Sewaktu KLX230 dirilis, saya langsung bandingkan performanya di atas kertas dengan KLX150 dan KLX250. Saya mengelus-elus dagu sedikit skeptis.
Pertanyaan yang mengambang, hmmm hanya beda 16cc dengan 250cc tapi kok HP dan torsi KLX230 ga dibuat mendekati KLX 250 sekalian aja ya?
Ini pertanyaan naif, yang datang dari biker jalan raya yang lebih terbiasa dengan HP dan torsi. Setelah 3 minggu riding bersamanya, saya mulai mengerti alasannya.
—Disclaimer — Saya ini newbie asli untuk motor jalur tanah, review ini saya tulis dalam perspektif newbie saya. Artikel saya ini untuk teman-teman pemula yang sedang berpikir utk explore dunia dual sport. —
Ada 3 jalur yang saya rencanakan:
Pertama jalur aspal jarak menengah muter-muter di Lampung. Persiapan beres, logistik aman. Tapi terpaksa dibatalkan karena ada acara keluarga mendadak.
Kedua di Nusakambangan, di pulau berbukit-bukit kapur ini, dengan jalur yang relative jarang tersentuh biker.

Tebing Nusakambangan dengan pulau Jawa di backgroundnya. Photo: Om Koen Pocing
Ketiga jalur kombinasi Serpong-Gunung Luhur-Bayah-Malimping-Serpong

Regis dan KLX230. Motor yg ringan, dan pemaaf
Berikut kesan-kesan saya:
Handling
Saat dijejerkan dengan KLX150, 230 ini terlihat berbeda. Lebih tinggi dan besar. Lucunya saat dikendarai, perbedaannya tidak sesignifikan itu. Sangat nurut, dengan steering yang mudah dikoreksi.
Saat di Nusakambangan, saya beberapa kali nyaris clipped, jatuh saat di jalur yg tercetak dalam, namun counter-reactionnya 230 enteng banget.. Handlingnya lebih mirip KLX150 ketimbang KLX250.
Suspensi standard masih bisa menerima bobot rider variatif antara 70 sd 95 kg tanpa ada gejala bottoming. Batu dan batang pohon ukuran menengah yang melintang diserap aja benturannya. Rebound juga ga berlebihan dan engga bikin handling ngebuang.
Saat di open road, jalan raya yang kerap jahanam dengan polisi tidur dan lubang jalanan, saya pedeh aja sikat itu semua lubang. Ditelan semua mentah. Ga perlu berdiri.
Problem hanyalah saat ngebut di tikungan. Ini suspensi belakang yang empuk berayun-ayun dan sedikit menggeser ban belakang ke arah luar tikungan. Hal lain handing di tikungan untuk motor dengan ban depan lebih besar (21 inch vs umumnya 17 inch) butuh sedikit penyesuaian diri. Tapi kalua udh lancer asyik kok.
Tenaga
Kita mulai di jalan raya dulu ya. Ini motor akselerasi awalnya justru lebih nampol ketimbang Versys yang selalu memdampingi saat test. KLX masih nempel ketat Verys sampai di kecepatan 100an km/jam. Saya sendiri hanya sempat menyentuh angka 116 km/jam dg trail bike ini. AHHHH 100 km jam mah cemen mas, bebek gw aja tembus 250 km/jam. Yeahhh right.
Apa yang mengesankan adalah torsi kenaikan ke 100 km/jam ini enak banget utk ukuran motor dirt. 100 km/jam tentu lebih lambat dengan touring ala speed rider yang bisa sampai 160km atau 200 km/jam lebih. Bro/Sis bisa menelan jalur Kalimantan dalam 4 hari.
Tapi apa hal menarik yg didapat selain adreanaline di jalan raya? Kita lolos pemandangan indah, lolos kesempatan menikmati lokalitas Indonesia yang kaya.
Memacu motor di jalur gravel, tanah berpasir, dengan kecepatan 40-60km/jam menurut saya justru dapat adreanaline dan kepuasan yang tidak kurang dengan ngebut 150 km/jam di aspal mulus lurus.

Regis, anak saya, 17 th, baru hari itu naik dirt bike. Photo: Om Koen Pocing
Jadi torsi padat sampai rentang kecepatan 100 cukup untuk kebutuhan touring jalan raya.
Bagaimana dg performa di jalur tanahnya?
Kalau kita bandingkan antara 150, 230 dan 250 yang menarik adalah torsi maksimal bisa dicapai 230 pada kitiran RPM yang lebih rendah disbanding 150 dan 250.

Regis. Photo: Om Koen Pocing
Tanjakan-tanjakan tanah/berbatu menuju mercusuar Cimiring di Nusakambangan bisa dicapai relative mudah tanpa harus sering overrevving + setengah kopling. Jalur speed open track juga dilalap baik KLX230 dengan grip dan torsi yang memadai.

Photo: Om Koen Pocing
Selama seharian nyangkut di Nusakambangan, saya ga merasakan feel overheat. Hanya saja setelah jam 7 malam, saat berusaha pulang ke Cilacap saya merasakap gejala loss kopling. Handle kopling ditarik, tanpa ada efek, roda tetap berkitir. Berhentin sebentar 15 menit, lalu cesspleng lagi.
Saat memutari BSD-Jasinga-Gn Luhur-Bayah-Malimping-Rangkas-BSD, motor malah sama sekali tidak mengalami gejala overheat meski digeber. Mungkin juga karena dapat angin yang cukup ya.
Saat saya tanyakan perihal RPM idle yang sedikit tinggi ini ke KMI, menurut KHI (Japan) ini memang sudah masuk dalam parameter penghitungan mereka. Cukup dan harusnya tidak bermasalah.
KESIMPULAN
Kembali ke pertanyaan awal, mengapa selisih hanya 16cc, namun horsepowernya beda hampir 5 HP dengan KLX250? Karena KLX230 dirancang:
- memiliki torsi lebih besar pada RPM lebih rendah
- memiliki rasio kompresi yang jauh lebih rendah (9.4 versus 11.1), sehingga mesin lebih dingin, dan tidak membutuhkan radiator
KLX230 ini anti-thesis, jawaban atas kritik terhadap KLX150 (yang ringan namun underpower) dan KLX250 (yang dirasakan berat).
Ini artinya dia bisa RINGAN, BERTENAGA tapi tidak MAHAL.
(Kalau ringan dan bertenaga, pilihan mahalnya adalah mesin SE atau 2 tak modern namun harganya ga bersahabat seperti KX250 atau jajaran 2 tak barunya KTM)
Testing 3 weekend menunjukkan ketiga prinsip di atas diimplementasi dengan baik. Bung Regis, anak pertama saya yang newbie habis, kepincut dengan motor ini. Saya yang juga newbie merasa diterima banget oleh jalur tanah bersama motor ini.
Bgmn kelemahannya? RPM idle yang cenderung agak tinggi. Bbrp teman melaporkan ini. Namun pada unit yang saya test tidak terasakan mengganggu. DI jalur hutan setelah 12 jam riding baru ada gejala loss kopling. Itu hilang setelah saya berhenti 15 mnt. Di jalur campuran, yang selalu dapat speed, saya dan anak tidak menemukan masalah overheating.
Kelemahan lain? mungkin scr penampilan saja soal suspensi yg telekospik. Tapi saya hitung, kalau ingin punya suspensi USD dengan performa yang sama dengan yg sekarang terpasang di KLX230, waduhh sudah beda kelas harganya (70 juta up). Bahkan performa suspensi 230 utk dual sport lebih baik drpd 250. Jadi suspensi telekospik masih jadi kompromi yg oke.
Kelemahan ketiga, mungkin headlamp yang agak besar dan arah sorot lampu kurang ke bawah. Ini estetik, dan bisa diakali sebentar.
Kelemahan keempat, knalpot ga ada suaranya. Saya ga tau berapa banyak tenaga yang ditahan demi lolos uji emisi. Ganti!
Potensi motor ini cukup banyak. Bisa dibuat versi Rally, mengingat dipakai di jalan raya cukup nyaman. Juga utk dipaksa lebih ke jalur eskrim, tentu dengan bbrp penyesuaian agar lebih dekat dg versi R nya. Dipakai harian hadapi jahanamnya jalanan perkotaan juga oke.
In overall, KLX230 motor dua alam yang bro/sis patut pertimbangkan utk miliki. Pintu awal menuju dunia adventure.
Note: Test ini dapat dukungan unit motor dari Kawasaki Motor Indonesia. Juga support apparel dari Kawasaki Greentech Riau. Yang lain-lainnya (logistik, tiket, dll) biaya sendiri bro/sis, jadi semoga bisa tetap independen penilaiannya
PERTAMAX…
waww,,, harganya kaka ?? mungkin KMI bisa kasih dibawah 40 ya,,,, hehehhe (ngarep)
heheheh… mantep itu, harga psikologis, bakal gangguin kelas 150
Review ne mesti kok bikin lepengin wae.. Duuhhh
Bikin kepengen maksudnya
aku yo nulis sambil ngeces mas
Mantabs ulasannya seperti biasanya, sy seneng motor bginian sayange jok e ciut, gak pas kalo buat touring 18 jam AKAP xixixi….
Mas Regis nyemplak yg 230 cc n om Leo nyemplak yg 450cc nih kek nya… moge ono, maenan tanah ono, tourer yo siap…
Uripmu kpenak tenan Om😁😁😁.
aminnnnnn…. soal jok masih bisa diakali sih.
Hmmm… mencerahkan sekaligus meracunkan
Suspensi kalau compare sama CRF 250 Rally gimana om?
CRF Rally yang aku test suspensinya sudah UPnormal je
Saya udah test ride KLX230 tapi malah belum pernah pakai di aspal. Wkwkwkwkwk
https://adventuriderz.com/2019/08/28/review-begini-rasanya-geber-klx230-langsung-di-medan-off-road/
mantappp… ke jalurnya distoring mas?
Iya om Leo. Ke jalurnya diangkut pakai double cabin. Karena motornya udah dibrondolin, belum ada surat juga, nggak legal dipake di aspal. 😁😁
H minus 7.
gajian
Peranti kopling biasanya diganti punyanya Tiger ….. Beres, mungkin yg ini diganti punyaya cbr, … Dijalan gravel sudah terasa begini sebaiknya diganti dulu sebelum trabas.
perlu diriset lebih lanjut
berarti masih butuh penyempurnaan sana-sini ya om biar bener” sesuai karater kita?
seperti soal knalpot sih pastinya wajib ganti ya. utk rpm idle ini kalau jalur yg dapat speed engga ada masalah
Wah ini jalur la tanza gn luhur tembus bayah malingping saya pernah lewat sini setahun lalu waktu itu masih makadam jalannya dan sebagian masih di dozer buat buka jalur. Waktu itu antara nekat, iseng sama kepalang tanggung mana bawa new ninja 250 lg. Alhasil jarak yg cuma 40an km saya butuh 5 jam. Wkwkkw kapok dah tp asiknya saya jadi tau jalur wilayah situ
Saya 2010an kesana pake scorpio ban road ber-box, mana hujan lagi setelah gn luhur… Perjalanan dari dhuhur sampe magrib, makan bakso di warungbanten orang lokal pada ga percaya kita dari sana wkwkkk
bisa sih mas kalau nekad. akamsi juga pada pake bebek tua disini
Saya paling suka dengan statement jalur ‘eskrim’… Beda!!!