Harga Honda ADV 150 Kemahalan atau Sudah Pas? Ini Perhitungan saya

Ada temen deket yang mengkritik review saya atas Honda ADV150. Menurutnya saya tidak tegas berpendapat tentang harga ADV 15, a kemahalan atau overprice. “Bro jangan krn diundang lalu jadi ga enak dong”.  Saya jawab pake artikel aja ya.

IMG_7367

Di dalam artikel, di bagian yang membahas harga, saya menulis begini:

Bagaimana dengan harganya mas?

Well, it’s a Honda. Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual dan anda dapatkan sebagai pemilik ADV.

Jadi begini sob,

Setiap produsen punya struktur biaya (cost structure) yang berbeda-beda komponen dan besarannya yang dibebankan pada harga produk yang dijual.

Ada biaya yang sifatnya berubah/variable cost tergantung produknya seperti:

  • biaya materials/parts vendor
  • upah buruh yg langsung mengerjakan produk
  • biaya riset dan desain produk tersebut
  • biaya marketing dan promosi
  • biaya lain-lain

Selain itu juga ada yang namanya Fix Cost, atau biaya tetap. Biaya muncul karena corporate beroperasi di Indonesia dan dibebankan dan disebarkan kepada setiap product, seperti:

  • Manufacturing overhead. Semakin besar/jumlah plant semakin tinggi.
  • Administrative overhead. Semakin besar organisasi semakin tinggi.
  • Customer service, community support and media relation overhead
  • Taxes, legal cost and other “cost of doing business” di Indonesia (bahasanya saya haluskan)
  • Branding and market acquisition (penguasaan market dan brand)

Masing-masing perusahaan penamaan komponen biayanya bisa saja berbeda, tapi kurang lebih unsurnya sama.

Jadi jelas ya, motor yang bro beli itu tidak hanya sekedar biaya produksi, ada banyak komponen lain yang dikenakan tentunya plus profit margin.

DAN ITU KITA BARU BICARA FAKTOR OBYEKTIF dari sebuah harga. FAKTOR SUBYEKTIF tidak kalah penting.

Faktor subyektif itu apa?

  • Kemampuan (purchasing power) calon pembeli
  • kebutuhan akan tipe product
  • Mindset/proud pasar terhadap product/brand

Mindset terhadap product/brand adalah faktor yang tidak kalah penting.

Ini berlaku pada semua kelas, dengan teknik yang berbeda-beda. Untuk entry level, image irit dan ekonomis sangat penting, mid level soal gaya dan identitas menguat. di level atas, being exclusive itu penting bgt.

Dan AHM memilih strategi investasi yang besar, terbesar dibandingkan pesaingnya, pada marketing/branding untuk mempengaruhi mindset pasar atas semua productnya.

Jadi kalau terasa kemahalan, ya engga apa-apa. Mungkin bro/sis bukan market yang ditargetkan oleh AHM. Lemesin aja, jangan ngempet.

Pilihan anda untuk membeli atau tidak membeli adalah bentuk interaksi sempurna antara market dan produsen yang menentukan future product dan pricing.

Semoga membantu mencerahkan.

 

 

 

 

 

 

46 thoughts on “Harga Honda ADV 150 Kemahalan atau Sudah Pas? Ini Perhitungan saya

    • Yang mahal itu “persepsi” konsumen Honda terhadap merk itu.

      Dan memang image itu dibangun puluhan tahun. Dari mulai persepsi irit BBM, makin panas makin bertenaga, dsb. Dan mungkin ada betulnya saat motor itu diproduksi oleh Federal Motor. Sedangkan filosofi Astra beda, mereka akan berusaha meminimkan cost, apa2 saja bahan / cost yg bisa dikurangi tapi motor masih bisa jalan, dsb. Karena penghematan seribu – sepuluh ribu rupiah dikali sejuta motor yg diproduksi sudah berapa rupiah keuntungan yg dihasilkan?

      Dan konsumen sendiri juga bermacam2, ada yg brand oriented ada yg rasional. Dan mereka2 yg berorientasi best value atau juga mutu mungkin akan mencari motor yg terbaik tanpa memandang merk sebagai faktor utama.

  1. Para pembaca setia blog2 motor Indonesia harusnya udah paham, semakin gencar promosi pabrikan, pasti harga produk akan semakin melambung. Atau kasarnya, konsumen juga ikut membayar biaya iklan hehehe..

  2. Ane trmasuk kaum mnding om, dg harga sgitu lbih cnderung cari mobkas layak buat kluarga.tinggal nambah dikit.syukuri yg kita punya,udah ada 3c1,ma v150…g ngoyo…lagi…

    • bener jg sih, duit segitu emang mending mobkas, sukur2 tambahin 500jt dpt alphard kondisi bagus

    • namanya juga hidup, ada prioritasnya bro, kalo motor yang sudah ada “masih” cukup utk melayani hasrat dan hobi, ya “kaum mending” ini gakpapa, karena masih ada kebutuhan lain yang jadi prioritasnya. 👍🏼

    • Ya mmg GA BELI. emang tiap ada artikel motor baru harus beli??Yg bener ya kaum mending,ga harus beli tiap kluar motor baru

  3. Jujur panjang lebar baca artikel om Leo ini, menurut saya intinya cuma satu dan sangat sederhana, kalau merasa mahal, ya sudah tidak usah beli karena kemungkinan anda bukan pasar yang jadi sasaran produk tersebut, begitu pula sebaliknya.

    Atau mungkin sekarang dana belum siap, dan tetap ingin produk itu, ya harus sabar menabung atau tunggu ada unit ready karena pemilik sebelumnya tidak sanggup lagi bayar cicilan wkwk.

  4. Murah – mahal itu relatif, tergantung isi kantong ya om wkwkwkwkwk… Selama isi kantong unlimited semua akan terasa murah. Tp begitu kantong kering, nasi kucing akan terasa mahal 😁😁😁

  5. Tapi mungkin gak om, kalau misalnya produsen sudah ‘terlanjur’ kasih harga yang terlalu tinggi dibandingkan ‘nilai’ produk itu sendiri dan produk+produk daru kompetitor tentunya, sehingga dianggap overpriced dan akhirnya mulai ditinggalkan konsumen (dan bahkan si produsen itu sendiri). Ambil contoh, MegaPro 160 yang pada (akhir) masa nya dijual lebih mahal (cmiiw) dibandingkan vixion yang secara ‘nilai’ produknya dipercaya lebih tinggi, sampai akhirnya produsen took the hard way dengan cara discontinue produk dan menggantinya dengan NMP yang secara ‘nilai’ produknya dianggap lebih baik dengan harga LEBIH MURAH dibanding pendahulunya. Poin saya adalah, lepas dari ‘kasus’ ADV, adakah kemungkinan produsen terlalu percaya diri dengan kasih harga di atas ‘nilai’ dari produk itu sendiri? Ini hanya opini berdasarkan analisis dangkal om, mohon pencerahannya.

    • mungkin aja.. makanya kan ada faktor subyektif (yakni mindset/proud). pastinya sebagai produsen kalau memang bisa untung besar selama tidak ada kompetitor, why not?

      hal yang sama terjadi ketika jaman gl-pro vs rx-king. kira² secara cost produksi lebih besar mana? secara jumlah komponen saja kita sudah tahu mana yang lebih mahal biaya produksinya, tapi kenapa harga jualnya ga beda jauh? (not to mention biaya operasional AHM vs YIMM). disinilah faktor subyektif berperan. contoh lain ya si W175 itu tuh.

    • Case Vixion itu beda om, ymh saat itu sedang bangun brand, msh kalah sama Suzuki saat itu, makanya vixion dijual lebih murah,

    • Kawasaki Z250SL dan Ninja SL juga gt kan kasusnya, overprice justru malah disaat momen yg seharusnya bisa jadi ajang panen jualan buat KMI, waktu itu masih ada embel2 pengganti Ninja 150 dan Ninja RR tidak bisa dimanfaatkan dgn tepat oleh KMI, publik berharapnya saat itu harga lebih murah,jadinya ya sampai Z250SL discontinue gak pernah menyentuh peak performancenya, Ninja SL pun mungkin skrg cuma buat pelengkap line up aj buat KMI

  6. Ingat, membangun brand image itu butuh waktu dan biaya besar.

    Yamaha msh lakukan mudik gratis? Ngak kan.

    Itu contoh membangun brand image utk kelas irit.

    Kelas atas middle, adakan fun race.

    Kelas atas, touring ke luar negeri.

    Itu semua butuh biaya.

    So, tidak gratisan, ada sedikit gratisannya.

    Tinggal gimana cara pabrikan mengkomprikan anntara kualiatas dan keuntungan serta kesinambungan konsumen dan pabrikan.

    • Para konsumen yg dibebani foya” reviewers dan motor “gratis” buat mereka. Diatas kertas semua yg ada diartikel ini saya kira tiap pabrikan mirip” pengeluarannya,yg membedakan adalag biaya buat artis mereka. Toh motor sekarang satu mesin dijadikan bbrp motor sbg diferensiasi,yg membedakan cm body segala printilan dan acesoris tetep aja sama. Jadi bisa lebih banyak menggali keuntungan disini. Semakin banyak part yg dibuat semakin irit biayanya. Apalagi body dan finishing yg kaleng” dibanding sebelah,ya produsen lebih dalam untuk menggali emas dg mengatas namakan brand image,bahasa alusnya ya ttp aja membodohi konsumen

  7. Kan jelas intinya,

    Anda termasuk dikelas mana dari target AHM?

    Kalu merasa tidak masuk dari ke 3 target AHM, Yach pasti beli brand lain.
    Simple.

    Konsumen punya cara pandang sendiri sendiri dalam memilih produk, walu keterikatn emosional dan kenyamanan memakai brand itu pasti ada.

  8. #IMHO, yg komen harga kemahalan ada beberapa kemungkinan sumbernya :
    1. Jelas dari fansboy/sales pabrikan lain yg merasa tersaingi sehingga “menggiring” opini yg tujuannya menjatuhkan produk yg “kemahalan” tersebut.
    2. Dari fansboy/konsumen Honda atau yg beneran konsumer (cuma beberapa sih, gak banyak), yaitu sebenernya pengin ADV tp merasa kemahalan.

    Nah yang mau saya bicarakan yg no 2, intinya apakah AHM consern sama mereka2 yg (maaf) kaum mending tp pengin motor ADV ? Bisa kah Honda bikin ADV versi pahe basic mesin Vario 125 atau malahan 110cc macam Honda Remix Concept dengan harga terjangkau ? Honda Beat Street aja tidak cukup, kadang konsumen pengin lebih dari itu.
    .
    Maaf ya om, ini hanyalah opini liar yg terlintas dipikiran saya setelah baca artikel ini 😄

  9. Nah kalo yang sport yamaha baru rilis gimana tuh ,yang retro, kok bisa tinggi sekali, kawasaki ngeluarin retro harganya juga tinggi, secara xsr fitur beda dikit sama vixion advance, jangan jangan honda ngeluarin retronya bisa 40 juta.

  10. Jawaban yang “jjlebb..” dari Om Leo. Cerdaazz. Walau bagaimana brand image tentu juga sangat berpengaruh, saya beli tupat sayur 10rebu tapi packing pake paper bag SOGO masih terlihat lebih waw drpd beli jeans 300rb tapi pake plastik kresek mangga dua xixixixi…(bila dilihat n sama2 nggak tau isinya) CMIIW

  11. “Pilihan anda untuk membeli atau tidak membeli adalah bentuk interaksi sempurna antara market dan produsen yang menentukan future product dan pricing.” Ane suka nih kata-katanya. Mantap pak Leo

  12. Kemahalan kalau gak laku yg rugi ya produsen sendiri. Kalau ada produk pesaing di segmen yg sama lebih baik kualitas dengan harga lebih murah ya konsumen ada pilihan. Kalau gak ya seperti yg dibilang, mungkin bukan target market. Kalau ane lebih pinter mungkin bikin sendiri motor yg ane suka ehehehe

  13. Taxes, legal cost and other “cost of doing business” di Indonesia (bahasanya saya haluskan)

    “cost of doing business”
    bahasa kasarnya “jatah preman” bukan om… hehe

  14. Punya uang 36 juta you bisa beli ADV 150, Tapi dengan harga lebih muran 10 juta Anda bisa beli Aerox 155 dengan spek mesin yang lebih powerfull dari ADV, desain gak kalah macho, dan fitur beda-beda tifis. Kayaknya sih… cuma yang brand minded, kelebihan duit, atau offroad mania yang mau beli ADV. 3 segmen ini mungkin yang disasar AHM.

    • Ane juga kaum mending2 om. Kalo ada duitnya sih mending mending x-adventure sekalian. Tp, karena belom ada duit segitu jadinya beli mio seken aja tinggal ganti ban tahu beres dah. Wkwkwk

    • Masalah nya yg di incer pengguna ADV tu suspensi dan ground clearance yang panjang, rem cakram depan belakang, wide handlebar, riding position, dan gak ngincer kenceng juga toh ya kalo untuk harian yg pentung tu torsi dan bisa di akali dengan beberapa part yang harga nya masi terjangkau…. Saya sendiri pernah pake VVA nya vixion R, saat VVA aktif memang nafas jadi panjang. Tpi kok tenaga rasanya lambat naik nya

    • Brand itu pasti ada harganya om, dan

      Sama spt brand brand yg lain, siapa yg image brand nya kuat, pastilah harga lebih mahal, walu kualitas sedikit dibawah sedikit.

    • klw dah oh lins ya satuan , X ….klw showa borongan di itung kiloan gitu bro ….. barang mahal tuh buat yg mending 2x ….beli pcx n adv itu beli image iklan presepsi ya mirip Vespa tp salah reposisi di segman khusus to berjamah ….

  15. Intinya om leo … Kalo bukan target market nya ngahaem ga usah maksa yaa ,pake bilang kemahalan atau operpret … Ga ada yg mahal ,cuma kamu aja yg missqueen … Begitu kira2 ya om pesan tersirat di artikel 😁😁😁😁😁😁😁

  16. Mumpung bahas harga motor nih om, honda = harga+brand. Kayak ny kok g berlaku di sekenan cbr 250rr ya om, harga seken ny ancur2 an loh, masih stabil harga seken ninin. Kira2 krn apa ini om penyebab ny? Apa gara2 cbr black fredom yg 50jtan itu. Bahas sekalian artikel dong om

Leave a reply to Raffardhan Cancel reply