Mengapa Kawasaki Menolak Mengikuti Gaya Permainan Honda Dalam Perang Sport 250cc?

Banyak yang berharap Kawasaki hadir menjadi antitesis Honda saat melaunching New Ninja 250. Berharap Ninja baru hadir dengan USD, berbagai feature elektronik dll pada arah yang dibuat Honda. Namun ternyata Kawasaki punya tarian dan gaya permainan sendiri.

Continue reading

Road Test GPR Exhaust Sportisi + CBR250RR: Tenaga Membengkak 10%

 

Knalpot aftermarket BUKAN HANYA TENTANG suara gahar. Knalpot aftermarket juga adalah tentang bagaimana performa terbaik dari motor bisa dikeluarkan. Dan untuk itu tidak bisa pakai kira-kira. Harus melalui riset. Mencoba memahami karakter mesin. Try and error berjam-jam di atas mesin dyno. Coba lagi. Perfecting. Waktu, biaya dan pikiran.

Continue reading

Knalpot Prospeed Double MF + CBR250RR: A Perfect Couple!

 

Terhitung 977 km saya testing Prospeed Double MF pada Regina. Mulai dari city ride, berlanjut dengan touring sampai ke Madura (918 km). Apa kesannya?

Semenjak bulan Maret 2016, Prospeed sebenarnya sudah riset knalpot untuk CBR250RR, pada unit pre-production. Langsung pada unit real. Hanya saja dengan kondisi tanpa aki, alias motor tidak bisa (tepatnya tidak boleh) nyala. Saya malahan sudah dikasi lihat knalpotnya duluan sebelum release resmi CBR250RR hehee.

Alur dan diameter piping mulai dari header hingga percabangan silencer tentu sudah dikuasai habis. Ga asal belok, karena sudut sekecil apapun bisa memberikan tahanan yang dibutuhkan ataupun dihindari.

Lalu bagaimana hasilnya?

 

Kondisi motor standard, piggyback sudah dicopot, baru saja selesai service pertama dan ganti oli/filter oli.

Continue reading

918 km Menuju Madura Bersama Regina (CBR250RR): Touring Test

Long weekend 3 hari. Saatnya short touring. Sambil lebih memahami bagaimana motor yang track oriented seperti CBR250RR diajak sedikit touring. Iseng banget sih mas? Kenapa tidak? Saya yakin akan ada banyak kesempatan dimana rider CBR250RR mendapat kesempatan touring. Artikel ini semoga bisa memberi gambaran awal.

Continue reading

Hanya Rubah AFR Gunakan PCV Milik Ninja250, Tenaga CBR250RR Naik 1.5 HP

Sabtu kemarin saat nongkrong di Sportisi, salah satu agendanya selain dyno test CBR250RR milik saya, juga aplikasi Power Commander 5 atau dikenal dengan PCV. PCV adalah modul piggyback yang digunakan untuk meningkatkan kinerja pembakaran dengan memberikan input data ke ECU. Nahhh PCV khusus untuk CBR250RR belum diproduksi, lha iya, motornya aja launching perdana di Indonesia. Ini sama ceritanya seperti saat setelah launching R25 dulu dimana Dynojet develop modul PCV nya di Sabina, R25 saya.

https://7leopold7.com/2014/09/20/pemasangan-pc5-dynojet-pada-yamaha-r25/

Continue reading

CBR250RR + Slip-on Exhaust Sportisi VRZero: Kombinasi Tepat. Perkuat Tenaga di RPM Bawah-Menengah.

 

Mungkin pendapat saya bias karena tunggangan harian yg berbeda cc-nya, tapi menurut saya pada RPM menengah CBR250RR kurang padat tenaganya. Bagaimana cara mengakalinya?

 


 

 

Tapi sebelumnya mari kita lihat data real dynotestnya.

compare250

 

Ternyata temuan Dynotest juga menunjukkan pada RPM medium 7000-9000 RPM, tenaga CBR250RR cenderung 1-2 HP dibawah R25. Salah satu cara mengakalinya yang sederhana:

Penggunaan knalpot slip-on dengan volume muffler yang kecil. Pendekatan ini banyak dipakai pada generasi 4 tak untuk mengail tenaga pada putaran bawah dan menengah.

Hanya dalam waktu setengah jam, mas Imam, mekanik andalan Sportisi sudah berhasil membuat adapter pipe slip-on untuk silencer andalan desain Sportisi. Ada dua varian slip-on yang terpasang. Satu yang berdimensi besar, VRX, yang dulu berhasil membuat Sabina, R25 saya meraih tenaga di 33 DK. Serta satu lagi yang berdimensi kecil VRZero.

Artikel kali ini akan membahas VRZeroberdimensi kecil bulat.

 

20161119_171126-001.jpg

 

Dari segi suara, alamak, suara CBR250RR yang kalem berubah jadi lantang merusak keseimbangan emosi lelaki yang mengalami penuaan dini. Roaarrrr roarrrrrr ….. Bikin panas bergejolak hati.

 

Dari segi tampilan, perlu dipoles sedikit. Memang untuk keperluan racing agak masakbodo dengan tampilan. Tapi untuk harian bisa dipercantik sedikit. Baik dari segi bahan maupun tampilan.

 

Sebelum di test kita lihat dulu Dyno Runnya: wuihhh cukup dengan slip-on tenaga naik hampir 0.5 DK. Sebaran tenaga di kurva tengah juga sedikit lebih baik.

 

Okelah the test is in the pudding. Jangan hanya berteori, enak atau engganya harusnya dicoba langsung. Saya gelandang ke jalan. Begitu masuk di gas sejak awal, bedanya langsung terasa. Tenaga tersalur lebih padat dan seketika. Duh biyung….

Karakter suara VRZero terasa konsisten tidak pecah dan nyaman di dengar di teriakan atas.

Lalu lintas padat di sekitar Rawamangun pun lebih mudah disibak. Baik karena hadirin dan hadirat jalan raya tahu/sadar ada raungan motor mendekat. Maupun karena lepasan tenaga di kitiran bawah menengah jadi lebih mengisi.

Honda CBR250RR + Exhaust Sportisi VRZero 1-007.jpg

Karena kepadatan lantas saya tidak bisa merasakan performa pada kitiran atas. Namun untuk stop ’n go, exhaust ini pas banget. Menutupi powerband CBR250RR yang cenderung kurang padat di putaran bawah kalau dengan knalpot standard.

Ini. Ini yang menurut saya karakter yang lebih tepat untuk riding dalam kota. You got the attention. You got the power.

Mengapa Saya Memutuskan Membeli Motor 250cc, kali ini, CBR250RR?

 

Reaksi kaget saya dengar ketika teman-teman pembaca, termasuk rekan blogger lain, tahu saya ikut inden CBR250RR. Apalagi saya memasukkan inden tergolong awal. Fotokopi KTP sudah saya titipkan sebelum saat launching. Dan DP segera dibayar begitu mekanisme online diumumkan. Kenapa mas Leo?

 

img_4265

 

Jawabnya: kenapa tidak?

 

Ini seperti déjà vu. Tahun 2012 dan 2014 saya menulis artikel serupa ketika membeli Ninja250Fi dan R25.

 

Ya itu tahun berapa mas, ngapain lagi mas Leo beli motor 250cc, bukannya sudah pakai ZX10R? 4 silinder 1000cc, kenapa ga move on, move up dan pergi sana?

 

Hehehe…

 

Mengapa 250cc? menurut saya, dengan skema PPN BM seperti sekarang ini, ke depannya 250cc merupakan kelas premium dimana SEMUA pabrikan akan all-out mengeluarkan semua jurus dan reputasinya menghadirkan produk terbaik. Disini battlegroundnya. Flagship? Bukan moge. Brand war tidak terjadi di kelas moge. Akan di 250cc, Lebih sengit daripada yang ada sekarang.

 

Ini adalah kelas intermediary, kelas antara, dimana teknologi dan pendekatan motor kelas 100-200cc, yang merupakan mayoritas pundi uang pabrikan, didefinisikan. Dan sebagai bike enthusiast ini menarik untuk saya ikuti.

 

Motor 250cc standard tidak memberikan hentakan torsi pada level yang saya suka dan butuhkan. Once you go up above 500cc, your heart remains there. TAPI kelas 250cc masih tetap merupakan kelas praktis di kondisi Indonesia. Keseimbangan antara kebutuhan medan, performa, dan nilai ekonomis bertemu.

 

Oke oke, tapi mengapa CBR250RR?

 

Pertanyaan ini diajukan oleh dua teman blogger papan atas saat ngobrol santai di Sentul. Jawaban saya, karena CBR250RR adalah interpretasi (tunggal) Honda Global atas sportbike 250cc. Semua kreasi dan daya upaya Honda curahkan untuk mendefinisikan seperti apa motor sport 250cc yang menyandang nama Honda seharusnya.

 

Untuk bertarung di sportbike 250cc, Kawasaki mengandalkan nama besar dan desain Ninja-nya, Yamaha dengan aura racingnya, bagaimana dengan Honda sendiri?

 

Berbekal pengetahuan teknis dari semua motor sport 250cc yang ada, kecenderungan pasar serta kelebihan dan kekurangan strategi dari para competitor, Honda tentunya memiliki keuntungan dalam menghadirkan CBR250RR.

 

Dan untuk betul-betul mengerti itu saya sendiri, mungkin teman lain berbeda, ga bisa hanya baca brosur atau test ride, harus merasakan sendiri soul sebenarnya dari CBR250RR ini.

 

Salam pelajar!