Sejak pertama kali melihat penampakan Honda ADV, saya sudah penasaran.
Apakah handling dan performanya se-oke tampilannnya?
Fucuk dicinta ulam pun tiba ketika satu bulan lalu dihubungi AHM untuk ikut Honda Bikers Day dan test ride ADV. Ini bukan tawaran pertama kali dari AHM tapi posisi di Australia menyebabkan saya selalu berhalangan. Ndilalah kali ini bisa.
Saya pun mengiyakan tawaran mas Gilang dari AHM.
Hari H tiba.
Pagi-pagi saat masih remang saya cek ke tempat parkir. Saya dijatah mendapat motor nomer 7. Lucky number! Motor asli masih kinyis-kinyis dan baru. Tempat duduk saja masih terbungkus plastic.
Motor yang saya dapat berwarna grey/abu-abu, dan non-ABS. Menarik untuk ditest karena kemungkinan besar varian ini yang volume salesnya lebih besar.
Motor terlihat lebih mungil dan manageable dibandingkan penampakan fotonya.
Ini mungkin subyektif karena saya biasa dengan motor berkapasitas besar.
Sambil persiapan menjelang berangkat, saya pun mencoba lebih familiar dengan motor ini.
Pertama dengan kendali utama motor yang keyless.
Dial setengah putaran ini cukup simple dan ga butuh 30 detik untuk terbiasa. Intuitive istilah Bahasa inggrisnya. Lampu latar berwarna biru memperjelas pilihan yang kita ambil. Buka bagasi kursi, tutup bensin dll mudah banget. Kekurangan minor hanyalah finishing bahan tombol dial terasa sedikit di bawah komponen lain di motor.
Suara dan vibrasi mesin terdengar cukup halus. Saya sempat kagok di keramaian parkiran. Ini motor udah nyala pa belum. Faktor usia kali ya hehehehe.
Beralih ke stang. Saya suka handlebar yang exposed, terbuka, karena memungkinkan kita menambahkan berbagai mounting plus memasang raiser stang. Ini poin penting utk riding jauh. Buat saya paling engga. Posisi stang perlu ditambah raiser agar bisa lebih tinggi sekitar 3-5cm.
Untuk dashboard MID, cukup informatif, terus terang yang saya perhatikan hanya speedometer, ahahaha mungkin karena bensin dan lain-lain sudah diurusi AHM ya. Kalau negative LED tentu bisa lebih keren lagi mengingat kita bepergian seringnya siang hari.
Bergeser ke tempat duduk dan dek kaki. Tempat duduk ukuran Panjang dan lebarnya cukup. Beberapa rider mengeluhkan jok keras dan licin. Tapi ini saya gak alami. Mungkin karena durasi riding tidak sampai sehari penuh ya. Tapi kalaupun ini persoalan, bisa diakali dengan mengganti busa dan bahan pelapis.
Nah untuk dek, karena telapak kaki saya berukuran 43/44, dek ini menurut saya kecil. Terutama pada sisi belakang dek dimana saya butuh menapak penuh saat berdiri. Hanya separuh kaki saya yang tertahan oleh dek. Bagi perjalanan jauh atau pada kondisi pernukaanjalan yang jelek, posisi berdiri jadi penting. Kondisi dek sempit Ini bisa jadi peluang bagi produsen aftermarket.
Area bagasi saya kategorikan sedang. Tidak terlalu kecil, juga tidak besar. Medium. Untuk tas laptop berukuran 13 inch masih masuk.
Windshield? Ini sih jelas buat penghobi jalan jauh akan segera diganti aftermarket krn mungil. Beruntunglah adjustable.
Setelah briefing, strechting dan berdoa, kita pun gazz.
Ada sekitar 32 rider yang dipecah jadi dua kloter. Saya di grup pertama bersama IWB, Vandra, Aripitstop, Alki, Mbah Bon, mas Didi, BMS dll. Di depan kita dikawal 1 voorijder (GS1200) dan RC (CBR150). Sementara di belakang ada dua motor CB150 yang membawa tim dokumentasi.
Rute Dieng ini memang ajib banget. Penuh dengan tanjakan dan turunan yang berliku, dengan jalur yang sempit (1.5 mobil). Kondisi permukaan jalan bisa dikatakan 75% cukup. Sisanya karena ada potholes dan permukaan yang bumpy.
Kondisi yang cocok sekali untuk mentest performa menyeluruh (karakter tenaga, suspensi, braking dan agility) dari Honda ADV.
Awalnya saya berangkat dari posisi paling belakang grup. Karena butuh pace yang lebih cepat, saya mulai bergantian maju ke depan dan mundur ke belakang.
Jalur tanjakan dan turunan pendek jadi medan yang cocok buat torsi ADV. Bisa libas lebih cepat ketimbang CBR150, sehingga beberapa kali nyundul RC.
Masalah muncul ketika ketemu tanjakan panjang curam menjelang Tambi. Torsi yang dimiliki ADV habis pada 200 meter pertama tanjakan untuk mendorong bobot motor + 96 kg berat saya. Saya hanya bisa mengupayakan agar ADV bisa mendaki pada kecepatan 58-60 km/jam. Dari yang sebelumnya ugal-ugalan di 80-90 km/jam.
Saat berdoa ada nitros dadakan di tanjakan, saya pun disalip IWB yang ngekek sambil mengacungkan thumb down. Wasyemmm ahahahaha.. Ternyata beliau berhasil mengkapitalisasi beda berat badan 5 kg dan ngacir ke depan.
IWB bilang, dia berharap banyak tanjakan panjang aja ahahaha.
Akibatnya saat akan masuk tanjakan panjang, saya ancang-ancang lebih awal dan sikat salib RC dan voorijder agar tidak kehilangan momentum tenaga awal.
Tapi di jalur rata ini motor ADV ga tekor torsinya utk medan Dieng dibanding kendaran lain di jalanan.
Saya perlu menulis secara khusus kesan saya terhadap handling ADV.
Ini motor termasuk yang handlingnya paling wenteng dan hampir tanpa resistance.
Saya beberapa kali melakukan kesalahan di jalur berliku ini: masuk tikungan S terlalu cepat atau pada posisi line yang salah. Saya udah mikir βSHIT!!β
Tapi motor ini mudah sekali koreksi line ataupun speednya, tanpa ada gejala getar ataupun ngebuang. Saat saya tekan lebih miring, ataupun direm, ia menurut.
Reflex kita dan respons motor smooth dan seketika.
Ini membuat saya lebih pede ketika gazz di Dieng, meskipun ga hapal jalurnya.
KESIMPULAN
PROS:
- Motor dengan handling yang sangat ringan dan intuitive. Koreksi atas kesalahan mudah sekali.
- Suspensi belakang reboundnya baik di jalan bergelombang, memastikan ban tetap dapat traksi dan motor terkontrol
- Sistem pengereman bagus dan reliable (saya pakai yg CBS), 2 jam naik turun bukit tidak ada gejala melemah meskipun dipaksa terus (maklum ga ada engine brake).
CONS:
- Untuk berat 96kg, motor ini terasa torsinya kurang di tanjakan lebih dari 100 meter.
- Suspensi depan kompresinya keras dan jarak mainnya kurang (kondisi jalan raya dengan kondisi potholes), perlu set ulang, ganti spring.
- Dek untuk kaki di area belakang sempit, menyulitkan untuk berdiri saat riding. (butuh parts aftermarket)
Motor ini sangat layak untuk dipertimbangkan. Mungkin kalau saya berat 60-70kg, motor ini cocok buat saya, karena kekurangan suspensi dan dek bisa diatasi secara minor. Β Karena berat saya lebih, saya tunggu Honda ADV 250 nya saja, please keep it slim and light. Jangan sebesar matic 250cc umumnya.
Bagaimana dengan harganya mas?
Well, it’s a Honda. Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual dan anda dapatkan sebagai pemilik ADV.
“Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual.”
Lebih mahal walaupun belum tentu lebih bagus..itulah AHMπ.
Utk ADV150 saya setuju dgn kesimpulan bang Leo. Sdh pernah coba, bobot saya 92kg..kualitas plastik di bbrpa bagian msh kurang menurut saya, selebihnya ok. Thanks utk reviewnya bang..sukses selaluππ
siapp, makasih masukannya mas
cant dissagree,kualitas plastik ala ala direntang harga yang mengudara
Mantafd om
http://bikermendowan.id/2019/12/09/muncul-petisi-menggugat-gredek-honda-adv150/
makasih mas
Sudah pernah test motor ini
Emg enak handling ringan, posisi nyaman, tampilan terasa mahal meski BQ nya biasa2 saja.
Bukan nya krn ga punya duid, tapi utk harga segitu sudah lebih layak dpt mesin yg lebih powerful bukannya mesin vario π
Cocok utk aplikasi blok aftermarket yg bore nya lbh besar
berat mas berapa?
Saya 72 kg mas leo
Harian pake 155cc merk sebelah π
Paling juga udah ada yg apgred jadi 250cc om hehe
kalau dari 150cc biasanya ke 180an mas
Bung Reeve:
Bisa sih bung langsung bore up mendekati 250 cc tapi riskan banget, takutnya crankcase bawaan tidak sanggup menahan getarannya. Betul kata om Leo biasa mesin mendekati 150 cc kalau bore up umumnya naik mendekati 180 cc.
yoi
Untuk tanjakan terutama panjang memang kudu hapal karakter mesinnya yang buat banyak orang terlalu halus..
Waktu di Bali banyak yang salah atau kehilangan momen jadi motor bisa tetap naik tapi pelan..
ADV ini ga bisa maen gaspol (untuk tanjakan) setelah gas ditutup karena ngerem misalnya, yang ada malah ngeden..kekekek..
perlu dipertimbangkan next gen upgrade palkon, eh pala silinder.
Wkwkwk.. naaah setuju, karena tenaga mumpuni itu mengasyikkan
betul, khusus tanjakan panjang apalagi bawa boncenger ADV baru terasa ngisi kalau diurut
Keseleo?
” Well, itβs a Honda. Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual ”
Barangkali ada yg gak paham kalimat ini, maksudnya motor ini harganya lebih mahal dari barangnya karena ditambah harga merek “honda” nya. Gitu kira-kira. πππ
BTW, nice review om Leo ππ
ta kira sama dengan strategi yang dipakai brand lain yang positioning di pasar ya mas. It’s not just a product, but also the brand package.
Karena membangun brand yang akhirnya jadi kepercayaan orang banyak selama puluhan tahun itu sungguh tak mudah dan tak murah.. π
Gw pribadi yakin AHM eces aja kalau mau jual produknya murah alias selevel dengan kompetitor, tapi pernah gak kepikiran sama yang suka komen komen “mahal”.. misal dijual dengan harga sama atau mirip, kira kira efeknya ke kompetitor kek apa? π
Yach sebelah mau jualan apa kalu spesifikasi sama, dijual mahal dikit juga past laku,
Spek lebih rendah aja laku.
Gitu pasti komennya.
ya xxxx amat bay, kalau emang hando bisa masang harga sama, yg diuntungkan ya konsumen juga. bisa2 nanti harga motornya yahaha turun lagi. ππ gw mah setuju2 aja
LEO: tolong tetap sopan mas, last warning.
Pada dasarnya sih setuju, harga murah siapa sih ga seneng wkwkwk
bisa membayangkan ngeden nya si ADV ini di tanjakan panjang, cukup hafal sama karakter mesin Vario 150 yg mirip2 ADV ini pastinya, galak di rpm awal, terus jadi lembek / abis napas di rpm atas
kalau buat harian/perkotaan karakter ini mungkin malah cocok. Utk stop n go dll.
iya klo utk stop and go dalam kota emg enak, lebih dari aerox bahkan, kalo gitu emg cocok klaim dari AHM sendiri, gelar ADV nya itu ADVance, bukan ADVenture seperti yang versi moge nya, hehe
Salam bro Leo.. sambil berdoa ngarep nitros; reflex otot kaki kiri juga njejek2 mau downshift ngga tuh… asal jangan otot tangan kiri mbejek lever aja ya…π btw.. ngeri2 sedap ya no engine brake..
note; ngga ngajak bung Regis bro? biar dapet perspektif dan BOBOT review yang back to back komparatifπ
kalau no engine brake ya memang resikonya matic ya.
makanya butuh braking system yang mumpuni.
Well, itβs a Honda. Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual dan anda dapatkan sebagai pemilik ADV.
Adalah bahasa lebih halus dari “kemahalan branding woy, value barangnya lebih rendah”
Kalo baca review om leo tuh emang mantap, ga perlu test ride udah bs kebayang feel nya..
BTW sedikit OOT, menurut om leo kalo mesin xmax standar itu akselerasinya termasuk lelet atau emang segitulah matic 250 cc? Terasa lemes banget buat saya (berat badan setara 2 zak semen)
Yach itulah kekuatan sebuah brand yg sudah kuat, harga , motor+ brand, dan pasti dibeli, walu ada yg lain dan harga lebih murah harga sama, maka tetap dilirik.
Sama aja kalu ke Medan, pasti beli Boku Meranti, walu merk lain banyak.
Atau pasti beli bila Ambon merk zulekha , walu merk lain banyak.
Dan selama pemilik brand bisa memainten konsumen, selama itu pula akan tetap kuat.
Gagal photo sama Om Leo di Ambarawa
πππ
Mantebs reviewnya Omπ
Ditempat saya masi tanggal 9 woii
Well, itβs a Honda. Harga = motor + brand. Itu yang Astra Honda Motor jual dan anda dapatkan sebagai pemilik ADV.
.
.
Aluss Om…. Alusssss….
πππππππππ
Om Leo kode terus wkwk, mungkin dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun bakal muncul ADV dengan mesin mendekati 250 cc, bisa jadi bisa jadi.
aminnnnnn
Om, ada petisi tuh katanya… ππππππ
yang ini yaa..
tinggal kasi voucher aja
https://otomotif.kompas.com/read/2019/12/10/124045815/konsumen-honda-adv-150-ajukan-petisi-recall-ke-ahm
“Motor terlihat lebih mungil dan manageable dibandingkan penampakan fotonya” berbanding terbalik dengan orangnya hehe.. oot om..sebenarnya apa kendala AHM koq BQ motornya tidak bisa setara dg buatan AP Honda thailand di kelas yg sama, pdhl sama2 brand honda, contoh cbr150 thai mata satu vs cbr150 lokal, ato pcx 150 cbu vs lokal, kpemilikan saham pengaruh ga ya? ato ada standar quality control yg ditetapkan dr jepang antara thai dg Ina meskipun sama2 satu kawasan ASEAN
menurut pengamatan kasar saya, itu lebih ke hal pemegang saham terbesar om, klao ap honda thai kan sham mayoritasny punya honda jepun sama kyak ymha indo sdangkan @hm pemegang saham mayoritasny @stra, jdi @stra punya wewenang lebih, klau nilai minimal atau kkn klau d skolah dulu yg d tetapkan honda pusat misalny 6 mka @hm buat mepet” ke angka tsb yg pnting sudah llos, nah klau ap honda masih honda pusat yg mengatur
sudah rahasia umum kalo motor honda rakitan astra pasti spec down, dibanding rakitan thailand, tujuannya supaya untung lebih besar, karena astra kan perusahaan tbk, pemegang saham pasti maunya untung besar, dengan mengorbankan sebagian idealisme kualitas, karena merasa sudah punya nama besar
kalo yang pinter dan melek otomotif pastinya bisa mempertimbangkan brand lain yang lebih menjaga BQ, dan yang pinter ini jumlahnya memang lebih sedikit, sesuai market share, hehehe…………tinggal kita mau ikut yang mana, yang pinter ato engga π
Kalo menurut ane krn APHonda thai itu basis RnD dan ekspornya Honda Global, tentu kualitas harus dijaga krn emg kualitas ekspor,, beda dgn AHM yg cuma fokus di pasar lokal,,
Dan lagi disini adakah yg pernah ngecek kualitas motor ekspornya AHM dgn yg motor lokalnya ? Ane penasaran apakah berbeda kualitas atau sama aja,, maklum mindset kita kan barang eksport kualitasnya selalu lebih bagua dgn yg lokalan,
Motor ini bahasa desainnya mirip X-Adv yg peruntukannya bs melibas Medan off-road ringan.
Dan sayangnya jalur touring yg dilalui mulus banget tnp ada Medan yg rusak/jelek. Seharusnya pd touring dikasih Medan off-road ringan walau hnya sedikit. Jd bs lihat bgmn karakter kendaraan, cocokkah melibas jalanan jelek? Bgmn peredaman depan belakang bekerja ketika menghantam jalanan jelek, bumpy dll. Justru kalau ADV ini bener2 kuat dan bagus saat dites utk jalanan jelek, akan jd nilai plus orang mempertimbangkan beli motor ini dari hanya sekedar melihat sisi tampangnya saja.
Baca Cons poin 2