Sejak sore kemarin saya nongkrong di IIMS. Menantikan launching MT-09 Tracer. Sebenarnya hampir tiap hari sudah lihat Tracer di Canberra, karena di parkiran kampus ada satu Tracer merah sering parkir. Tapi tentu ini momennya lain. Tracer dijual lepas di Indonesia! Sebagai mantan penunggang MT-09 tentu punya interest tersediri mengikuti perjalanan adiknya ini.

————————————

Postingan mengenai Tracer Sebelumnya:

https://7leopold7.com/2015/01/13/perkenalkan-adik-kandung-yamaha-mt-09-mt-09-tracer-si-penjelajah/

https://7leopold7.com/2016/01/21/yamaha-mt-09-tracer-sudah-mendarat-di-tanah-air/

https://7leopold7.com/2016/03/15/mt-09-tracer-akan-hadir-44-unit-di-tanah-air/

———————————–

Saya tiba jam 5.30an, waktu saya habiskan ngobrol-ngobrol dengan kang Taufik TMC, teman-teman komunitas MT-09 Owners, om Eddy Ohlins, mbak Hyacintha dan mas Abidin YIMM.

Tidak terasa buka kerudung MT-09 Tracer pun dimulai. Wartawan merangsek rapat ke depan. Dan voilaaa …. first light adventure bike from Yamaha…

pancen kerennn….

Unit tersedia ready stock 10 buah. Harga dilepas di 325 juta. Dan langsung laku satu di tempat oleh ko Assen, juragan kuliner, temen dr Serang.

HARGA SUDAH TEPATKAH?

Harga OTR meleset cukup jauh dari harapan dan perhitungan banyak teman. Dengan harga MT-09 di 250 juta dan R6 di 270an juta, kalkulasi harga Tracer mengarah ke angka 280-290 juta.

Apalagi kalau dibandingkan selisih harga di US dan Australia antara MT-09 dan MT-09 Tracer hanya selisih 15 jutaan rupiah. Yahh taruhlah skema pajak di Indonesia memultiplikasi angka 15 juta ini menjadi dua atau tiga kali lipat = 30 sampai 45 juta lebih mahal dari MT-09 = dibawah 300 juta.

INI KELAS PRIDE MAS LEO, SELISIH HARGA ITU TIDAK MASALAH!

Nanti dulu, kita bukan bicara spesifikasi heavyweight adventure seperti BMW GS atau KTM SA. Kita sedang bicara kelas dimana market masih sensitif terhadap harga. Berbeda dengan kelas eksotik bike, dimana semakin mahal harga semakin bergengsi. Kelas pride, kelas yang lebih mengutamakan kebanggaan.

HARUSNYA BAGAIMANA MAS LEO?

Berjualan di kelas CBU tidak bisa didekati dengan cara berjualan di kelas manufaktur massal. CBU bicara mengenai penguasaan bukan hanya market share, tapi juga mindset-share. Mindset bahwa “Woh Yamaha megang nih di kelas medium adventure di Indonesia”. Mindset itu bisa dikapitalisasi, dimanfaatkan untuk mengolah pasar light/entry-level adventure pada cc di bawahnya yang dari segi volume penjualan cukup besar untuk mereguk margin. Terjadi simbiosis mutualisma antara CBU dan manufaktur. Persis seperti saat kharisma R1 dan R6 digunakan untuk memperkuat brand image R-series dibawahnya. Sebagai “The Mark of Origin”.

Untuk bisa mendorong calon pembeli yang masih berhitung, Yamaha perlu mempertimbangkan menambahkan gimmick seperti pannier (side bag OEM Yamaha) dan/atau Akrapovic exhaust. Usulan yang sama (melengkapi dengan gimmick) pernah saya ajukan saat MT-09 keluar dan kebetulan sejalan dengan kebijakan Yamaha kemudian.

Pembeli ngumpul dan puas, Yamaha pun bisa menduduki segmen baru di medium adventure ini.