Belakangan menguat keberatan di timline media sosial ataupun whatsapp group tentang kelakukan sebagian pesepeda yang memperlakukan badan jalan seperti ruang tamu: buat ngobrol santai sembari bergerombol.
Fenomena apakah ini?

Nusadaily.com
Nampaknya kejenuhan netijen utk diam di rumah selama Covid seperti dikompensasikan dengan bersepeda di jalanan. Angka penjualan sepeda selama masa Covid naik hampir dua kali lipat. Saya yang memang demen sepeda, bro-sis bisa lihat di timeline saya sejak di Australia, bisa merasakan penambahan volume pesepeda di saat akhir pekan.
Sebelumnya kalau di jalan raya yang sering kita liat dalam grup adalah para pesepeda serius dengan roadbike yang melaju segaris dan cepat. Atau goweser MTB yang keluar masuk kampung menyapa penduduk sambil cari sarapan lokal yang sedap. Atau pesepeda seli dalam jumlah kecil yang jalan santai sekeluarga (walau jumlah yang ini ga sebanyak dua yg pertama).
Nah belakangan grup-grup bersepeda dalam jumlah besar baik yang campuran ataupun berdasarkan jenis/merk sepeda bermunculan di jalan raya. Mereka mungkin sebelumnya lebih terbisa di area terbatas (car free day/muter stadion/tempat lain), namun karena hype ataupun lokasi area terbatas jauh, mulai menyemuti jalan raya.
Saya senang saja, dapat banyak teman di jalan.
Namun ada sebagian pesepeda yang menurut saya cara bawa sepedanya yang tidak menyesuaikan kondisi di jalan raya:
- bergerombol, lebih dari 1 bahkan 2 garis. Asli sampai bertumpuk 3 dan 4 berjalan sejajar sambil ngobrol santai. Menyulitkan dan membahayakan pesepeda lain yang akan menyalip atau lalu lintas jalan raya. Kalau di area terbatas CFD menurut saya tidak terlalu masalah.
- kecepatan pelan tapi tidak dengan arah yang lurus/bisa diperkirakan. Ini membuat kita yang akan menyalip harus memberi jarak aman yang cukup, padahal di zona jalan kita berbagi juga dengan pengguna yang lain
Menurut saya jumlah pesepeda yang tidak paham etika bersepeda/berlalulintas dengan aman ini kalau dihitung persentase tidaklah banyak. Namun perilaku itu, karena mengganggu dan menjengkelkan, jadi terlihat menonjol dan tergeneralisasikan ke semua pesepeda.
Di sisi lain, perilaku tersebut jika tidak dikontrol bisa meluas mempengaruhi kebiasaan pesepeda baru yang muncul. “Ah it is okay kok. Selama ini. Santuy aja brur”.
Kampanye dan kesadaran safety riding di jalan raya perlu dilakukan. Baik oleh diri sendiri ataupun secara simpatik oleh pengampu kebijakan dengan mobile patrol dan toa setiap kali bertemu gerombolan sepeda yang membahayakan penggunaan jalan.
Dalam teori deviance di kriminologi, saya masih yakin ini soal kebiasaan saja yang bisa diubah. Jangan sampai untuk sehatnya kita, keselamatan pengguna jalan lain atau kita sendiri terancam.
Fenomena yang sering sekali saya temui sejak dulu adalah banyaknya kendaraan tidak bermotor (terutama sepeda dan becak) yang menerobos APILL/traffic light. Hal yang saya rasa berbahaya, tapi selalu dianggap lumrah. Apakah sebetulnya APILL dan peraturan-peraturan jalan raya lainnya berlaku hanya untuk kendaraan bermotor atau seluruh pengguna jalan ya om Leo?
Aturan lalu lintas berlaku utk semua pengguna jalan termasuk yg berjalan kaki mas mengikuti rambu
Padahal banyak tuh pesepeda terobos APILL,terus berhenti ditengah persimpangan, sepertinya mmg sengaja bukan karena ga tau. Tapi saya liat grup” serius roadbike yg selama ini saya temui juga begitu, bukan hny semenjak pandemi ini. Mereka tinggal ting tong ting tong berasa yg punya jalan, saya kira krn mereka sedang ada event jadi boleh terobos lampu..padahal jumlah nya vm 4-6 orang
Dago atas Bandung juga sama. Hidupkan kembali pajak buat sepeda harusnya.
Salah satu caranya
https://wartakota.tribunnews.com/2020/06/29/pajak-sepeda-bakal-dipungut-kemenhub-buka-wacana-pesepeda-bayar-pajak
pesepeda jaman sekarang banyak yg tidak tertib….hanya sekedar memamerkan sepedanya.
beli mahal2 jarang dipake….sekali dipake kelakuannya minta ampun
iya ini soal etika. sebenarnya pesepeda dengan harga manapun potensi masalah etika sama
Fenomena yg nggak beda jauh dikampung saya inih
Mah
…… Sepeda mahal mahal sekali itu kena pajak barang mewah ngk ya?……. Lg musim pamer di jalan jalan dgn kostum atlit/ badut bergerombol mirip kawanan hyne ngekapling jalan jalan , paling sebel jk pas pintu gang atau belokan berderet deret nongkrong …..lg musimnya
Saat beli kan adh kena PPN BM
Wah saya pernah hampir ditabrak pesepeda pas mau nyebrang, kendaraan lain udah berhenti kasih jalan eh dia doang kagak mana jalannya kenceng pula
berasa ngayuhnya lagi pegel kali hhehe. memang pesepeda baru masih belajar etika bersepeda
puyeng kalo lihat yg bgeini om. ditegur malah lebih galak krn ramean. gw jg gowes jd kurleb tahu lah aturan2nya. Kurang ngerti jg yg demen gowes siang / malem rame2 pula. bukannya udaranya ga bagus? jd gowes sehat apa gowes exis? gw sndiri gowes (solo) pagi2 buta ketika udara msh segar dan jalanan sepi. jam 8 dah sampe rumah lagi
nahh toss mas
Perlu aparat turun tangan dlm sosialisasi etika dijalan krn mulai banyak yg “baru” mulai ikut meramaikan jalan raya dgn sepeda nya dan perlu dibentuk etika yg mereka blm paham. Selama ini hanya diwakilkan dgn kun dan tali, itupun hanya dijalan besar.
Tempo hari mobil disebelah saya sampai ngerem dadak krn ada rombongan pesepeda yg salah satu nya dgn sengaja bercanda mendorong teman nya kearah depan mobil hingga terjatuh dan setelah itu teman yg jatuh menggerutu ntah apa tapi yg dorong hanya hahahihi…
Ada juga rombongan yg naik keatas jalur fly over casablanca, sy kurang paham apakan itu diperbolehkan, setau saya motor dilarang dan mobil yg melintas disana umum nya relatif cukup kencang jd sangat membahayakan.
Budaya bersepeda yg sedang bertumbuh harus dikembangkan, ini baik untuk kota kita. Perlu campur tangan pemerintah untuk mengarahkan budaya berlalu lintas untuk pesepeda yg baru mulai. Kalo sy pribadi tidak setuju pajak untuk sepeda.
etika masih jadi PR memang