Di era motor sport tampil begitu progresif dan tajam, mendesain versi naked yang sama menariknya tidaklah mudah. Tidak bisa hanya dengan mencopot fairing dan mengganti dengan shroud dan headlamp. Ada proporsionalitas dan konsistensi konsep yang harus dipikirkan. Supaya tidak terlihat aneh. Dan menurut saya Honda memikirkan itu dengan baik utk versi naked dari CBR balapnya: clan CB Neo Sport Café.
Alih-alih sekedar menempelkan body kit pengisi atau headlamp baru pada ruang kosong di hati body setelah fairing pergi, Honda memutuskan utk going retro. Mendesain sesuatu dari awal. Dan ini terlihat hasilnya di mulai dari CB1000R, CB650R hingga CB300R.
Neo Sport Café.
Gaya elegan namun minimalis menjanjikan kenyamanan, kemudahan riding namun tetap tampil penuh gaya. Saya sudah membandingkan sendiri head-to-head secara fisik antara GSXS1000, MT-10, Z1000 Sugomi dan CB1000R.
CB1000R tampil paling ringkas dan bisa dibayangkan handlingnya paling ringan. Ini melanjutkan filosofi CB1000R sebelumnya, edisi naked pengganti keluarga Hornet.
https://7leopold7.com/2013/10/20/test-ride-honda-cb1000r-80-technology-20-mysteri/
Pertanyaan yang mungkin lebih penting buat kita: bagaimana dengan kemungkinan CB250R, twin silinder versi naked dari CBR250RR produksi AHM?
Produk 250cc naked beraliran retro di Indonesia bisa dikatakan KOSONG, tanpa kompetisi.
Kawasaki pernah memasukkan W250 Estrella, namun sudah tidak dilanjutkan. Saat ini untuk kelas naked 250cc masih ada MT25 (yang bukan retro). New Z250 juga belum ada dan melihat dari desain Z400 yang akan diturunkan, aliarannya bukan retro.
Ini ceruk pasar yang sangat baik sebenarnya bagi AHM untuk melahirkan versi naked retro dari CB250RR. Motor yang powerful, ringan, namun juga bergaya.
Okelah, dengan berkembangnya kelas matic dan adventure 250cc, kue 250cc harus dibagi 4 (sport, matic, adventure dan naked), namun dengan adanya tembok PPNBM, market 250cc meningkat hampir 3 kali lipat dibandingkan 10 tahun lalu. Tahun 2008, motor 250cc yang terjual masih dibilangan 1000an/bulan (domestik). Tahun 2018 pada semester pertama, rerata 3,148 unit/bulan (domestik). Jadi kenaikannya cukup signifikan. Dan nilai ini terlalu penting untuk diabaikan oleh produsen otomotif seperti AHM.
Tapi tentu ada hambatan yang harus diatasi AHM. Dan ini tidak bersifat teknis atau teknologi.
Hambatan terbesar adalah: kelas 250cc itu terjepit di pasar global. Demand market untuk kelas SIM Learner atau A2 sudah bergeser naik ke kelas 300cc atau bahkan 400cc secara internasional. Sementara untuk memenuhi kebutuhan itu Honda AP Thailand sudah memproduksi sendiri CB300R Neo Sport Café.
Sehingga kalaupun AHM mendapat lampu hijau dari Honda Japan untuk memproduksi versi CB250R (twin silinder) Neo Sport Café, produk tersebut harus memiliki volume pasar yang cukup worthy secara global, tidak bisa hanya untuk kepentingan Indonesia dimana market naked di tahun 2018 masih kecil.
Jadi setidaknya ada dua faktor yang jadi barrier bagi AHM: kebijakan PPNBM 250cc di Indonesia menyebabkan produksi motor CB250R redundant, karena market global sudah 300-400cc, dan kompetisi internal antara Honda principal Indonesia dan Honda negara lain.
Apakah itu bisa diatasi? tentu bisa.
Yang pertama, bersama produsen motor lain yang juga sudah mengeksport motor 250cc (Yamaha, Kawasaki), Honda mengadvokasi kenaikan batas PPNBM menjadi 300 cc. Pembatasan PPNBM 250cc justru jadi faktor penghambat bagi kenaikan model motor yang bisa dieksport dan beban biaya tambahan produksi karena harus membuat dua motor yang terpisah.
Yang kedua, AHM menciptakan sendiri niche product naked 250cc yang berbeda dari CB300R Neo Sport Café.
Leopold Sudaryono, pencinta roda dua
Berdomisili di Australia, sdg menyelesaikan PhD di bidang Kriminologi.
Menarik…., Rasanya perlu tes pasar dulu… Apalagi gempuran big scooter 250 cc belakangan terasa sekali menggoyang segmen sport 250 cc.
betulll
Izin menjemur, mBapak.. 😙
https://zonamotor.net/2019/03/16/menerawang-kemungkinan-keyless-system-di-sport-honda-dan-yamaha-dan-seberapa-sakti-kata-keyless-dalam-dunia-marketing-sepeda-motor/
siapp kang, zona waktu hanya selisih 2 jam ya sama saya
Jayapura GMT+9 , Canberra bukannya satu zona, Pak ?
bukan mas, GMT+11 kecuali musim gugur/winter baru GMT +10
jemuran-nya jangan lupa di-entas ya om.. kalo kegaringen malah ‘kemripik’ malihan.. wkwkwkwk.. 😀 😀
Wkwkwk
Kalo melihat produk² sport yg ada disini (rata² IDM) kemungkinan itu pasti ada om, tgl mau apa nggak, secara basic udah bikinan lokal, tgl bikin part body dkk sama remap ecu. Masa sekelas AHM ngga berani ? Pasarnya ada dan mulai berkembang 😁😁😁
Bukan masalah berani tidak berani, dpt approval nggak dari Jepang sana. Jgn samaken dgn ymh ina yg 100 saham Jepang dan segala keputusan di tangan Jepang dan memutuskan ymh ina sebagi salah satu basi produksi ekspor erofa. Ina hrs berjibaku dgn Thailand dlm hal ini. Dan dari sisi R & D, AHM kalah dgn Thai, karena memang R& D Honda motor ada di Thai utk pasar 800 cc ke bawah.
bener, udh dijawab sebagian mas bdt
Yamaha yg seharusnya minta CC250 ditinjau kembali PPNBM-nya toh punya posisi tawar yg baik..sdh memproduksi /merakit mesin 700 cc di mari..sorry OOT
betul, dari segi volume eksport 300cc juga Yamaha paling banyak sob. semoga dipertimbangkan pemerintah.
Barrier terbesar AHM adalah AP Honda Thailand, yang sejak dulu dipercaya utk riset, produksi, dan ekspor ke negara2 maju, kategori motor cc kecil dengan performa tinggi (NSR dan kawan2), yang lebih dianak emaskan oleh Honda Jepang untuk urusan ini, AHM lebih seperti volume maker aja perannya.
Untuk segmen retro 250cc di waktu2 sekarang, marketnya mgkn jg tidak bisa sebesar atau mengimbangi matic 250cc, karena memang baru trend nya begitu, pasar belum saturated dengan matic 250cc ini, perlu melihat lagi perilaku konsumen.
Dari track recordnya, AHM bukan type pembuka pasar, lebih mengharapkan Yamaha yg sudah produksi lokal MT25, tinggal mengganti casingnya aja jadi model retro, atau Kawasaki yang selalu suka menggebrak pasar dengan keberaniannya memasarkan model yang belom umum disini
Jadi inget artikel guweh di bawah ini.. kenapa AP Honda Thailand terlihat lebih di anak emaskan untuk pembuatan motor motor “wah”
http://kobayogas.com/2018/08/17/mengapa-honda-thailand-basis-produksi-global-dan-ekspornya-kuat/
baca dulu, ada foto bonus ga
sepakat mas Kyoghi. Modern retro selalu segmented, apalagi masih di kelas 250cc
Kondisi di mareh juga yg menyebabkan perusahaan Jepang mempusatkan produksi ekspor nya di luar Indonesia. Kalu ymh ina, karena plant terbesar yg dimareh, market terbesar yg dimareh. Plant ymh Thai dan Vietnam ngak ada apa apanya. Makanya R & D ymh Asia ditempatkan di ina , Karen emang investasi nya SDH kadung besar di mareh, walu tau sendiri pungutan besar. Pabrik aja sekarang banyak yg ke Vietnam, . Kita aja terpaksa beli barang jadi dari Vietnam, karena harga total lebih murah dari mareh, kualitas lebih baik.
semoga iklim berusaha dan kebijakan membaik om. Kita pasar terbesar ketiga setelah China dan Jepang soalnya.
Kaya sih bisa dikasi h approval, tapi sptnya desain ngak sama persis. Ini menyangkut Thailand Yach. Pun plg cepat 2020 baru launching. R & D setidak 1 thn, prototipe dan persiapan part sampel juga 1 thn.
semoga begitu sob. Soal desain setuju. Xmax 250/300 akhirnya bisa diproduksi di Indonesia tapi dengan perbedaan desain.
terkait rencana pajak tak berdasar besaran cc, taoi berdasarkan emisi gimana om (walopun itu masih di r4, semoga segera ke r2)
itu menarik juga bro, cuman perlu dipertimbangkan impact dr kendaraan yang ditanggung lingkungan kan bukan hanya emisi udara ya
“Leopold Sudaryono, pencinta roda dua
Berdomisili di Australia, sdg menyelesaikan PhD di bidang Kriminologi”
Saya g mau comment macem2 karena rata2 pertanyaan udah d ajukan oleh temen2 yg laen dan udah mewakili. Saya tergelitik sama kata2 terakhir terkesan gmana gitu om wkwkwkwkwk
Kayak seakan2 mau bilang “saya cuman 2wheel lovers, not stay in Indo, n i’m not study bout otomotif or marketing” but, I know what Indonesian people wants hehehehehhe moga2 pemerintah n ATPM tersindir wkwkwkwkwk
hehehehhehe bisak aja
Satu kalimat saja, semoga cepat selesai PhD nya om ..hehe
Aminnnnn makasih bro
kalo beneran jual di indonesia, banyak yang antri beli ga nih ?
Mungkin mepet cbr nya
Kalau seandainya, seandainya, PPnBM baru mulai dikenakan untuk motor bermesin lebih dari 300 cc, mungkin dunia permotoran di Indonesia akan lebih ramai hehehe.
Jadi biar motor yang mesinnya pas 300 cc atau kurang sedikit dari itu hanya kena pajak yang biasa.
betul, dan mengurangi cost bagi pabrikan yg produksi 300cc utk kebutuhan global
Kalo udah model nakedbike kaya gini, kok keliatannya bagus2 aja dimata saya hahaha.
250cc di Indonesia pride nya masih yg sport om…. Tetap lebih keren, lebih moge look, yah pokoknya gt lah…
kemudian naked retro2 cafe racer tuh sudah bukan lg hal yg eksklusif, selain sudah ada bbrp lineup retro semacam seri W Kawasaki, jg sudah banyak motor2 mulai dr GL, Thunder, Scorpio, Tiger, Ninja 250, dll.. dimodif sport cafe racer, pake headlamp daymaker, dll… Kayaknya ya gt2 aja sih udah bosen jg liat di jalanan…