) Om ambil sebagai collector item? Hehehehe

  4. Tak tunggu pak.. makin beragamnya genre motor memang akhirnya mengkotak kotakkan biker dan motor itu sendiri. Mau jalan jauh pakai big skutik atau adventure bike.
    Nah, bagi penyuka balap, dengan pertimbangan untuk mejeng dan sesekali menyalurkan hobi cornering di sirkuit misalnya, namun dengan harga yg agak bisa termaafkan, sport fairing 250cc bisa dijadikan pilihan.
    Kira-kira begitu mbah Leo. Aku putumu mbah ๐Ÿ˜‚

  5. Point harga bener banget tuh om, gimana pun juga ini “cuma” kelas 250 cc. Jenjangnya aja jelas ngambil dari eks rider 150 cc

  6. Mantap sekali om..
    Setidaknya saya jadi saksi kejayaan mesin 250cc , karena yg 250cc era 4cyl masa lalu ane belum brojol om.. ๐Ÿ˜€

  7. Wih om jd model tuh kyk om kobay??? ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘. Smngat om moga slalu dberi rezeki dan ksehatan. Amin. ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ™

  8. sing penting 4 silinder
    tp yg aneh kenapa motor 4 silinder 250 cc tahun 90-2000an bisa berbobot 150kg?
    tp ko zaman now 2 silinder 250 cc malah 165kg keatas dengan harga mahal?
    harusnya berkembangnya zaman & teknologi bisa membuat bobot lebih ringan dengan harga lbh murah
    ko jadi dunia terbalik

    • ya klo nengok harga motor dulu kan harus liat nilai inflasi nya bang.. yg skrg kliatan “murah”, jaman dulu kan lbh tinggi nilai nya.. dan menurut opini ane sih ini yaa, pabrikan jaman dulu bikin motor itu tujuan utama nya pride, sedangkan jaman skrg tujuan utamanya lebih ke profit.. jd jangan aneh liat mtr2 jaman skrg kualitasnya di bawah jaman dulu tapi harga nya malah tinggi, apalagi skutik entry level, harga belasan juta tapi kualitasnya……….. gag usah d sebut lg deh..
      dan ini bukan hanya terjadi di bidang otomotif (motor & mobil) saja, tapi hampir di segala bidang.. IMHO

    • material yg digunakan beda jauh um, dulu jmn 4 cyl sisi emosional masih berpengaruh bngt, kl skr lebih ke harga rasional. contoh yg paling mudah terlihat di rangka yg digunakan, dulu pake model twinspar almu, lah sekarang banyak pakai besi.

  9. Yang sama sekali baru R series misalnya
    yang masih pakai teleskopik ya Ninja lah
    harga sangat2 mevet…bersyukurlah yang punya rezeki lebih
    salam sesame budak ponti om..wekekeke

Leave a reply to Widodo Cancel reply