MV Agusta Brutale 1090R: Riding an Italian Masterpiece

Italian Adjective

brutale m, f : rough, brutal

Kata brutal kita gunakan untuk menggambarkan karakter yang liar, kejam dan penuh dengan tenaga.

Hmm mengapa Almarhum Claudio Castiglioni (pendiri Cagiva, penyelamat Ducati dan pemilik MV Agusta) memilih nama Brutale untuk jajaran streetfighter MV Agusta. Why “Brutale”?

claudio_castiglioni_.jpg

Claudio dan Brutale Oro

Saat berdiskusi dengan Bro Yahya – Moto Arte Indonesia dan disodori beberapa pilihan, rasa penasaran itu yang membuat saya spontan menyebut nama Brutale 1090R.

Kebayoran Lama-20131124-01301

First look impression

Sebelum motor seharga 385 juta ini dikirim oleh Moto Arte utk direview, saya sudah membaca beberapa artikel mengenai sejarah, varian dan perbandingan Brutale. Tapi Bro dan Sis, saya tetap tidak bisa melupakan detik pertama menghadapi Brutale di depan mata, saat beradaptasi dengan apa yang saya lihat.

IMG_2443-001

Muscular, kesan bertenaga ini terpancar jelas dari wibawa rangka tubular merah dan tebalnya otot mesin yang terekspos. Beauty, saat mata kita menyusuri perlahan lekuk tanki yang, tidak terlalu besar, namun padat, kemudian pada halusnya permukaan kulit seat dan desain double exhaust yang ya ampun…

Di parkiran, saya menghabiskan kurang lebih sepuluh menit hanya untuk diam memperhatikan dan menikmati bagaimana detil per detil mengalir mulai dari head lamp hingga rear lamp. Sebagai reviewer, saya terhitung jarang melakukan ini, biasanya hanya melihat desain sebuah motor sebagai sebuah satu konsep/tema besar. Z1000 banteng. CB1000R Unicorn. Z800 Commanding Officer.

IMG_2532

Ergonomi

Meskipun secara statistic Brutale 1090R ini cukup tinggi, 830 mm, namun karena joknya ramping, kaki saya (174 cm) bisa menjejak tanah dengan cukup baik. Cukup bersahabat untuk ukuran orang Indonesia.

DSC02417Posisi riding tidak terlalu menunduk, sedikit lebih tegak dibandingkan Ducati Streetfighter S. Memungkinkan kita untuk secara baik melihat, dan dilihat hehehe. Penting juga itu.

Melirik spion..…sudah in-mirror sign lamp (lampu sen nya di kaca spion) bro.. meskipun saya mendapat kesan MV Agusta sepertinya memikirkan kaca spion setelah motornya selesai. Desainnya menurut saya berbeda dengan keseluruhan konsep motor.

Kunci diputar dan saya dengan khidmat menyaksikan electronic display beraksi.

IMG_2501

IMG_2502

ECU melakukan testing fungsi2 utama. Pengecekan selesai dalam waktu 2.5 detik. Komputer mengingatkan bahwa Brutale perlu diservice 1000 KM.

Saya coba melihat pilihan menu. Cukup informatif, namun tombol di dashboardnya sedikit keras. Saya setting traction control di level 0.

Karakter Tenaga

Engine ON… wuehh.. electronic starternya mengesankan. Cukup dengan satu sentuhan ringan, tidak perlu ditahan seperti biasa, computer akan memastikan mesin hidup.

522449_10152133521744158_1133554886_nDan kemudian, dan kemudian, saya mulai mengerti kenapa ia dinamakan Brutale. Meskipun bermesin 4 silinder inline, derumannya berbeda sekali dengan mesin inline four Jepang yang berdesing dan rata interval antar dentuman pembakarannya. Pada Brutale, suara 4 silindernya memiliki karakter yang sangat berbeda. Interval antara pembakaran sepertinya tidak sama/rata, saya tidak mendapatkan data derajat selisih pembakaran dari 4 silindernya. Namun faktor ini ditambah dengan radial valve (valve yang didesain melingkar) memunculkan suara khas yang tidak dimiliki inline four pabrikan lain. Inline four lain saat kita tarik gas cenderung berbunyi Zingggggg, kalau Brutale Vrrrrum…

Kopling, meskipun sudah diperlengkapi bantuan hidrolis dr Nissin, namun tetap keras. Mengindikasikan performa nan sporty. Dan benar, saat kopling dilepas sedikit, Brutale sudah memberontak ingin mendobrak berlari ke depan.

Fullscreen capture 1182014 20732 AM-001

Dan ya ampun, ini mesin memang brutal. 4 silinder yang berkarakter L-twin bertorsi besar. Spontan, menendang sejak putaran gas awal.

Sepanjang perjalanan dari kantor menuju rumah, saya terpaksa harus shift up. Lebih tinggi satu gigi agar mesin tidak terlalu beringas selama menembus kepadatan lalu lintas. Bukan saja utk menjinakkan hentakan pada saat revving up, tapi juga pada saat menutup gas, engine brakenya seperti twin engine, terlalu besar. Buas. Kompresi yang sangat tinggi 13:1, diatas kebanyakan superbike lain, memompa lebih banyak tenaga keluar dari kamar pembakaran.

Handling

Beberapa kali mengendarai Ducati, saya awalnya menduga Brutale juga cenderung stiff dan kaku, terutama di low-medium speed. Saya salah.

Handlingnya ternyata lebih mirip Japanese superbike. Sangat lentur dan nimble. Penasaran, saya menemukan artikel bahwa desainer Brutale 1090, pada saat MVA dimiliki Harley Davidson, merancang brutale dengan ridability (tingkat kemudahan dikendarai) Honda Hornet in mind. Ohhhh pantes saja. Baik pada low speed maupun higher one, Brutale bermanuver ringan. Saat saya bandingkan langsung dengan CB1000R, keturunannya Hornet, tanggal 14 Jan kemarin saya bisa mengerti apa yang dimaksud para desainer tersebut dan kenapa.

IMG_2474

CB1000R penerus Hornet yang menjadi acuan ridability oleh para designer Brutale

Saya kira ada beberapa faktor yang menjelaskan:

  1. Rangka, meskipun tubular, yang dibuat dari high end materials (percayalah waktu saya bilang high end),
  2. Bobot motor yang hanya 183 kg, sebagai perbandingan saja Z800 lebih berat 50 kg,
  3. keuntungan posisi 4 silinder inline yang memungkinkan bobot motor lebih ketengah dan
  4. suspensi yang sangat (sangat) superior.

Urban Aventure

Saat libur tanggal 14 Januari 2014 saya hela Brutale di lintasan Alam Sutra – BSD. Ini seperti melepas harimau ke kandang ayam.IMG_2447

Brutale dengan ringannya revving up.

Hanya dengan putaran kecil di pergelangan tangan kanan, realita dan tempat seakan dijambak, dilempar ke belakang secara brutal. Tanpa perlawanan.

Dengan applikasi Measurement of Acceleration for Android, saya mendapat 0-100 km/jam dalam 3.8 second (official time dg Race Logic = 3.4s). Lebih cepat dari kita bisa mengatakan “tiga koma delapan second”.

Saya tidak berani mencoba top speed Brutale yang secara resmi mencapai angka 265 km/jam. Karena bukan di Sentul. Dan looking back, sebenarnya muncul sedikit rasa menyesal. Tidak banyak kesempatan anda bisa menembus 220 km/jam ke atas dengan kendaran beroda dua *sigh.

Yang saya lakukan adalah berusaha mengetahui kecepatan maksimal pada setiap tingkatan giginya.

Pada gigi 1, Brutale menghantar saya sampai kecepatan 114 km/jam sebelum limiter berkedip di RPM 11.600 dan motor tertahan.

Pada gigi 2, saya dilesatkan sampai kecepatan 158 km/jam —- nah ini jawaban kuisnya.

Fullscreen capture 1162014 112105 PM

Pada gigi 3, saya tidak bisa menyelesaikan sampai limiter 11.600 RPM krn lintasan sudah habis. Kecepatan terakhir menyentuh genap angka 180 km/jam saat RPM menjelang 10.000.

Memasuki rangkaian tikungan berkecepatan sedang-tinggi di sekitar Mall @Alam Sutra, saya awalnya underestimate. “Hei, kalem saja, ini adalah naked bike, yang berstang tegak.” Tapi sekali lagi saya salah, Brutale menangani cornering dengan kemampuan setingkat kelas sport. Peralihan dari upright menuju leaning angle berjalan spontan dan halus seperti cinta pada pandangan pertama. Seketika, tanpa harus dikoreksi. Dijaga suspensi Marzoochi dan karet bundar Pirelli, Brutale secara confident melalap mentah perputaran arah.

Fullscreen capture 1182014 55000 PM

Dari review ini Brutale 1090R menurut saya adalah urban adventure bike: kendaraan yang didesain untuk menikmati setting urban dari atas motor. The best in its class. Baik dari gaya riding, fashion style, kompresi mesinnya yang tinggi (touring ga cocok dong), dan daya jelajah dengan tangki yang ada (setiap 200 km menjelang habis atau 10-11 km/liter). Apakah tidak bisa untuk touring, oh tentu saja bisa, sama bisanya dengan mengenakan stelan jas Armani untuk blusukan ke pasar pagi.

Pros :

  • Excessive power, seriously
  • Handling easily beats other Italian bikes, anytime
  • Exquisite design

Cons :

  • Sulit utk merubah traction control setting
  • Footpeg terlalu pendek, melelahkan untuk riding diatas satu jam
  • Sebaiknya menggunakan celana riding atau boots, hembusan panas pada kaki kanan luar biasa

Final Conclusion

MV Agusta berusaha mendapatkan keunggulan dari dua pendekatan pada Brutale. Karakter tenaga motor-motor Italia yang keras dan keindahan desain PLUS ridability yang bersahabat.

And MV Agusta has done a very good job.

Brutale 1090 R memberikan kesempatan bagi mereka yang mencintai style dan prestige Italy untuk bisa mengendarai superbike dengan handling yang bersahabat. Tidak perlu lagi riding 2 jam, lalu pegelnya 2 hari hehehe.

Di sisi yang berbeda, bagi kubu pencinta kecepatan namun sudah jenuh dengan desain sport Jepang, power puncak 4 silinder dengan responsiveness 2 silinder yang dimiliki Brutale 1090R adalah pilihan yang perlu secara serius dipikirkan.

Apabila saya mencari tiga hal penting diatas (power, style dan handling), saya akan kesulitan menemukan alasan untuk tidak memilih Brutale 1090R

Catatan saja. Anda bisa membeli MV Agusta bike, but you don’t own the bike.

It’s the bike who actually owns you.

IMG_2549

Terima kasih kepada Moto Arte Indonesia dan Bro Yahya yang sudah dengan hangat memberi kesempatan melakukan review. Juga mbak Rifka yang telah memfasilitasi prosesnya. Sukses selalu utk MV Agusta.