Saya memutuskan untuk tidak bereaksi spontan saat isyu recall R25 ini beredar. Saya gunakan waktu untuk mempelajari cluster tanggapan yang muncul di media social. Menurut saya ada beberapa kelompok yang bersikap terhadap isyu ini.
- Rider/owner R25
Bagi para pemilik, yang benar-benar memiliki, bukan cuman join di FB membernya, reaksi mereka secara umum tenang dan positif. Ada jaminan. Ada yang bilang “ahh good lah, gw belum ada trouble sih, tp bagus juga kalau ada recall”. Sebagian lain malah jadi pede. Mereka ini adalah para biker yang sudah merasakan sendiri dan secara langsung apa itu R25. Mengerti kelebihan dan kekurangan, dan happy dengan itu.
- Calon Pembeli R25
Mereka yang serius akan atau bahkan sedang inden. Berita recall ini tentu akan diikuti dengan serius karena menyangkut motor yang sudah dipilih. Respons resmi dari Yamaha Indonesia dan Malaysia yang menjamin penggantian parts juga dipelajari baik.
- Publik
Kumpulan besar peminat roda dua yang umumnya indifferent, atau tidak punya prasangka atau preferensi tertentu. Berita recall ini menarik dan diikuti dengan perhatian, karena terhitung jarang terjadi. Paling tidak untuk kelas motor ber-cc non moge. Apakah ini berarti R25 jelek? Bagaimana pabrik merespons?
Di dalam kelompok ini banyak yang memiliki karakter kritis dalam menelaah berita/informasi. Namun juga ada yang tidak memiliki cukup informasi dan relatif mudah digiring opininya.
- Kompetitor
Perkembangan kasusnya diikuti dengan cermat dan hati-hati oleh para competitor karena kondisi yang sama bisa saja terjadi atau bahkan pernah terjadi pada produk mereka. Mereka sebagai counterpart tentu diikat oleh mutual respect dan menjaga dengan baik etika bisnis.
- Penumpang gelap
Kelompok ini selalu ada. Disebut ‘penumpang gelap’ karena menggunakan suatu isyu untuk memaksimalkan agenda mereka. Umumnya dengan cara mengambil sebagian fakta dan mengabaikan fakta yang lain untuk menggiring opini public atau kelompok ke 3 diatas terutama public yang tidak memiliki cukup informasi. Saat ada isyu begini pada bermunculan dan kemudian terbaca.
.
Persoalan recall bisa dilihat dari berbagai perspektif. Tergantung pada cara pandang ataupun kepentingannya.
Recall juga bukan barang aneh ataupun baru. Kawasaki menghadapi keluhan speedometer Ninja 250 FI yang berembun dengan cara melakukan penggantian unit speedometer baru berbasiskan keluhan konsumen. Agustus 2015 Honda Jepang mengumumkan recall CBR250R yang diproduksi di India secara terbuka. Ducati melakukan recall sebanyak 6 kali terhadap Panigale 1199.
Kita tidak bisa mengatakan itu semua produk gagal kan. Kalau saya, Gagal beli mungkin ya hehehe *ngidam Panigale.
Kalau ada artikel begini, biasanya ada 1-2 orang yang suka rame. Ga usah repot2, buat yang mau komentar dengan menggunakan kata2 bodo, tolol atau ga pantas lainnya otomatis masuk kotak. Yang ingin berdebat tapi bersembunyi di anonimitas juga begitu.
Saya baru keinget utk menginfokan berita recall ini ke temen yg beli R25 saya. Ini jg tanggung jawab moral kan? hahahaha…..
blog otomotif. harusnya yang begini.(kolom kmontarnya) adem bacanya nambah pengetahuan.. RESPECT.👍👍
best regards
i.gd. bayu – nvl rider
thanks bro
om leo saya malah pengen di recall nih beres recall ganti stnk sama bpkb bhahahahaaa
Om leo, sebenarnya kriteria untuk melakukan recal itu apa sih? Trus apa ada kemungkinan pihak pabrikan diem” aja padahal sudah tahu ada indikasi suatu produk mengalami cacat produksi, terutama untuk kelas motor kecil 250cc kebawah lah, ada gak contoh kasus seperti ini?
Kriteria: meluas pada beberapa batch produksi, bukan hanya bad copy atau kasuistik, menyangkut keselamatan, kualitas parts yg diproduksi vendor ada di bawah spek yang ditentukan pabrikan.
ya jelek itu motor cina.. barang terjual service centernya tutup