Mengapa Sport 250cc 4 Cylinder Hidup di Dekade 1990an dan Kemudian Mati 10 Tahun Kemudian? Bagaimana Prospeknya di Indonesia?

 

Pencinta motorsport tentu hapal dekade emas 1990an. Di dekade ini sportbike 250cc 4 cylinder lahir. Namun sayangnya kurang lebih sepuluh tahun kemudian genre ini resmi disuntik mati, Mengapa? Apa yang terjadi?

zx2r.jpg

ZX-2R. Photo: Gumtree.co.au

cbr

CBR250RR. Photo: Gumtree.co.au

fzr2

FZR250R. Photo: Gumtree.co.au

gsx.png

GSXR250. Photo: Gumtree.co.au

Oke, pertama-tama, kita bahas dahulu, mengapa genre ini hidup.

Ada dua faktor:

Pertama, pada dekade itu, di Jepang, license untuk untuk memiliki motor ber-cc di atas 250cc (bukan SIM ya) cukup mahal dan sulit didapatkan. Ada barrier atau hambatan yang mirip terjadi di Indonesia saat ini dengan skema pajak PPNBM. Sehingga tercipta kebutuhan di pasar akan adanya motor yang masih 250cc namun memiliki ledakan tenaga lebih. Kemudian hadirlah 250cc 4 silinder. Dengan menurunkan teknologi dari motor 4 silinder ber-cc besar abang-abangnya.

Kedua, pada banyak negara yang memiliki sistem SIM berjenjang, pembatasan masih berdasarkan cc. A1 = 125cc (makanya banyak R125, CBR125 dll). Dan A2 batasannya 250cc. Saat itu tidak melihat ke power-to-weight ratio seperti sekarang. Pokoknya 250cc aja hayukkkk… Ini menyebabkan motor 250cc 4 silinder juga jadi menarik. Karena masih SIM A2, tapi tenaganya gilaaa.

Sayangnya pasar bagi motor-motor ini tergolong terbatas. Negara seperti Jepang dan Australia mengalami periode booming baik dengan grey market (Australia) maupun yang resmi. Di Australia yang masuk melalui ATPM resmi adalah Honda CBR250RR. Sementara pada akhir tahun 1990an, di Malaysia, ZX-2R dimasukkan secara resmi oleh Kawasaki Malaysia.

LALU MAS, mengapa kemudian 250cc 4 Silinder juga mati di pasaran dan akhirnya disuntik mati produksinya?

ALASAN UTAMA: Perubahan regulasi pada penjenjangan SIM tahap 2. Pembatasannya tidak lagi berdasarkan kubikasi 250cc. Namun juga ada batasan Power-to-weight Ratio. Untuk setiap 100kg berat motor, tenaga maksimum yang diperbolehkan adalah 15KW atau 20 HP.

MATILAH motor 250cc 4 cylinder. Wong dengan berat 150an kg tenaga yang didapat sampai 45 HP kokk… itu kan berarti 23 HP jauh lebih tinggi di atas batasan yang ditentukan oleh regulasi. Jadi ga bisa dibeli oleh pemegang SIM A2.

ARTINYA 250cc 4 silinder harus dijual sebagai motor untuk full license (tahap ketiga), bukan tahap A2 (kedua). Lahh ya ga ada yang mau beli.

MENGAPA? karena bagi pemegang SIM full license yang bebas bisa beli motor apa aja, ngapain mereka harus beli CBR250RR kalau bisa beli CBR600RR yang hanya 10% lebih mahal?

Note: CBR250RR pada tahun 1996 dijual di Australia seharga $10,000. Sementara itu CBR600RR hanya di $11,000.

BAGAIMANA PROSPEKNYA DI INDONESIA?

Hidup matinya sebuah produk itu tergantung kebutuhan pasar. Bagaimana barrier/hambatan pasar di Indonesia?

Di Indonesia ambang batas 250cc (terlepas dari powernya) masih sangat penting. Terutama berkaitan dengan pajak dan SIM. Selisih 1cc saja di atas 250cc, pajak melambung 75%.

Motor bergenre sport berkapasitas di atas 250cc yang ada di Indonesia harganya masih berkisar di 150-160 juta rupiah: CBR500R, Ninja 650. Itupun agak sport tourer. Yang benar-benar ber-DNA murni sport bertengger di  harga di atas 270an juta rupiah: R6. ZX6R.

Ada kekosongan harga antara 70 juta sampai 160 juta rupiah disitu. DAn ingat ini market yang kian berkembang.

Dari segi regulasi juga lebih menguntungkan melahirkan kelas 250cc ketimbang di atasnya.

Pertanyaannya: APAKAH DALAM HITUNGAN ATPM  MENDORONG LAHIRNYA KEMBALI KELAS 250CC 4 SILINDER DI INDONESIA CUKUP FEASIBLE?

Bagaimana menurut anda?

 

 

 

 

107 thoughts on “Mengapa Sport 250cc 4 Cylinder Hidup di Dekade 1990an dan Kemudian Mati 10 Tahun Kemudian? Bagaimana Prospeknya di Indonesia?

  1. Bs klo mnrt saya om. Kyknya kmbali ke jaman dlu ini. Krn mgkn skrg lebih bnyk peminat . Aplg 250cc 4 silinder g trmasuk naik cc kn om cuma pnambahan jumlah slinder. Klo untuk bobot skrg mgkn g jd msalah om. Moga2 aj bs trealisasi. Krn kwasaki untuk amunisinya sudah siap. 😊
    Kenalkan om sbelumnya. Saya randy silent readernya om leo. Sama2 SH nya tp junior om. Salam buat om leo smoga makin sukses aj. 😊😊😊

  2. Masyarakat Indonesia sbg konsumen besar motor di Dunia memang sudah selayaknya dapat teknologi terbaik. Pelan tapi pasti Kita udh mulai dapet teknologi macam ABS, keyless, USD untuk motor seharga 25-35 jutaan. Traction control dan riding modes untuk motor 55-60 jutaan. Well, dulu semua fitur itu cm ada di motor berukuran besar dengan harga fantastis. Siapa sangka sekarang masyarakat Indonesia yg lbh “umum” bisa ngerasain semua teknologi macam itu?

    Jadi buat motor 250cc 4 cylinders, Ayo maju projectnya. 100-120 juta sih masih value lah untuk motor powerful yg performance oriented. Ngoprek R25/ninja250/cbr250 sampe ratusan juta aja blm tentu bs dapet power 250cc 4 silinder. Kalopun bisa, durabilitasnya dipertanyakan kan? Kuat dipake harian? Jadi mending yg 4 silinder buatan pabrik skalian deh.

    • betul sekali bro ….
      tetapi apakah kalo kelas 250 sudah di jadikan 4cyl (power 40an HP) apakah line up di atasnya yg cuma 2 cyl tidak terganggu market nya ya?
      Mungkin pabrikan juga memikirkan ini sehingga mereka masih mempertimbangkan untuk me-release (disamping pertimbangan harga tentunnya) CMMIW

  3. Jadi rindu jargon “penak jaman ku toh”, di mna jaman sgitu. qt bisa merasakeun “kegilaan” mesin yg melampaui masa depan. . .

  4. Kalo diindonesia asal harga cocok msti laris. Tp kan pabrikan jualan ga cuma di indonesia. Itu yg membuat enggan menghidupkan 250 cc 4 silinder

Leave a comment