Kebiasaan menggunakan pawang hujan itu sdh praktek lama di negara kita dan negara tetangga. Acara resmi kenegaraan, acara komersial, acara sosial semua jamak menggunakan jasa pawang hujan. Tapi kenapa yang diatraksikan terbuka di Mandalika jadi heboh?
Wawancara mendalam Jakarta Post terhadap praktek mengusir hujan memperlihatkan umumnya para pawang harus melakukan ritual keagamaan seperti berpuasa, berdzikir 1000 kali, dan laku lain mengikuti agama atau kebudayaan setempat. Mereka juga mensyaratkan panitia untuk menjaga sikap atau kata-kata selama event berlangsung.
LALU, apa yang berbeda dengan praktek pawang hujan di Mandalika?
Kalau praktek umumnya selama ini, kita tidak lihat ada pawang hujan, hujan tidak turun, meskipun cuacanya panas aneh.
Hanya sekali saya lihat pawang hujan di satu lokasi acara di Kalimantan, dia diam di sudut tidak banyak bicara.
Sementara di Mandalika, pawang hujan seperti sudah jadi atraksi tambahan dari balapan. Bahkan terkadang atraksi utama sepertinya. Mulai dari ritual doa, sesajen, kemudian wawancara dan liputan penuh dari media membuat “rain shaman” alias “pawang hujan” jadi viral di jagad maya.
Ini semua berpuncak pada moment balapan yang diguyur hujan.

Pawang melakukan ritual terbuka di pitlane, di depan tatapan kamera media seluruh dunia, penonton dan pembalap. *sebenarnya di sisi belakang paddock di Mandalika itu juga ada area terbuka panjang dimana ritual bisa dilakukan dengan lebih khusuk dan tertutup
Menurut saya, ya itu mungkin ritual yang memang harus dijalani oleh Pawang.
Tapi karena terbuka dan disiarkan seluruh dunia, tentu ada manfaat dan risiko yang didapat.
Manfaat: jadi salah satu sumber hiburan/atraksi, pengisi waktu selama menunggu hujan reda. Bisa juga sebagai sarana mempromosikan budaya lokal.
Risiko: reaksi penonton melihat ritual yang biasanya tertutup, dilakukan begitu terbuka bisa jadi sangat beragam. Ada yang terhibur, ada yg menjadikan bahan mocking/ledekan, ada juga yang mengkaitkan dengan meluasnya praktek klenik.
Apakah yang bereaksi negatif ini tidak percaya atau selama ini tidak pernah diuntungkan dengan praktek pawang hujan? TIDAK. Para pembalap selama ini tahu dan ikut terbantu dengan praktek rain shaman, begitu juga penonton Indonesia.
Jadi kalau melebar kemana-mana, ya itu resiko dari publisitas ritual.
Berani diekspose terbuka, ya harus siap bolanya mental kemana-mana.
Saya sendiri sih lebih prefer praktek berdoa/berharap menunda hujan ini dilakukan dalam diam,dan tafakur. seperti inti dasar dari berdoa ya. Komunikasi kita kepada yang Maha Mengatur. Meminta kemurahan hati Allah memberikan yang kita minta. Sembari kita menjaga sikap dan perkataan kita.