Dekade 1990 hingga mid 2000 adalah era dimana Ducati mendominasi WSBK. 13 kali juara dunia. Sampai ada pameo “kalau mau juara ya naik Ducati”. Mencegah dominasi berkepanjangan seperti ini, FIM kemudian lebih progressif dalam menggunakan regulasi agar WSBK menjadi lebih menarik.
Tahun 2017 FIM menerapkan aturan pembatasan RPM berdarkan merk. Pembatasan ini dilakukan karena beberapa hal:
- Tim Kawasaki berturut-turut mendominasi balap pada 3 musim 2014, 2016 dan 2017.
- Memberi kesempatan riset dan development bagi tim-tim yang baru muncul untuk juga tampil kompetitif.
Pembatasan ini terasa efeknya di tim Kawasaki. Tom Sykes yang sebelumnya bisa tampil sangat kompetitif dengan gaya ridingnya yang agresif dalam memaksimalkan karakter ZX10RR mulai keteteran. Dalam beberapa kesempatan ia mengeluhkan perubahan karakter engine akibat pembatasan RPM ini. Ia terpaksa hengkang ke BMW. Jonathan Rea lebih beruntung, karakter ridingnya yang sangat halus bisa beradaptasi dengan pembatasan RPM ini.
Namun pembalap Kawasaki lain, termasuk di tim satelit, kelabakan dengan pembatasan ini. Jadi kemenangan Rea pada 2017 dan 2018 bisa dikatakan Rea Effect, ia berhasil adaptasi.
2 tahun sudah berselang, tim-tim lain tampil jauh lebih kompetitif berkat pengembangan motor atau bahkan motor baru. Terlihat dari 11balapan yang sudah berlangsung, pemenang tidak melulu Kawasaki lagi. Bahkan Ducati yang datang dengan motor baru V4R mendominasi posisi 1 dan bahkan 3.
Bautista yang datang dari arena MOTOGP tentu telah terasah dan terbiasa dengan kompetisi yang maha ketat, ini salah satu penyebab ia seperti tampil sangat dominan. Namun terlihat Davies, rider Ducati lainnya juga telah bangkit sangat kompetitif. Yamaha dengan Lowes dan Van De Mark juga menjadi langganan podium.
Pada 3 balap pertama 2019, Ducati V4 limiter dipatok pada angka 16,350 RPM, sementara Kawasaki ZX10RR di angka 14,600 RPM. Selisih 1,750 RPM tentu sangat berpengaruh. Apalagi mesin V4 diuntungkan karena torsi lebih padat, dan tetap bisa revving up lebih tinggi. Sementara mesin inline 4 sebenarnya puncak tenaganya ada di RPM atas namun disunat lebih awal.
Dengan kompetisi yang lebih ketat seperti sekarang ini, sudah saatnya restriksi RPM yg berbeda-beda BERDASARKAN MERK motor ditinjau ulang, atauh bahkan dicabut. Kalaupun ada pembatasan hendaknya berdasar KONFIGURASI mesin (inline 4, V4, Vtwin dll) ataupun KAPASITAS CC. Bukan selektif berdasar MERK.
Kesemua tim saat ini sudah siap untuk berkompetisi head-to-head tanpa perlu ada intervensi utk meredam dominasi Kawasaki seperti 2-3 tahun lalu.
Kalau dilepas sesuai mampu pabrikan rpm jadi pada berapa ?ngeri
batasannya adalah pada realibility, daya tahan. Atau kalaupun ada batasan RPM ya berdasar konfigurasi mesin, BUKAN MERK.
dilepas kyak psawat aja om , jajaja
https://fezzamania.wordpress.com/2019/04/12/terbang-rendah-5/
suara FBK
Berarti semua pabrikan bisa aja mematok RPM setinggi”nya tapi belom tentu kuat diajak ngebut selama 20 lap ++ yaa om,,
kl limit rpm d lepas brarti emg batasannya durability enjin.. tp ttep hrs dbarengi rule lain msal ad part enjin yg hrs stock srta limit jmlh enjin. kl smua part blh aftermarket, tntu durability bs d tingkatkan.. slain itu jg bs melalui rule yg sdh ada yaitu hrga max dr motor tsb, biar pbrikan gk jor joran.. mgkin hrga max nya bs dmurahin dkit lg biar v4r nya bngung dikit krn ktnya hrga v4r mepet sm batas hrga max nya..
Menurut saya, yg diatur adalah batas maksimum rpm yg diperbolehkan
Misal dipatok maks 17.000 rpm
Terserah msg2 pabrikan mau ngeset sampai brp,tergantung kemampuan msg2 (ketahanan material,elektronik dll)
Kalau ada pabrikan yg cuma ngeset maks di 14.000 rpm ya brarti resiko tanggung sendiri…
ya makanya pembatasannya jangan berdasarkan merk
Jd ngk beda dgn moto gp yg di jual min 500pcs, rohnya buat ngebalap pribadi makin sulit diujudkan …..subsidi atau profit di tekan rugi …..yg penting menang menang menang apa ngangkat penjualan
FIM & Dorna masih menunggu dunia menyebut Bautista “..Loe Lagi, Loe Lagi..”
semoga menang ya missqueen
ckckckckck