Ujung-ujungnya review motor baru, pasti sampai ke pertanyaan pamungkas ini: mana yg akan bro/sis beli? Kok beli bukan pilih? Continue reading
Ujung-ujungnya review motor baru, pasti sampai ke pertanyaan pamungkas ini: mana yg akan bro/sis beli? Kok beli bukan pilih? Continue reading
Banyak yang penasaran. Kalau ketiga jawara 250cc ini diadu di jalanan, siapa pemenangnya?
R25 kah? CBR250RR kah? Atau New Ninja 250 si bontot?
Ketiganya mewakili kelas 250cc 2 silinder. Di luar perbandingan statistic dan dyno, apa perbedaan ketiganya di jalan raya?
Di kelas 250cc memang Honda menggunakan style yang berbeda dari yang lain dengan memasangkan knalpot double barrel pada CBR250RR.
Insting pertama pemilik, seperti saya tahun lalu, adalah untuk mengganti knalpot original CBR250RR dengan performance aftermarket, supaya lebih nampol performanya, gagah suaranya dan keren tampilanya.
Namun fenomena lanjutannya ternyata cukup unik. Knalpot original CBR250RR ini ternyata banyak dicari dan memiliki sendiri marketnya yang justru lebih seru rame ketimbang bursa secondnya CBR250RR.
Terima kasih untuk Gerry Salim dan Astra Honda Racing Team (AHRT) yang sudah mengunci gelar juara umum untuk kelas AP250 di gelaran Asia ARRC musim 2017.
Menjadi 7 kali juara race di total 12 race musim ini mendudukkan Gerry pada perolehan point yang cukup aman alias 27 poin di depan Tomoyosi (Honda Japan) dan Anupab (Yamaha Thailand).
Ini pertanyaan yang sepertinya sederhana. Secara asumsi, market harusnya memilih motor dengan feature paling bertenaga dan tercanggih di kelasnya. Tanpa ragu. Saya pun akan seperti itu. Tapi catatan penjualan, di luar periode euphoria selepas launching, menunjukkan logika pembeli sepertinya berbeda.
Sumber yang pernah membocorkan bahwa CBR250RR akan diproduksi di Indonesia dan bukanlah V-Twin (yg adalah keyakinan khayalak saat itu), datang dengan bocoran lain. Honda sedang persiapkan versi 300cc utk CBR0RR. Bahkan diduga kubikasinya lebih tinggi dari itu.
Knalpot aftermarket BUKAN HANYA TENTANG suara gahar. Knalpot aftermarket juga adalah tentang bagaimana performa terbaik dari motor bisa dikeluarkan. Dan untuk itu tidak bisa pakai kira-kira. Harus melalui riset. Mencoba memahami karakter mesin. Try and error berjam-jam di atas mesin dyno. Coba lagi. Perfecting. Waktu, biaya dan pikiran.
Terhitung 977 km saya testing Prospeed Double MF pada Regina. Mulai dari city ride, berlanjut dengan touring sampai ke Madura (918 km). Apa kesannya?
Semenjak bulan Maret 2016, Prospeed sebenarnya sudah riset knalpot untuk CBR250RR, pada unit pre-production. Langsung pada unit real. Hanya saja dengan kondisi tanpa aki, alias motor tidak bisa (tepatnya tidak boleh) nyala. Saya malahan sudah dikasi lihat knalpotnya duluan sebelum release resmi CBR250RR hehee.
Alur dan diameter piping mulai dari header hingga percabangan silencer tentu sudah dikuasai habis. Ga asal belok, karena sudut sekecil apapun bisa memberikan tahanan yang dibutuhkan ataupun dihindari.
Lalu bagaimana hasilnya?
Kondisi motor standard, piggyback sudah dicopot, baru saja selesai service pertama dan ganti oli/filter oli.
Sabtu kemarin saat nongkrong di Sportisi, salah satu agendanya selain dyno test CBR250RR milik saya, juga aplikasi Power Commander 5 atau dikenal dengan PCV. PCV adalah modul piggyback yang digunakan untuk meningkatkan kinerja pembakaran dengan memberikan input data ke ECU. Nahhh PCV khusus untuk CBR250RR belum diproduksi, lha iya, motornya aja launching perdana di Indonesia. Ini sama ceritanya seperti saat setelah launching R25 dulu dimana Dynojet develop modul PCV nya di Sabina, R25 saya.
https://7leopold7.com/2014/09/20/pemasangan-pc5-dynojet-pada-yamaha-r25/