Inti artikel ini sederhana: apa sih yang berbeda dengan New R25. Orang ingin tau itu.
Saya hitung kemungkinan tanggal saya di Indonesia dan nampaknya saya hanya punya waktu 1.5 hari di Jakarta untuk test. Setelah berkomunikasi dengan pimpinan Marketing YIMM sayapun di approve utk gassss new R25 di jendela tanggal tersebut.
Disclaimer dulu:
Titik pembanding saya adalah Sabina, motor R25 saya MY 2014. Saya berasumsi, dengan melihat rilis Yamaha, tidak ada perubahan pada R25 sampai pada keluarnya MY 2019 ini.
Kebetulan sebagai mantan pemilik R25 dan bbrp sport kelas 250-400cc (Ninja 250FI, CBR250RR, KTM RC390, Ninja 400), semoga review ini membantu memberi gambaran what new R25 brings to the battle.
Saya tidak akan bahas lagi mengenai desain, ada di artikel sebelumnya. Fokus saya hanya pada dua aspek: karakter tenaga dan handling.
KARAKTER TENAGA
Lah mas, spek tenaganya kan sudah ada. There’s more in power than just numbers. Angka tidak menjelaskan pengalaman tiga dimensi dari karakter tenaga. Jadi tetap perlu dicoba dalam beberapa kondisi.
Waktu saya mendapat penjelasan resmi saat launching bahwa tidak ada rombakan pada basis mesin saya tidak kaget, namun sedikit menyayangkan.
Tidak kaget karena sudah semenjak awal mendengar bahwa menurut Yamaha kemampuan mesin yang ada sekarang dinilai sudah memadai untuk pasar global di kelas SIM Pemula (A1-A2 atau Learner/Probation) untuk 2-3 tahun ke depan. Tinggal memaksimalkan potensi sesungguhnya.
Sedikit menyayangkan, karena di pasar domestic Indonesia, demand pasar dan kebutuhan untuk kompetitif di ajang balap (nasional/regional) nampaknya berharap ada upgrade yang lebih progresif di basis mesin terutama di sektor pernafasan.
What the road test shows?
Hanya dalam hitungan menit pertama semenjak riding dari YIMM Pulogadung saya merasakan ada karakter tenaga yang berbeda dibanding R25 lama.
Saya urut dan perhatikan dari RPM bawah hingga limiter pada beberapa gigi. Ada satu perbedaan yang saya temukan, dan idealnya dibuktikan di Dyno atau race logic (ketinggalan di Canberra):
Karakter tenaga pada RPM atas terasa lebih agresif mulai dari 10ribu hingga 14 ribu RPM sesaat sebelum limiter. Pada R25 lama, tenaga akan melandai pada RPM 10.500 ke atas, yang penyebabnya adalah ECU standard memundurkan derajat pengapian. Hingga sekitar 8 derajat menurut mas Bram dan Dyno Sportisi.
Pada R25 baru tenaga bukan melandai, justru mumbul terus ke atas, mirip seperti R25 2014 versi unit test.
Apakah jangan-jangan ini mapping ECU khusus motor test, bukan produksi massal?
Saya konfirmasi ke bagian teknis YIMM, pada 3 level yang berbeda. Jawabannya sama= tidak ada perbedaan mapping ECU motor test dan mass-production. Bahkan motor mass-production sudah di-deliver ke konsumen di beberapa propinsi. Jadi apa yang saya test dan yang rekan-rekan terima akan sama plek karakter agresif di RPM atasnya.
Saat saya bandingkan top speed per gigi antara R25 lama dan baru hasilnya identik.
Gigi 1 – 67 km/jam
Gigi 2 – 95 km/jam
Gigi 3 – 123 km/jam
Gigi 4 – 150 km/jam
Dengan asumsi deviasi speedometer sama, kemungkinan gear ratio juga sama. Top speed pada gigi 5 dan 6 tidak dites karena dalam test jalan raya sulit (tidak perlu) dilakukan, namun dugaan saya kalau ditest di straight pendek seperti Sentul selisihnya tidak terasa. Perbedaannya hanyalah pada tenaga terasa naik lebih agresif di RPM atas.
Saat saya tanya apakah mapping ECU kali ini lebih improved dan agressif dibanding yang lama (R25 2014 milik saya)? Saya belum dapat jawaban. Sebentar kami cek katanya. Dari pengalaman, ini versi lain dan sopan dari “maaf belum bisa berkomentar”.
HANDLING
Meski sasis dan bobot mesin sama, saya kira setidaknya ada faktor lain yang berpengaruh dan perlu diuji? USD suspension, geometri baru dari stang dan bentuk tanki.
Saat mencoba hard cornering di beberapa ruas jalan baru di BSD dengan permukaan paving dan aspal, saya merasakan perbedaannya signifikan dibandingkan R25 lama.
Kecenderungan dive saat baru masuk dan rebound yang over terasa lebih terkontrol. Suspensi depan terasa lebih sporty dan tidak mengayun-ayun.
Yang menarik adalah meski USD, saya merasa suspense disetting tidak rigid seperti CBR250RR. Selisihnya mungkin (skala 1-10) = 8 (R25) – 9 (CBR) dari tingkat rigiditas. Selisih ini dekat dan masih bisa disesuaikan kalau dalam kondisi balap.
Keuntungannya adalah USD New R25 masih bersahabat di kondisi jalan raya Indonesia yang penuh cerita dan masalah. Saya sudah bawa CBR250RR punya sendiri dari Rangkasbitung Banten hingga Madura dengan berbagai kondisi jalan. Oke ga ada masalah di jalan keriting, hanya memang terasa keras karena setting sporty.
Suspensi belakang R25 menurut perasaan saya sama, masih terlalu empuk untuk bobot saya 92-94 kg (tergantung musim). Efek mengayun berkurang mungkin karena terbantu suspense depan USD yang lebih stiff ketimbang versi sebelumnya.
Perubahan lain yang saya rasakan adalah ergonomic. Keluhan saya pada R25 lama adalah ruang antara stang dan pinggul agak pendek (tinggi 174cm), sehingga saat balap dan cornering ruang untuk body position utk attack ke depan agak terbatas. Sehingga cenderung mendorong body agak jauh ke belakag. Ini berbeda dengan CBR yang memang lebih panjang dan longgar.
Pada R25 baru ini sepertinya terkoreksi dengan penggunaan stang baru dan sudut kemiringan handlebar. Saya merasa lebih ada ruang. Terbantu juga dengan desain tanki yang lebih balap. Melebar memudah kan kaki menjepit tanki. Tanki juga atasnya lebih mendatar, tidak meninggi seperti R25 lama.
Ada pertanyaan mas apakah ergonomic R25 baru lebih menunduk dan pegel?
Saya merasa R25 baru sedikit lebih menunduk dibanding yang lama atau New Ninja. Tapi tidak signifikan atau seagresif KTM RC390.
KESIMPULAN
Dari hasil road test, sekitar 183 km (24 jam) dengan berbagai medan (macet parah, subuh sepi dll) nampaknya New R25 membawa beberapa perubahan baru yang tidak bisa terlihat secara fisik namun harus dicoba langsung: karakter tenaga pada RPM 10-14rb lebih agresif dan improved handling – sedikit lebih sporty.
Perubahan ini mungkin tidak signifikan bagi rider R25 yang saat ini sudah memodifikasi motornya agar lebih racy (ganti ECU/piggyback, upgrade pengapian, suspensi dll). Namun dalam kondisi standard-to-standard R25 baru jelas lebih baik secara signifikan dibanding R25 lama.
Menurut saya ini kompromi yang dicapai antara kepentingan kenyamanan (motor bagi SIM Pemula di global) dan motor sport agresif habis (selera Indonesia yg mentok pajak di 250cc dan kepentingan balap).
Sepertinya Yamaha masih menitikberatkan yang pertama: aspek market global. Kita sebagai pencinta top speed tanah air mungkin menyayangkan, tapi mengingat pasar sport 250cc yang kian mengecil secara signifikan saya kira keputusan Yamaha Motor Company (Japan) dan YIMM sudah tepat secara ekonomi.
Kedengarannya nanggung? Tapi itu pertimbangan ekonomi yg sama ketika kita dalam rumah tangga memutuskan untuk membeli/berinvestasi pada sesuatu. Memaksimalkan manfaat dan memperkecil kerugian/loss.
Hufhhh ada juga artikel baru, 😀😀😀
Kalau om leo yang ulas aku si manut aja
Yes.. Clear Jelas om.. Langsung siap inden… CBR250RR
hemmm.. high risk high return ? nope.. manage risk, high return hehehe..
“menurut Yamaha kemampuan mesin yang ada sekarang dinilai sudah memadai untuk pasar global di kelas SIM Pemula (A1-A2 atau Learner/Probation) untuk 2-3 tahun ke depan”. Apa setelah 2-3tahun ke depan bakal keluar All New R25 nya om?
cbr250r gagal d update donk pak dhe?
Wah manteb om…
https://psychomotive.net/pasang-rem-abs-yamaha-freego-di-mio-series-berikut-penjelasanya/
entah ngeliat motor ini bawaanya pengen nge-bully
wkwkwk
mungkin kalo masih fresh gini, memang perlu ditest dyno, lalu dibandingkan hasilnya dengan versi lama waktu masih fresh jg dulu (data 2014), kalo ada peningkatan yg lumayan, ya berarti memang Yamaha melakukan sesuatu pada settingan elektronik ECU nya
kok engga mau ngaku kaya jaman Old Vixion berubah jadi NVL ya? biarpun mesin sama plek, tapi tenaga NVL naik signifikan dibanding Old Vixion, karena faktor ECU
nampaknya mapping ECUnya memang berbeda
Setuju.. gelandang ke sportisi om.. ehehehehe
jadi intinya sunatannya ilang ya, om leo? tolong dong sekalian tunjukkin perbandingan dyno chart sabina dan r25 my 2019. thanks
Baru kali ini saya baca blog dan paham knp yamaha tidak merubah new R25 secara frontal….. Banyakan menyayangkan sih.
iyak
artikel yang mendidik..mantab..om leopod memang selalu artikelnya beda..punya bobot lebih…sukses ya mas
makasih masukannya, artikel disesuaikan bobot badan penulis mas heheh
Nah ini baru artikel yg ada bobotnya,faktor pengalaman punya dan ngerti soal teknis jd bkn berdasarkan angka diatas kertas.
penulis artikenya juga sangat berbobot mas, overweight malah
hehehe makasihh
Om Leo itu manusia dyno & racelogic hehehe.. yup setubuh dg disayangkan engga upgrade mesin.. tp yg lebih mengecewakan.. ninin 250 kok engga USD??? Apa takut abangnya 636 baru di bully klo pake USD makin mirip lagee
om leo klo kelas A1-A2 itu bukannya jarang ada perubahan soal tenaga? udah diatur di regulasi batasnya? jadi mau all new edisi keberapa pun merek apapun (kecuali KTM yang sedikit melanggar xixixi..) ya tenaganya segitu2 aja
Nah iya bener, seingat saya juga begitu. Kelas SIM pemula tersebut mengatur pembatasan tenaga motor bukan kubikasinya ya..
Utk kelas A1 dibatasi CC, kalau learner di australi dibatasi ratio power:berat.
utk A1 dibatasi dengan 125cc, kemudian dibatasi PWR
Mungkin nanti kalau CBR250RR yang sekarang juga masuk pasar Eropa dan US, baru Kawasaki dan Yamaha bakal lebih serius untuk develop motor pemulanya..
Oya tanya Om, di US/Eropa motor pemula kalau di upgrade oleh pemilik sehingga powernya sampai lebih dari batas ijin Sim termasuk pelanggaran bukan?
iya pelanggaran, motor restricted ga boleh
“Memaksimalkan manfaat dan memperkecil kerugian/loss.” Sepakat dengan om Leo bahwa alasan tidak maksimal r25 skrg karena ekonomi agar bisa memangkas harga.
https://blogmotor.xyz/2018/11/06/cara-merawat-rantai-motor-agar-awet/
akhirnya keluar jga yg d tunggu2……
“Karakter tenaga pada RPM atas terasa lebih agresif mulai dari 10ribu hingga 14 ribu RPM sesaat sebelum limiter. Pada R25 lama, tenaga akan melandai pada RPM 10.500 ke atas, yang penyebabnya adalah ECU standard memundurkan derajat pengapian. Hingga sekitar 8 derajat menurut mas Bram dan Dyno Sportisi.
Pada R25 baru tenaga bukan melandai, justru mumbul terus ke atas, mirip seperti R25 2014 versi unit test.”
arggghh…om leo ratjoen! Hahaha
Baca ini jdi mkin ngebet utk flash ECU bawaan R25 old saya.
Btw Nostalgiaan om, saya jg owner R25 old dgn striping yg sma dgn sabina hehe 😀
[IMG]http://i1148.photobucket.com/albums/o576/adoel488/IMG20180817121800-01_zps1illlshd.jpeg[/IMG]
wuihiiiiihi gasssss
@Dimas Nugraha
saya malah mikir buat beli ECU new R25 ini… soalnya ada yang jual ECU versi unit test dulu (beda kodenya) tapi muahallllll
Wah kalo saya bobot badan tergantung tanggal om.
Tanggal tua dan tanggal muda maksudnya.
Jd power dan speed R25 tdk berbeda dg versi sebelumnya, hanya saja waktu yg diperlukan utk mencapainya lebih cepat, apa gitu om? Apa ini berarti secara overall performance CBR250RR msh lebih baik? Sedangkan R25 menang di harga? Kalo iya sih selisih harga bisa buat modif R25 jd lebih superior scr performance dibanding CBR250RR, tinggal durabilitynya aja bgmn.
harga samq cbr black freedom beda tilis skrng muehehehehe
Kaalo dulu iya mas beda jauhh, kalo skrg dgn black freedom bahkan selisih buat beli bensin turbo 130-160 an liter doang.. buat bayar jasa kilik headnya aja masiih kurang wkwkwkwk (kecuali digarap dewe, tp masih hrs mengakui jg payung klepnya kalah gede dibanding cbr bahkan konon ninja sekalipun). Jd udah gk terlalu value for money lagi kek dulu.. tp soal ini kembali ke pilihan masing2..
Sangat bermanfaat Om.. ulasannya
Matur nuwun