Pagi jam 7, setelah secukupnya ngopi dan sarapan, 13 riders YROI mulai menghentak aspal jalanan. Kondisi lalu lintas mulai ramai di dalam kota. Kami dikawal juga 2 R15. Memasuki rute trans-kalimantan jalanan mulai sepi dan kecepatan mulai bisa dipacu. Rute didominasi jalanan yang lurus dan mendatar, dengan satu-dua tikungan setelah beberapa km. Cocok untuk memanaskan badan dan secara bertahap menaikkan adrenalin.
Kurang lebih satu jam menyusuri jalanan halus trans-Kalimantan kami memasuki daerah Jembatan Tayan yang mulai berbukit dan berayun. Pemandangan mulai menyegarkan pikiran disini. Tak lama menghadang di depan mata, salah satu jembatan sungai terpanjang di Kalimantan: Jembatan Tayan. Sampai beberapa tahun lalu penyebrangan disini masih menggunakan ferry yang memakan waktu cukup lama (sekitar 3 jam termasuk waktu antri) serta biaya yang besar. Hadirnya jembatan membuat mobilitas warga dan barang serta pertumbuhan ekonomi menjadi lebih lancar dan pesat. Masyarakat di lintasan antara Tayan hingga perbatasan Kalimantan Tengah kini dimudahkan untuk melakukan perjalanan menuju kota besar di Kalimantan Barat.
Riding di rute ini, kami sungguh dimanja dengan jalur yang mengayun naik turun ke kiri dan ke kanan. Rute ini mirip sekali dengan jalur Palembang-Jambi.
Di Balai Bekuak, rombongan kami pisah menjadi dua grup kecil karena perbedaan pace riding dan stamina. Rombongan depan: saya, Murray (Ketum YROI), bro Vito – kami bertiga berangkat dr Jakarta, plus bro Hendri dari YROI Pontianak yang ditugaskan menemani. Sementara rombongan kedua, 9 riders berjalan lebih santai.
Dengan jumlah tim yang lebih kecil, kita lebih bisa mengatur ritme riding bersama. Menikmati rute dengan lebih optimal. Attacking corner lebih tajam, buka gas lebih cepat. Bergantian kami berempat menjadi RC. Pushing forward jauh ke depan. Berhenti lebih sedikit dan beristirahat lebih singkat.
Kami geser jam makan siang menjadi jam 2 untuk mengejar titik perbatasan propinsi seawall mungkin. Maklum foto-foto bakal gatot kalau sudah malam. Makan siang kami berhenti di Nanga Tayap kurang 1 jam dari perbatasan propinsi. Makan dan ngopi sambil ngecek posisi rombongan kedua. Oke mereka juga berhenti 1 jam di belakang.
Kamipun lanjut menuju perbatasan setelah revive kurang lebih 45 menit. 1 jam kemudian sekitar jam 4 kurang kami tiba di perbatasan propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.
Ini bukan kota, hanya sebuah gapura besar dengan beberapa toko kayu yang menjual minum dan makanan. Teras kayu dengan tempat duduk santai jadi tempat ideal utuk beristirahat. Kami berencana menunggu rombongan kedua agar bisa berfoto bersama di tapal batas ini.
Karena terlambat mematikan kontak, akibat foto-foto, aki MT-09 pun drop. Saya menggunakan waktu untuk mendinginkan.
Sudah satu jam lebih belum tiba juga rombongan kedua, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. MT-09 di-jump start, dan kemudian vroommmmm nyala.
Persis saat kami akan jalan sekitar jam 5, rombongan ke-2 tiba. Awan sudah menggumpal mendung membawa hujan ketika itu. Rombongan satu pun memutuskan utk gass terus karena jarak menuju titik berhenti hari itu masih sekitar 2 jam lagi, alias jam 7 malam.
Awan mendung yang menebal dan gerimis local yang dating dan pergi membuat kami kian memacu kendaraan. Ritme riding kian agresif.
Persis satu jam kemudian hujan turun lebat seperti dibanting tumpah dari langit. Kecepatan kontan drop ke 20-30 km/jam. Bukan saja karena hari sudah gelap, namun juga curahan hujan membuat visibilitas buruk, kami kesulitan melihat motor yang ada di depan, apalagi titik-titik tikungan. Diperparah dengan jalanan yang licin dan handling yang terganggu.
Sisa jarak yang harusnya bisa ditempuh lekas pun terasa memanjang. Kecepatan begitu rendah, sampai kami bisa disalip mobil yang memang memiliki visibilitas dan handling yang lebih baik saat hujan.
Basah dan kisut sampai ke daleman. Di tambah dengan fuel gauge yang tersisa menunjukkan 1 bar. Perjalanan yang terasa lama.
Hujan tiba-tiba berhenti, dan tiba-tiba juga kami sampai di titik penjemputan dimana teman-teman Lamandau sudah menunggu dengan TV yang menayangkan seri MotoGP. Kami seperti pasukan katak yang klebus, disambut oleh cuaca yang kering di warung kopi yang hangat. Suweekkk.
Makan apa bang? Sudah tau dong kalau kondisi gini ga ada yang bisa ngalahin indomie rebus pake telur dan cabe potong hehehehe.
Teman-teman komunitas biker di Lamandau, termasuk YROI dan R series menyambut dengan hangat dan ramah, terbayar sepertinya perjalanan seharian 650 km ini.
Yamaha For Borneo hari kedua selesai saudara-saudari.
Enaknya… Riding ga pake macet…
Saya mah Jakarta – Sawarna aja udah senenh bukan maen…
😀
sayang om pas sampai nanga bulik sudah malam jadi gak bisa motret tunggangan om leo dengan sempurna, senin pagi sampai sore gak bisa keluar kandang maklum kuli kalau sampai ketahuan big bos bisa dipindah ke pelosok negeri wkwkwk…
Ga bisa posting foto sih
Ane ada dunk foto ama juragan 7leopold7.com
Haha
Wah iya,, setuju om,, jalurnya mirip Palembang – Jambi.. tapi kalau di Sumsel masih banyak bolongnya, memasuki Jambi baru muluuus..
—————-
https://travelmotoblog.com/2016/08/23/ktm-duke-dan-rc-bikin-bikers-galau/
Juos kang
Mantabbb touringnya, mantab jalanannya mulus dan sepi, yg terpenting ga ada speed limit nya.. Hehehe. Btw itu hutan2 di tepian jalan kok jarang ada rumah karena tanah pemerintah/perhutani atau mmg daerahnya pelosok jadi tidak ada penghuni nya?
penduduk nya emang jarang banget bro, klw lahan” yg kosong itu…ada milik masyarakat baik pribadi maupun hutan adat, jga milik negara. saya tinggal di jalur transkalimantan ini..tepat nya di kec. sandai…cuman 2 jam aja dari perbatasan kalbar-kalteng…ayo sekali” turing ke borneo cicipi jalur transkalimantan bro…pokoknya maknyus deh..klw gak percaya tanya deh sama om leo…wkkkkkk
Kalau touring di jawa sini ketemu jalan kosongnya cuma beberapa menit, banyak rumah warga juga, banyak anak2 desa keluar nyelonong ke jalan raya tanpa sein dan helm, hadehhh… TT…
Suatu waktu harus coba trek kalimantan , mantabbb.
top speed dapat brapa om? heee..heee..
mantap kan om jalur turing nya orang borneo…..
Hehehehe manntappp. Suspensi MT empuk ga berani ngebut saya, 170an paling
sayang gak ketemu sama om leo kmarin, saya mau foto bareng om leo n mt 09 nya..hee..hee
oiya om leo, mau tanya saya…kalau satu klub/komunitas motor di daftarkan ke kemenkumham…itu nanti status nya dalam hukum negara itu jadinya seperti ormas atau yang lain? mohon pencerahannya om leo….
Waaa…Lamandau..dulu waktu disana jalan poros kabupatenya baru mulai di aspal..skg dah makin maju keknya..
Jozz Om Leo..
Kalbar- kalteng muluss, Tantangan sesungguhnya ada di rute kalimantan timur – kalimantan utara,…….siap2 kuras stamina kang…hehehe
wah sekarang jalan trans kalimantan dah aspal mulus semua ya ? beberapa tahun yang lalu sebagian besar masih tanah merah. hebat dah jokowow. lanjutkan jok…
Transkalimantan itu proyek multiyear masbro, udh dr jaman pak harto d buka lanjut presiden selanjut nya, pas jaman sby udh mau hbis masa jabatan ke 2 nya udh mulai d aspal…presiden skarang tinggal masa pemeliharaan.
Presiden jokowi pr nya sekarang jalan dari sanggau k prbatasan malaysia/entikong…bkan karena masa presiden nya siapa atau jaman nya siapa..jaman belanda aja udah ada itu rute transkalimantan…
mulus mulus pisan jalanan nya.. Yg pasti bingung antara speed limit sama pemandangan di sekitarnya.. Sukses terus pa leo
mantap euuyy, udh pernah ajak biker luar ga om buat turing exPlore indonesia? lumayan sklian promosi wisata..
saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam2nya om karena om Leo telah membangkitkan nostalgia jaman saya kuliah n ngekost dulu om, sang penyelamat dikala duit cekak (jaman mahasiswa mh duit cekak terus wkwkwkwk) Indomie pake telor n potongan cabe rawit, sang penyelamat para penerus bangsa untuk menjadi manusia2 yang berjuang untuk mengisi kemerdekaan sekarang dan seterusnya MANGSTAAAAABBBBBSSSSSS!!!!!!! #lebayModeOn heheheheh
bikin ah Indomie pake telor n potongan cabe rawitttt jadi lapeeerrrrrr……
Wahh beneran jadi nih om Leo ke Kalimantan naik MT, hehehe.
Beneran donggg