Touring ASR : Persiapan
Touring ASR : Persiapan Motor
Touring ASR : Merak – Palembang
Touring ASR : Palembang – Jambi
Touring ASR : Jambi – Bukittinggi
Draft artikel ini sudah saya tulis semenjak kwartal ketiga 2014 sebenarnya, hampir 1.5 tahun lalu. Namun karena proses kepindahan ke Australia, draft kemudian terbengkalai. Trip ke KM 0 ini saya lakukan menyambut ulang tahun yang ke 40. Agar api terus manyala 😀
Di Bukittinggi kami sudah disambut oleh kawan-kawan BNC (Bukittinggi Ninja Community) yang bernaung di bawah KNI (Kawasaki Ninja Indonesia).
Semenjak sampainya kami di hotel, saat makan malam, briefing finalisasi rute, hingga saat meninggalkan kota Bukittinggi kami selalu dikawal oleh kawan-kawan BNC. Makasih banyak bro…
Target untuk hari ini adalah Bukittinggi – Balige (Sumut). Titik berhenti makan siang direncanakan sih di Padangsidempuan. Di kota ini kita akan review lagi progress touring, kemungkinan perubahan rute dan titik berhenti di hari pertama apakah masih di Balige atau bergeser.
Kami putuskan berangkat pagi jam setengah 7 dari hotel. Bukittinggi di jam segitu masih gelap dingin dan berkabut brrr…..
Masih belum cukup, di detik-detik berangkat, hujan pun turun…
It’s officially wet riding bro… Semua mengganti ban basah, hahaha ngimpi kali ye, pakai rain coat maksudnya…
Padahal beberapa hari belakangan ini benar-benar kering dan panas lho wahhh…
Kamipun meninggalkan kota Bukittinggi di bawah siraman air hujan dan kabut tebal. Jalan timik-timik…
Setelah lepas beberapa waktu dari batas kota, rekan-rekan BNC pun melepaskan pengawalan, saya mengambil alih posisi sebagai RC.
Jalanan yang twisty (berliku) dari Bukittinggi menuju Lubuksikaping sebenarnya sangat nikmat untuk dikendarai.
Sayangnya dalam kondisi hujan jalanan twisty berubah menjadi sangat slippery. Terutama pada beberapa bagian jalan yang merupakan tambalan sehingga grip roda ke jalan berubah-rubah. Saya merasakan beberapa kali ban belakang slide ke luar meskipun pada kecepatan sedang. Aliran air yang turun di sepanjang permukaan Badan jalan membuat roda semakin kehilangan gripnya. Wis lah pelan-pelan aja,,,,,,
Melewati Bonjol alias titik 0 derajat ekuator pun karena kondisi basah dan hujan akhirnya jadi malas berhenti. Gasss lanjut.
Kami sempat mengalami kondisi jalan yang kering antara Lubuksikaping dan Panti. Wahh enak banget… jalanan sepi namun penuh dengan kejutan, membuat kita betul-betul focus menikmati tiap kelokan di depan.
Memasuki Kotanopan dan perbatasan Sumatra Utara, wet race lagi…. Heuheu..Perasaannya kayak anak tiri…
Selepas Rao dan memasuki Tapanuli Selatan di Sumatera Utara, kami mulai disambut kondisi jalan yang tidak semulus propinsi Sumatera Barat. Perjalanan menuju Padangsidempuan terasa menjadi lebih panjang akhirnya karena kondisi jalan ini.
Belum lagi setengah jam menjelang Padangsidempuan hujan yang deras-sederas-derasnya tumpah ke muka bumi. Mata dituntut awas memperhatikan kondisi jalan.
Jam setengah dua akhirnya rombongan memasuki kota Padangsidempuan. Kami sepakat dari malam sebelumnya untuk mengevaluasi rute, kondisi jalan dan stamina rombongan di kota ini. Karena pada kota ini ada cabang jalan untuk menuju Balige, baik melalui Sibolga (lebih memutar, namun lebih datar) maupun via Sipirok (lebih langsung namun dikenal dengan jalur maut Aek Lathong).
Okelah kita makan dulu ye…
Berhenti di RM Melayu Himalaya, kelihatannya ramai. Dan ternyata memang benar-benar enak.

recommended place to eat
Atau juga karena lapar sekali. Saya pesan gulai telur bebek dan kemudian lomba makan petai rebus dengan Pape hehe.. ada mungkin habis 4 papan. Buat obat….
Dari hasil pengecekan dengan supir truk yang baru melintas kita putuskan tetap lewat Sipirok. Teman-teman biker lain juga mengatakan kalau dari Bukittinggi mau ke Medan ya biker harus lewat Sipirok. Gak sah kalau ga lewat itu. Bahhh… hehehe
Mengingat sudah jam setengah 3 sore kami menargetkan titik berhenti untuk hari itu adalah Tarutung yang berjarak 130an km. Keputusan ini diambil mengingat kondisi hujan, melewati jalur pegunungan dan kerusakan jalan bisa memakan waktu 3 jam.
Perjalanan kami lanjutkan. Kondisi masih gerimis-kering-hujan tidak jelas. Rain coat is still on.
Memasuki area Sipirok kami disambut kabut putih tebal dan aura menekan dari rute yang terkenal keganasannya ini.
Kondisi jalan terbongkar dan licin di beberapa tempat. Terutama di beberapa turunan menikung. Membuat kami perlu ekstra hati-hati dibandingkan etape sebelumnya.
Kabut tebal bertahan hampir 30 menit membuat panca indera kita harus bekerja lebih keras dan sensitive terhadap suasana asing yang menyertai.
Kami akan memasuki kawasan Aek Latong yang sudah banyak memakan korban.
Foto: https://ceritasondha.com/2008/07/07/berlumpur-di-aek-latong/
Untungnya belum lama Pemerintah akhirnya membuat rute baru yang menghindari turunan maut yang sudah memakan belasan korban jiwa 2 tahun lalu. Jalanan lebih besar, berbeton dan mulus. Kami sesaat bisa kembali memacu kecepatan di bagian ini.
Langit mulai gelap. Cahaya memang lebih cepat menghilang di wilayah pegunungan. Ditambah lagi mendung yang kian menebal dan menggantung. Hujan pun tanpa sungkan tercurah kembali ke jalanan. Pandangan semakin terbatas dan jalan semakin licin. Verde sudah beberapa kali sliding di puncak tikungan yang terendam air ataupun kumpulan pasir. Slide everywhere. Gigi saya naikkan ke gigi 3 untuk mengurangi torsi liar Verde. Maklum ga ada traction controlnya hehe..
Perjalanan naik turun menikung kanan kiri dalam keremangan senja seakan tiada habisnya selama. Sampai kemudian saya mengenali rute yang pernah saya lewati tahun 1998 memasuki Tarutung.
Sampai juga akhirnya bro…
Total perjalanan 11 jam. Andai tidak hujan SEPANJANG perjalanan mungkin bisa lebih cepat. Tapi syukur kepada Allah kita semua selamat tidak kurang apa sampai di Tarutung.
Sebelum mencari hotel, kita berhenti di warung rames di tepi jalan untuk ngopi, ngindomie dan sedikit refreshing. Mencari hotel di kota Tarutung sebenarnya tidak susah, problemnya mencari hotel yang punya tempat parkir yang cukup aman. Setelah berputar-putar akhirnya kami memutuskan mengistirahatkan kendaraan dan badan di Hotel Simfoni Tarutung.
Bersih2 aparel, badan dan kemudian tidur..
Semoga dilanvarkan semuanya ya om Leo…
http://singindo.com/2016/03/17/catatan-najwa-di-akhir-episode-pertaruhan-ahok/
Ini sambungan yang mana om? Setau sy terakhir sama bro rano doang deh
Wah, iya ya..
Seru yaa
Mengenang Verde nih….
#gagalmoveon
https://dslazer.wordpress.com/2016/03/16/obat-penyakit-watuk-klothok-klothok-all-new-cb150r-sonic-150r/
Laku berapa dulu verde om?
Hehe…
heheheh hanya turun 4 juta dari harga belinya
Njenengan gagah juga om 😀 Mantap! Coba naik Beat karbu / Mio M3 om :v
hahaha
tokoh2 yang ada di cerita ini sekarang udah ganti motor semuanya ya om
D aek latong motornya gak ad yg d derekkan dr atas
Kata ayah iti jalam udh brapa kali d timbun d aspal ttp hancur juga dan tanahnya ttp turun jga
._.
Untung aja waktu itu lewat treknya pas kering gak kebayang dah kalau hujan dsana
😀
Bukittinggi – lubuk sikaping… 80km 112 tikungan .. kiri tebing kanan jurang …
Jalan lurus cuma dibonjol masuk okm +- 2km …
Lubuk sikaping-panti jalan agak lurus tapi banyak lubang karena kandungan belerang yang tinggi dirimbo panti
Akh ….. jadi kangen lubuk sikaping …
SR turun gunung 😀 salam kenal Om
setelah kena hawa ausi, gimana riding dikita perbandingannya bang om?
Om itu ada foto yang gambare tutup tangki di plester pake lakban ato apa itu…bner apa gak y..??itu biar air g masuk tangki apa gimana..bukane dah ada saluran pembuangn y..mohon pencerahane…maaf masih newbieeeee di jagat touring…jagn d bully mas mba yo….hehehe
Tank bag itu bro.hehe
asyik tuh touring
gilak om..touring sampek ke sumut om leo?? menurut om ngerih gak jalur2 balige – tarutung- sipirok? mantap kan danau toba itu om?
kok tak mampir kian kau kemarin ke kota medan om, biar kutraktir kau makan di medan, tapi ku cok ku tes lah dlu moge kau om yg baru sih zeus, cantek gak #pakeklogatbatak..hehehehe
Godbless om dri medan.