Status mengenai ini saya tulis kemarin di FB dan mendapat banyak masukan dari rekan2 FB. Apa langkah pencegahannya ke depan?
Mengenaskan kemarin pagi saya membaca berita tentang seorang ibu dengan putri masih balita menjadi korban perampokan dua saudara kembar di taxi online (Grabcar) yang ia pesan.
Mencari nafkah sebagai manager pemasaran wedding organiser (penyelenggara acara pernikahan), Siska Rohani (29 th) malam itu masih bekerja. Ia memesan taxi online melalui aplikasi untuk berangkat dari Jakarta Pusat menuju Jakarta Selatan.
Dari reka peristiwa terungkap pelaku kedua (32 th, saudara kembar dari driver) bersembunyi di kursi belakang. Pelaku baru muncul dan mengancam korban dengan pisau setelah mobil berjalan. Mobil diarahkan memasuki tol jagorawi (masuk lewat gerbang E-toll?). Selama perjalanan korban diminta memberikan uang 20 juta rupiah. Namun karena tidak ditemui adanya cash, korban diminta menelpon rekan/kerabat. Sayangnya tidak berhasil. Kemudian korban dipaksa menyerahkan dua ATM dan kode PIN kartu tersebut.
Di rest area KM 34, driver (baru 2 bulan bergabung) turun untuk menarik uang dari rekening ber-ATM tersebut. Namun tidak didapati adanya uang yang tersisa. Mobil kembali diarahkan menuju Bogor. Pada saat inilah korban dicekik di leher oleh pelaku hingga meninggal. Kepala almarhum kemudian ditutup kantong plastik hingga tiga lapis. Setelah membuang identitas, jenazah almarhum pun kemudian dibuang di ruko Cibinong Griya Asri.
Pihak kepolisian setelah ada laporan ditemukannya korban kemudian melacak menggunakan INAFIS dan berhasil mendapatkan identitas korban. Pelacakan aktifitas terakhir korban kemudian mengarah pada pemesanan taxi online tersebut. Dalam waktu tiga hari kedua pelaku tertangkap di Tajurhalang Bogor.
Pertama-tama, saya ingin mengucapkan turut berduka dan keprihatinan yang mendalam. Tentu keluarga terutama balita yang ditinggalkan sangat kehilangan. Mari kita doakan agar almarhumah senantiasa mendapat ketenangan dan keluarga dikuatkan.
Kedua, terima kasih kepada warga masyarakat dan kepolisian yang sudah menemukan pelaku dalam waktu dua hari. Kejahatan yang ditemukan pelakunya akan mengurangi faktor resiko terulanginya lagi modus yang sama.
Ketiga, sebagai masyarakat apa yang kita bisa lakukan untuk mencegah ini terulang lagi dan memakan korban yang bisa saja kerabat atau orang yg kita kenal?
Dari sisi korban, almarhum tentu merasa sudah sangat percaya, dan juga mungkin sudah sangat terbiasa menggunakan jasa taxi online. Semua order tercatat. Driver jelas. Hampir bisa dikatakan tidak ada kasus seperti ini sebelumnya. Pada saat ternyata sudah ada orang lain di belakang kita dan mengancam dengan pisau, tentu tidak banyak yg bisa kita lakukan.
Setelah ini mungkin kita, apalagi penumpang tunggal, akan lebih berhati-hati saat memasuki taxi dengan mengecek area belakang tempat duduk penumpang. Saya ingat dulu saat biasa pakai taxi online juga terbiasa memperhatikan ID driver yang terpampang di dashboard. Apabila perjalanan panjang dan malam, saya biasa kirim text nomer lambung taxi ke grup di rumah. Mungkin pada era online sekarang menggunakan feature “Share My Ride” kepada keluarga. Jika merasa perasaan kita tidak nyaman, ada baiknya juga menelpon atau berbicara dengan kerabat/keluarga selama dalam perjalanan,
Dari sisi perusahaan penyedia taxi online menjawab bahwa semua driver online sudah melalui test dan persyaratan administratif. Calon driver diminta melampirkan surat catatan bebas kriminal. Tapi apakah proses seleksi yang ada sekarang sudah memadai? Bagaimana mencegah fenomena sopir tembak? Atau dugaan jual beli account driver?
Dari sisi pemerintah dalam hal ini kementerian perhubungan, selayaknya yang menjadi perhatian juga adalah pada standard keamanan dan keselamatan penumpang. Bukan sibuk terfokus hanya pada mengatur batas bawah tarif taxi online agar sama dg taxi konvensional.
KIta harus jadikan kejadian ini terakhir dan momen bagi semua pihak untuk berbenah.
Bagaimana menurut bro dan sis untuk mencegah ini terjadi lagi?
Informasi yg sangat berharga ini om leo…terimaksih…
Panic button seperti ny ada perlu ny jg diadakan…hmmm
Simpan artikel ini…ketika akan naik taxy online tunjukan artikel…katakan sama driver ny saya tidak menuduh tapi berjaga jaga…minta buka pintu belakang…
Untuk korban semoga di terima di sisi NYA dengan baik
Ikut berduka, jaman sekarang ngeri2.
=============
Ngeluh biaya servis habis banyak? Salah siapa coba?
http://semarmotoblog.com/2018/03/23/malas-merawat-motor-jangan-menyesal-jika-biaya-servis-membengkak/
mending jadiin SOP aja, kayak di pom p*rtamina “mulai dari nol”
nah ini nunjukin ke konsumen kalau mobilnya kosong
Semoga almarhumah diberikan ketenangan di Sisi-Nya, diampunkan semua dosanya dan keluarga diberi ketabahan. Panic button kayake lebih pas jika ditaruh di aplikasi hape. Sebab jika ditaruh di mobil, bisa jadi si pelaku akan menghalangi calon korbannya mencet tuh tombol.
Saya rasa rekrutmen lebih ketat menjadi salah satu yang harus dibenahi, lalu juga sistem yang membuat driver tidak bisa apalah itu pakek sistem tembak dsb
Banyak kejadian yang melibatkan taxi online,diantaranya pembunuhan berencana. Sebenarnya driver lah target yang empuk dijadikan sasaran,selain bawa uang cash,dia bawa mobil.. Beberapa bulan yg lalu ada seorang driver yg dibantai 2 anak dibawah umur di Semarang,leher digorok,dan ditusuk dr belakang, beliau juga meninggalkan seorang balita. Rata” kejadian malam hari.
Kejahatan bisa datang kapan saja, dari siapa dan pada saja.Bagaimana kita mendeteksi ancaman bahaya di dekat kita? Pengguna jasa harus aman terlindungi,begitu pula penyedia jasa. Penyedia jasa harusnya menyediakan radio atau kamera di kabin. Operator yang selalu aktif berkomunikasi dg driver . Dengan begitu operator bisa mengetahui adanya sopir tembak,atau penumpang yg punya rencana jahat juga bisa mengurungkan niatnya. Selain itu jika order penumpang dibelokkan ke arah jalan yang lain, operator bisa menanyakan ke driver langsung,jika mencurigakan operator bisa minta bantuan polisi yg patroli disekitarnya. Dengan adanya aplikasi di gadget,operator lebih mudah memantau keamanan penumpang ataupun drivernya. Klo hanya mengandalkan driver atau penumpang yg lapor lewat aplikasi, ya sama aja bohong.
setuju banget
Ideal sih, tapi jadi nggak realistis di sisi biaya operasional perusahaan taxi (bahkan utk yg sekelas burung biru), kalo diterapkan efeknya ke biaya yg dibebankan penumpang, dan lupakan konsep biaya transport murah a la taxi online
di jogja 373737 pake itu radio dan hampir selalu komunikasi sama kantor..maupun driver taxi lain..pernah juga naek grab car itu drivernya curcol kalo mereka juga ada group wasap dan komunikasi ama kantor juga…ini cerita di jogja..
Om nugroho, komunikasi aktif yg intens (bukan sekedar grup wa ya) hanya bisa diterapkan pd armada milik perusahaan yg dilengkapi dg hardware yg memadai
Saya pernah liat mobil taksi online ig yg dimodif pada bagian kursi driver dengan menggunakan kaca akrilik yg cukup tebal pada sisi belakang dan sisi sebelah kiri,. Seharusnya penggunakan kaca seperti ini harus menjadi standar bagi driver taksi online agar bisa lebih aman..pemakaiannya sendiri cukup mudah untuk dibongkar pasang, dan saya rasa mampu meminimalisir kejadian penikaman dari belakang, ataupun penodongan dengan menggunakan pistol
Saya rasa masih bisa diterapkan asal mmg ada itukad untuk membawa perubahan keamanan dan keselamatan kedua pihak..klo cm ip cam atau radio sih bukan biaya yg besar,HT yg bisa tersambung dg kepolisian lgsg lebih bisa meminimalisir potensi bahaya. Mmg perlu ada intervensi dari pemerintah, google ,fb,telegram bahkan frreport aja bisa diancam ama pemerintah masak sekelas grab,uber,gojek ga bisa..hardware bisa dibebankan ke driver dibikin skema yg tidak membebankan mereka pasti mau..apalagi ada subsidi dr pemerintah. pemerintah membentuk divisi cyber aja mampu harusnya bikin divisi beginian harusnya mampu apalagi cm ngurusi transport yg “kliatan mata”, mudah saya rasa.. Adanya panik button itu kurang membantu, panic button efektif jika korban mempunyai jarak yg cukup dg pelaku, itupun harus tidak ada penghalang, lha klo di hp dlm tas gimana bro, blm lg mau mencet buttonnya harus masuk aplikasinya dulu.. Buat driver pasang gps aktip aja ditilang gimana mau pencet panic button…
Yang paling aman ya “mata ketiga” itu tadi driver dan penumpang sudah bisa menyadari kehadiran “mata ketiga”, maka kejahatan akan pergi dg sendirinya,..
Hebat ni dua hari langsung ketemu, tapi kadang ada juga yang susah diketemukan macam kasus kasus tertentu…
Prihatin.. ini berlaku dua arah, sebelumnya ada kasus driver online yang dibajak dan dibunuh juga di area bogor. Saya pikir; ini sistemnya yang masih prematur, juga dua arah, standarisasi keamanan untuk penumpang maupun driver tidak ada yang baku. Untuk keamanan driver; ide lama boleh diwacanakan lagi;pemasangan pembatas dengan penumpang. Sebaliknya untuk penumpang; harus ada standarisasi kualitas driver,kendaraan..
Ironisnya; ”Loe kaga usah ‘nuntut lebih, aplikasi udah gratis,duduk manis aja,kasih bintang5… ‘Loe jangan banyak bacot, ude bagus gue order…” dsb.. 😫
Sebaiknya pihak provider atau operator taxi online juga menyediakan fasilitas live emergency di aplikasinya baik di sisi sopir maupun di sisi konsumen. Sehingga apabila ada perselisihan di jalan mudah di mediasi. live emergency itu juga di otomatis di report ke pihak kepolisian apabila aktif. Dari sisi driver juga pihak operator harus memantau apakah sopir yang sedang beroperasi adalah sopir yang dimaksud dengan otentifikasi berganda yang diupdate secara berkala.
Perlu tombol emergency ato panic button di 2 sisi.. 1 utk driver (bila penumpangx yg merampok) dan 1 utk penumpang ( bila ia yg dirampok) dan diwajibkan berfungsi (grab station kita setempat perlu berlakukan random KIR utk ngecek gradual) yg pasti panic botton ini terhubung ke 2 tujuan.. 1 kantor grab kota tersebut. 1.kantor polda kota tersebut.. panic botton dilindungi semacam cover kaca bening utk mengindari dimaini anak2 kecil.. panic botton wajib diinstal saat pendaftaran pertama mobil online tersebut..
bisa langsung di aplikasi nya juga. kalau ditekan otomatis konek ke sentral taksi online & kepolisian. kalau tombol fisik , bisa dioprek / rusak tanpa terdeketeksi.
RAMPOK KEMBAR GOBLOK…………DUA DUANYA GAK PUNYA OTAK, SEKOLAH GAK TUH. KAYANYA PEREKRUTAN BERIKUTNYA MINIMAL S 1
ada bro, caranya banyak, jika anda muslim misalnya baca ayat kursi 3x sebelum keluar rumah….
sayang sekali, karena pikiran kita mulai sekuler, hal2 remeh temeh spt ini banyak dilupakan org…
cth, ane ini g punya asuransi secara fisik/registered, tapi ane punya amalan asuransi ‘gaib’…
amalan ane insya alloh bukanlah perkara bidah, karena ane sudah berusaha menyaring amalan mana yang bidah, mana yang kagak..
Saya nggak akan mau / batal pake jasa ojek online atau mobil online jika identitas mobil / driver / keduanya berbeda dengan yang ada diaplikasi.
Hal itu sering banget terjadi. Malah saya pun pernah malah dimarahi driver online karena membatalkan jasa dengan alasan diatas.
Yah memang nggak menjamin keamanan sih, tapi setidaknya jika identitas kendaraan atau drivernya sesuai dengan aplikasi, saya udah melakukan tindakan preventif.
Mungkin menghilangkan fitur bergabung secara online oleh penyedia jasa taxi online untuk mencegah bergabungnya pengemudi yang punya niatan dan rencana jahat.
untuk pencegahan itu gampang kok….kalau udah terbukti sah membunuh, ya disiapin gantungan atau bom c4….sy yakin yg lain akan mikir melakukan pembunuhan
Otomatis mencoreng nama baik perusahaan taxi online tersebut,,,
Btw GR*B kok suka bermasalah ya,pesan barang online via GR*B barang saya hilang ngga di kirim tapi alhamdulillah duit kembali,,,
Taxi formil plat kuning yg sdh jelas regulasinya saja msh bisa kejadian spt ini, mau berharap apa thd perusahaan penyedia aplikasi transport online? (Mereka nolak disebut perusahaan jasa transport).
Pencegahan aksi kriminal seyogyanya juga menyentuh unsur penyebab (motivasi) disisi pelaku.
*makin puyeng dah yg jadi pemerintah*
setuju bgt om leo.dengan adanya sopir tembak/jual beli account driver..masalahnya sering juga saya order dapet papansa plat item eh taunya yg jempud sigra plat merah uda gitu drivernya ama yang diaplikasi beda…pas nanya katanya “iya ini mobil baru ambil..yg lama uda dituker tambah ama ini” nah
segera jatuhkan hukuman maksimal (mati) bagi pelaku kejahatan ini, publikasikan untuk mencegah/meminimalisir tindak kejahatan serupa (sebagai upaya menghadirkan efek jera)
Mmm…. Kira2 apa ada korelasinya dg hubungan kerja antara driver dg perusahaan penyedia aplikadi, yg hanya sebatas “partner”?(kemitraan),
baca: bukan karyawan resmi perusahaan (meski kontrak) spt yg berlaku di taksi plat kuning
saya kira ada perbedaan besar. driver memiliki sendiri kendaraan dan tidak merasa tergantung penghidupannya.
Lebih berhati-hati lagi
wah in dket rumah sya om lokasi pembuangan mayat. y,,, padahal qlo mlm rame tu tmpt. y, d smping lok pmbuangan jg ad tukang pcelayam..
tp bsa aj dy ngbuang. y ya…
lbh hati” aj u yg ska naik taksi ol,
btw knjungan pertma ni ke blog sampean om
Selamat datang broh!