Setelah hampir 4 tahun Kawasaki dan Ducati mendominasi WSBK, Dorna mempertimbangkan dua pilihan: menggunakan satu ECU utk semua motor seperti MotoGP ATAU menerapkan pembatasan limiter yang berbeda. Apa tujuannya?
Balapan adalah bisnis. Dan bagi penyelenggara adalah penting, prioritas nomer 1, untuk membuat balapan menjadi semenarik dan sekompetitif mungkin. Ini berpengaruh ke pundi-pundi uang organiser.
Dan nampaknya jalan yang ditempuh adalah dengan menerapkan pembatasan performa tim yang ada di lini depan saat ini: Kawasaki dan Ducati. Di lini tengah ada Yamaha (tahun kedua dg New R1). Dan dilini belakang MV Agusta, APrilia, dan Honda (tahun pertama dengan New CBR1000RR).
Dorna akan menerapkan pembatasan RPM yang akan direview dan bisa direvisi di setiap 3 seri. Tim dilarang merubah dan akan terus dimonitor melalui data logger FIM. Overrevving diperbolehkan hanya pada saat downshift karena tidak merubah performa.
WSBK Initial rev-limit | |
Brand | Proposed |
Aprilia | 14700 |
BMW | 14700 |
Ducati | 12400 |
Honda | 14300 |
Kawasaki | 14100 |
MV Agusta | 14700 |
Suzuki | 14700 |
Yamaha | 14700 |
Catatan: Pembatasan RPM juga diterapkan di kelas WSSP 300. Namun karena memang di kelas ini perbedaan CCnya cukup jauh dimana ada CBR500R dan KTM RC390 bersaing melawan R3 dan Ninja 300 disini.
Komentar bermacam ragam. Ada yang menyambut dengan harapan persaingan akan jadi lebih imbang. Banyak juga yang menolak dengan pertimbangan capaian Kawasaki dan Ducati sekarang adalah berkat kerja keras tim dan pembalap. Pabrikan yang sekarang di depan sudah investasi lebih besar dan lama.
Menurut saya sendiri, jika ingin main standard, kelas World Super Stock 1000cc juga sudah ada kok. Silahkan main disana.
Kebanyakan pabrikan yang di lini tengah atau bawah saat ini masih menggunakan motor yang baru. Tentunya pengembangan potensi balapnya belum semaksimal Kawasaki dan Ducati, tapi seturut waktu saya yakin mereka bisa catch-up atau bahkan bisa lebih kompetitif. Lihat saja Yamaha yang di tahun keduanya sudah mulai terus menyodok ke atas.
Perubahan regulasi ini memang sangat rentan didorong kepentingan ekonomi atau non-teknis balap lainnya baik oleh penyelenggara maupun antara pabrikan.
Jonathan Rea si juara dunia WSBK 3 kali berturut-turut hanya berkomentar santai: yaa.. ini sih mirip seperti seri 2015, dimana saya saat itu harus banyak menggunakan high speed cornering memanfaatkan momentum kecepatan sebelum tikungan. Yang ya memang itu gaya riding saya. Tinggal saya membiasakan diri lagi, dan kita harusnya ga masalah dengan itu”.
Dan ini terbukti pada hasil tes minggu lalu.
Gimana menurut sobat biker tentang pembahasan RPM ini?
jujur gak begitu dong sama wsbk
tapi kawsakiti menurut saya akan tetap fight seperti biasanya,ental juara wsbk gitu lho.. take it easy aja
tentu dengan regulasi yang fair.
pasti krn ada yg protes nih 😀
http://kobayogas.com/2017/12/05/yamaha-t-max-dx-2018-spesifikasi-dan-harga/
yaapp.. harusnya biarin aja, toh tiap pabrikan akan terus berkembang..
Aturan macam apa itu? Kasarnya kek bilang “Lo jangan kenceng2 ya, kesian di belakang lo noh pengen menang biar rame”.
Aneh…
https://sakahayangna.com/2017/12/04/pengalaman-motor-mogok-diangkut-dealer-yamaha-terdekat/
pembatasannya kurang adil menurit saya, masak dilihat merk nya.. sekalian aja semua dibarasi di 8 ribu rpm hehehee
good point. harusnya pembatasan RPM berdasarkan jumlah silinder saja.
Sebenarnya akan adil juga pada akhirnya karena kalau performa motor yang biasanya selalu di belakang kini jadi selalu di depan, yang di depan sekarang pada akhirnya juga akan kena cut, yang dibelakang dapat keuntungan lagi, dan seterusnya…
Ini untuk membuat balapan seru aja sih, mau pakai adil atau tidak adil tapi penontonnya tidak ada gimana?
Kasian kawasaki panggung satu”nya paling bagus buat dia pun dibatasi,,
Ducati ngeri banget limitnya, klo pabrik lain ga mau investasi lebih ya jangan menghambat yg mau dong, Ducati dan kawasaki sudah berjuang dengan keras untuk pencapaian ya saat ini
Ducati beda sendiri karena twin cylinder, total rpmnya lebih rendah.
Ducati limitnya ‘ngeri’ tapi mereka juga punya ‘kelebihan’ mesin 200 cc dibanding lainnya (meskipun hanya 2 silinder).
LImit RPM akan dievaluasi tiap 3 balapan (berdasarkan regulasi baru). Kalau performa mereka menurun, mereka akan diperbolehkan menambah lagi RPM, begitu seterusnya…
Yang tadinya WSBK world superbike championship ntar lama lama jadi “world standarbike championship…. 😂 😂 wes ora pol polan meneh
Pasti karena negara Api datang
Power of….
Cream
Batasi RPM sesuaikan dengan diameter dan langkah, motor yang race adalah basic spec tiap2 motor massal, dan di modif, bukan versi homologasi begitu juga dengan superstock. sasis dan swing arm gak boleh ganti (swing arm krusial, makanya pada boleh ganti). ecu jangan unified, wsbk adalah laboratorium motor masal sbk, liat aja sbk skrg, terutama jepang, udah gak pelit fitur elektronik, sampe zx10r se sudah bisa kasih fitur elektronik suspension pake Showa, bukan Ohlins…
Kesalahan kita adalah, sering menganggap motor versi produksi (meskipun itu 1000 cc/superbike) mirip (dekat) dengan motor versi balapnya di WSBK.
Faktanya, mereka berbeda jauh banget.
Perbedaan mencoloknya bisa dilihat di elektroniknya.
Duc dan Kawak kalau tidak salah menggunakan hardwarenya Magneti Marelli (ECU, IMU, sensor-sensor dan kawan-kawannya itu yang jumlahnya bisa puluhan) dengan software yang mereka kembangkan sendiri.
Harga satu paket elektronik dan hardware untuk motor balap di WSBK seperti yang dipakai Kawasaki dan Ducati bisa ratusan juta (elektronik saja), bayangin kalau itu diturunkan di motor versi produksi bisa gak kompetitif harganya.
Yang pakai elektronik yang sama/mendekati dengan versi motor produksinya kalau tidak salah hanya BMW dan 1 pabrikan lain (lupa).
Fitur canggih di motor versi produksi kita bukan berarti teknologinya juga dipakai di balapan (WSBK) misalnya ABS dan semiactive/active suspension gak dipakai di WSBK/MotoGP.
Jadi apakah pengembangan elektronik motor produksi akan linier dengan pengembangan yang terjadi di lintasan balap, gak juga kan?
betul, tentu beda, tapi akan tetap jauhh lebih dekat dan linear dengan motor yang diproduksi massal. Kala mau lihat yang lebih stock standardnya silahkan ke kelas Superstock.
Linear, tidak semua di turunkan tapi ada yang di turunkan dan lebih dekat ke produksi masal, makin dekat, dan makin berubah dan berkembang, Kawasaki dan Suzuki contohnya, mau berbenah dan jauh melompat drastis dari generasi sebelomnya.
mengapa saya bilang produk masal dasar bukan homologasi? ini bertujuan memaksa pabrikan balapan dengan motor yang sama2 base spec dengan satelit, walalu tentu pabrikan bisa lebih dalam mengoprek. kawasaki bisa balap dengan zx10r (kawasaki cuman produksi 1 tipe sbk, sudah dengan Showa ttx) bisa menang (walau banyak oprekannya) di banding pabrikan/satelit yang balapan pake merek lain dan tipe tertinggi bahkan tipe homologasi.
dan mengapa di kelas superstock juga saya pengen bukan motor tipe tertinggi atau homologasi yang balap, tapi pake motor base biar sama2 ngoprek antara privateer satelit atau pabrikan, dan kompetisi semakin ketat. yang lebih laku dan mendatangkan banyak duit motor base spec, bukan homologasi atau hi spec (sudah rahasia umum motor hi spec/homologasi merajai superstock/atau balapan region lain berbasis superstock di banding yang balapan pake base spec)
Beda tapi mirip motogp n f1 politiknya ya biar ramai 😭 politik ekonomi kalau dah ngambek ngancam2x atau riset duluan buat minta diterapkan tahun depan ya spek sesuai produknya 😂
kok honda kecil sendiri diantara 4 cylinder ? ntar tambah lemot.
tahun kemarin aja hancur lebur gitu.
berharap alex lowes bisa bersaing dgn tim ijo. 2 tahun kemarin yamaha dibantai di trek lurus mulu 😀
iya itu PR waktu tahun pertama turun. Kalah di straight
Duh lama2 aturan2 absurd dorna bisa ngancurin balapan roda 2 & inovasi di otomotif secara umum nih. Tadinya motogp sekarang WSBK juga -_____-
Di MotoGP ganti tender ban ke michelin mungkin fair lah, tapi unified ECU? Bener2 bodoh. Kalo mau main fair harusnya jangan motong inovasi dari development nya dong. Yang bikin ga fair kan karena resource pabrikan2 tertentu yang besar banget, mikirnya ya resourcenya yang di batasin dong. Kan bisa tuh kasih aturan batas maksimal resource (duit) yang boleh dipake buat ngembangin motor dalam semusim.
Maaf rant ya bang wkwk neluarin unek2
setuju. Maksimal tentukan saja sekian XX juta dollar utk R&D. ECU itu inti jiwa dari motor.
Lho bukannya saat ini sudah pakai price capping ya baik part maupun electronik (kalau tidak salah, seperti paket elektronik, swing arm masing-masing tidak boleh lebih dari 10.000 euro)? (atau saya yang salah tangkap komennya?)
Ini bukan masalah fair dan tidak fair sih, tujuannya adalah membuat balapan jadi lebih menarik.
Kawasaki/Ducati mau bayar lebih besar dibandingkan tim lain untuk mendapatkan pebalap terbaik, data engineer/analyst terbaik, dll boleh-boleh saja dong.
Sulit (mustahil) membatasi setiap detail yang terlibat dalam tim, contoh, nilai kontrak pebalap mau dibatasi juga? Gaji engineer mau diatur-atur juga?
Tentang penggunaan unified ECU pernah muncul jadi wacana tapi tidak pernah dibahas oleh Dorna, bahkan rencana untuk mengaplikasikannya pun enggak.
Kita serahkan saja ke Dorna, toh di Dorna saya rasa banyak orang-orang yang kompeten, pengalamannya juga banyak di dunia balap roda 2. Mungkin organiser balapan terbaik yang ada di dunia saat ini.
Untuk mengembangkan talent muda dia rekrut mantan bos HRC Shuhei Nakamoto, untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan balapan motor elektronik mereka merekrut salah satu orang paling penting, orang terbaik yang dimiliki Michelin, Nicolas Goubert.
Seperti kata mantan bos HRC Livio Suppo, hal-hal seperti ini “mudah untuk dikritisi tapi susah untuk dimanage”.
Mending satu ecu… Kalo emang Dorna niatnya memanaskan balap tanpa pandang merek… Selain itu.. cukup…tdk perlu lah merubah aturan yg lain… Kawasaki dan Ducati sekarang kuat juga tidak didapan secara tibatiba toh… Lama juga usahanya mencapai posisi prestasi yg skr didapat..