Review sebelumnya:
The Unrivalled Rivale 800: Dominating Predator (Part 1)
The Unrivalled Rivale 800: “Not for everyone” Bike (Part 2)
————————————————————————————————
Setelah membahas apa dan mengapa MV Agusta memilih genre supermotard untuk mengisi line-up 800 ccnya, kini saatnya membuktikan apakah memang Rivale 800 seperti yang dikatakan Adrian Morton sang desainer.
KARAKTER TENAGA
Saatnya menyalakan motor seharga hampir 400 juta ini.
Tarik kopling, tekan switch power dan Engine is on.
Suara 3 silinder yang tidak rata menyalak keluar. Rreng- rreng-rreng,,, Tidak berbeda jauh dengan Brutale 800, sepupu bermesin sama yang sudah pernah saya test sebelumnya.
Cukup waspada dengan pengalaman bersama Brutale 800, saya set traction control full di level 8. Normal Mode.
Kopling tidak terlalu keras. Lebih enteng ketimbang beberapa kelas sport 600 cc malah. Masuk kegigi pertama, juga cukup lembut.
Dan kopling pun saya lepas pelan. Benar saja ini setelan pendek. Tenaga langsung mengisi dan Rivale spontan melonjak ke depan.
Sensasi supermotor. Tegak seperti berdiri biasa.
Revving up wow….. tripistone 800 menghentak membuang ke belakang tubuh saya.
Be careful bro dan sis, posisi tubuh kita tegak, titik berat badan mudah bergeser, jangan sampai badan tersentak apalagi handle gas tertarik.
Setelah beberapa saat saya bisa merasakan kalau Rivale ini, meskipun bermesin sama dengan Brutale 800 namun memiliki karakter tenaga yang berbeda. Ini tentunya disebabkan oleh remapping engine yang dilakukan oleh MV Agusta. Perbedaannya dimana?
Delivery tenaga lebih smooth. TIdak se abrupt dan seliar Brutale 800.
Kalau mengendarai Brutale di dalam kota saya harus naik satu gigi lebih tinggi agar mesin tidak terlalu liar. Tapi dengan Rivale 800 ini justru kebalikannya. Saya masih sangat nyaman dengan gigi 1 dan 2 untuk cruising di dalam kota. Gigi 3 adalah gigi tertinggi yang saya gunakan selama sekian ratus km test ride.
TAPIII, ingat lho ya ini perbandingannya dengan Brutale 800. Rivale 800 tetap salah satu motor 800cc yang paling responsive dan bertenaga. Bagaimana perbandingannya dengan Z800 yang sekarang semakin banyak beredar mas? Z800 sebagai 4 silinder lebih linear pelepasan tenaganya. Keluar pada RPM yang lebih tinggi. 800 cc 3 silinder tenaga keluar lebih awal, lebih cepat, dan penuh.
City riding dengan Rivale 800, saat melintasi traffic di kanan-kiri bawah anda, tenaga selalu terasa overflowing. Anda akan lebih harus sering mengendalikan tenaga supaya tidak berlebih, dan bukannya mendorong ke atas. Ini seperti jalan pagi bersama 3 anjing Great Dane. Tinggi, langsing namun tenaganya tumpah-tumpah.
HANDLING
Jika anda terbiasa dengan trail, anda akan terbiasa dengan handling Rivale 800. Posisi rake yang tegak, handle bar (stang) yang lebar, posisi duduk yang mendekati stang dan torsi yang tebal. Tentunya sebagai supermoto, Rivale lebih berat. Sebaliknya apabila anda lebih biasa dengan sport, mungkin awalnya agak kaku ya.
Rivale sebenarnya cukup ringan. Namun karena centre of gravity nya tinggi kita perlu membiasakan diri dengan counter leaning kita.
Dengan sport dan kebanyakan streetfighter, saat akan overtaking atau cornering tubuh akan mengikuti (leaning) ke arah dalam (arah yang sama dengan kemiringan motor) untuk mengimbangi gaya sentrifugal. Pada supermoto yang centre of gravitynya tinggi kita juga perlu membiasakan diri dengan counter-leaning. Berbeda dengan counter-steering ya.
Apa lagi sih mas counter-leaning?
Hehe sama sekali bukan hal baru, kita melakukan ini semenjak pertama belajar naik sepeda. Mengkoreksi keseimbangan sepeda dengan memiringkan tubuh berlawanan arah dengan sudut kemiringan sepeda. Agar tetap seimbang dan tidak jatuh.
Pada saat cornering ini artinya sepeda motor lebih miring dari pada posisi tubuh. Pada supermoto ini bermanfaat karena posisi CoG yang tinggi lebih mudah untuk terjadi off-set (kehilangan momen keseimbangan), sehingga counter-leaning akan membantu utk maneuverability saat tikungan singkat, menyalip, flipping dari kiri ke kanan, berbalik arah dalam kecepatan rendah.
Very fun, sangat menyenangkan hehe
Counter leaning tentu tidak direkomendasikan pada tikungan panjang dan high speed. Kenapa? Karena pada saat itu gaya sentrifugal yang dialami sangat besar, sehingga tubuh juga harus ikut miring kea rah yang sama dengan motor: arah dalam tikungan.
BRAKING PERFORMANCE
Superior. Pengereman yang luar biasa halus dan efektif. Tidak percuma diperlengkapi dengan brembo monobloc braking system. Saya dua kali terpaksa panic braking pada kecepatan medium (kurang lebih 60 km/jam), smooth namun presisi. Berhenti lebih awal dan lebih halus dari yang saya duga. Sedikit stoppie tapi se-stabil Bank Indonesia.
COMFORTABILITY
Keuntungan dari posisi up-right, atau tegak adalah ini merupakan posisi normal tubuh kita. Tubuh kita memang dirancang untuk berdiri dan berjalan tegak. Kalau melata itu ular namanya hehehe. Artinya apa? Artinya mengendarai Rivale 800 ini akan terasa sangat natural dan relax bagi tubuh.
Mengendarai motor yang tinggi juga memiliki kelebihan lain. Visibility yang lebih baik. Pandangan saya bisa 10-15 cm lebih tinggi, atau mungkin lebih dari rata-rata tinggi kendaraan lain. Juga visibility pengendara lain terhadap kita.
Dan sensasinya itu lho, seperti commanding officer yang menginspeksi pasukan dari atas kuda.
Problemnya ada dua: terpaan angin saat kecepatan sudah diatas 130 km/jam dan tempat duduk yang relative keras (khas supermoto). Dan untuk keduanya tidak banyak yang bisa kita lakukan. Dinikmati saja hehe. Memasang windshield? Hehe ga lucu banget jadinya. Mungkin memasang gel pad utk seat bisa sedikit membantu ya.
Bro Pape Setiawan toh nyaman saja touring dua hari Jkt-Jambi pada kecepatan sampai 160 km/jam.
FINAL CONCLUSION
PROs:
- Postur riding yang commanding. Tegap dan gagah seperti perwira.
- Tenaga yang berlimpah ruah tumpah-tumpah dan basah-basah pada rentang RPM yang lebar (wide power band). Meskipun keganasan terbesar di midrange
- Handling supermoto yang dijamin fun
- Desain terbaik untuk jajaran supermoto
- Superior Brake system
- One of the best suspension system, Marzoochi di depan dan Sachs di belakang. Keduanya adjustable dengan sangat mudah.
CONS:
- Tidak untuk setiap rider. Faktor tinggi. Bisa sih, tapi kenikmatannya tidak maksimal
- Kelistrikan. Unit yang saya test ada trouble dengan tail light (lampu belakang)
- Jika sudah panas, pada saat tutup gas mesin mudah mati. Kemungkinan karena spec battery (aki) yang kurang cocok.
Rivale 800 didesain dan diutus dengan satu misi: memperkokoh tampuk MV AGusta sebagai motor yang memiliki kombinasi keindahan desain dan performa terbaik di Eropa.
Dan Rivale 800 mampu membuktikan itu. Pada ajang EICMA 2012 Rivale dinobatkan melalui vote mayoritas sebagai the most beautiful bike in 2012
Dari segi pemasaran, bersama saudara-saudara 800 cc tripistone nya: F3 800 dan Brutale 800, Rivale mendongkrak penjualan MV Agusta di pasaran Eropa setinggi 67% pada penghujung 2013. Padahal penjualan big bike sedang mengalami penurunan 46% selama periode 2010-2013.
(Sumber http://www.cycleworld.com/)
Itu kita bicara fakta dan statistic.
Bicara sebagai seorang biker yang sudah melakukan test ride berbagai motor, termasuk jajaran MV Agusta: Brutale 1090R, Brutale 800, Brutale 675, F3 675, Rivale 800 adalah the most exciting and beautiful MV Agusta bike. Salah satu motor paling menggairahkan yang pernah saya coba dalam beberapa setting.
Turun dari mengendarai Rivale 800, anda akan melangkah pergi dengan senyum lebar, tubuh yang ringan karena adreanaline dan sensasi berkendara yang saya belum temukan bandingannya.
p.s. Thank to Pape Setiawan ASR utk Rivale 800nya. Great bike!!
Terima kasih juga utk anak lelaki pertamaku, Regis Bagas untuk foto-fotonya…
wow.. komen dulu baru resapi
ada yang nggak pakai helm,kckckkccc
iya Pan, daerah Serpong sini masih banyak yg cuek dgn helm dan lampu merah. kecelakaan fatal sering.
mantab om.. podium..
hehehe
mari broo silahkeunn
jos reviewnya om, makin terkesima liat foto nomer 2 dari bawah, ada sepasang remaja naik metic dengan tampang mupeng liatin om leo naik nih moge.. termasuk ane jg mupeng #akurapopo
hehehe… mungkin kaget ini apaan yang lewat ya
Hampir lupa mau komen keasikan melihat om Leo dgn Rivale… jadinya piye om Rivale ato R25 neeh….?
hehehe kalau setiap motor yang direview dibeli ya beratt…
Cengo dah liat reviewnya Pa Leo, apalagi klo udh ngomongin handling wkwk
cengo= 1500?
hehehe
Bengong Pa Leo 🙎 wkwk
Mantap gan ulasannya 👍
makasih buat feedbacknya bro
posisi riding diliatnya gak nyaman yak?
keliatannya gitu ya. Saya sih justru ngerasanya asyik
takutnya pas rem mendadak, si rider kelempar kedepan kalo diliat posisi ridirngnya yang difoto 😆
mantap pak, review yg tersusun sistematis,rapi enak dibaca.
terima kasih bro Vasava, utk masukan baiknya
pake tu motor pasti banyak yang liatin secara bentuknya keren kayak motor kamen rider,wkwkwk
pertama-tama karena suaranya yg sangat khas ya bro…
Turun dr motor sambil senyum2 kiri kanan, atas bawah….:D
kayak senyum joker dong lebar banget ya
Pak Leo, selama ini saya menjadi pembaca diam yg rutin menyambangi warung Pak Leo. Entah kenapa di tulisan kali ini saya tergerak utk berkomentar.
Saya doyan datang ke sini karena suka sekali dg isi & cara penulisan Pak Leo yg komprehensif, objektif, empatik, sehingga pembacanya yg saat ini belum mampu mengendarai “dream bikes” seperti saya bisa turut merasakan bagaimana rasanya berada di atas sadel kuda2 yg cantik ini.
Analogi Bank Indonesia & penjelasan counter leaning di tulisan ini menurut saya sangat brillian.
Saya jd menerka-nerka seperti apa pribadi Bapak di belakang layar.
Bayangan saya kalau bekerja dg Bapak mungkin rasanya seperti bekerja dg Ayah saya, cerewet meminta kesempurnaan tapi mau bersabar menuntun langkah demi langkah hahahahaha.
Kalau bapak suatu hari mau menulis & menerbitkan buku, tolong saya dikabari.
This blog is a job well done, semoga tidak berhenti menulis ya Pak.
Salam.
Seperti om Hay..saya jg pembaca setia om Leo…ulasannya menarik dan mudah dipahami…serasa ikut menikmati langsung…sukses om leo…kalau garasinya ga muat lg, sy rela menampung verde or r25 nya…
Bro Faiz hehe terima kasih ya feedbacknya. Wah doakan semoga isi garasinya tambah banyak 😀
dua kali menjawab tapi gangguan internet ..
Terima kasih banyak bro Hay atas masukannya yang sangat apresiatif.
Saya senang sekali kalau dari tulisan di waktu luang saya bisa bermanfaat. Masukan-masukan seperti inilah yang menjadi penyemangat dan reminder bagi saya untuk tetap menulis dengan segala keterbatasan.
Hehe saya memang ingin bisa atau sempat menulis buku, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan dan riset saya. Kalau di bidang otomotif wahh ilmu dan pengalamannya belum sampai hehe
Bro Leo ini kalau mereview sebuah motor memang pujangganya deh. Tulisannya enak di baca, saya yang hanya pembaca dan belum pernah naik motornya seperti ikut masuk kedalam.
waduhh jadi jengah. pujangga ya? hehe
mungkin krn saya hanya biker biasa dan mencoba membayangkan sebagai biker
mantaaabbbb abiissss om leo….
serasa ikut naek….
😀
Makasih banyak bro Ninja150ss
memang kerenn itu
masih ngebayangin…turun dari motor sambil senyum2 sendiri….:D
hehehe asal jangan ketawa-ketawa sendiri bro..
Mantaf mas Reviewnya, udh kyk pembalap profesional aza, detail n lengkap banget, gx perlu smpe bwa sendiri motornya dibayangi sendiri pun dr hasil review smpeyan sdh sangat mewakili banget gmn sensasinya… JOSSS!!!
ssst jangan bilang pembalap,, nanti dikira tukang ngebut…
makasih bro Riza masukannya. motornya memang asyik banget nih
kira2 kalau “ndak ada yg lihat”,habis mengendarai Rivale,turun dari motor kaya Lorenzo habis memenangi race.bisa dimaklumi.
hahaha bisa aja bro Dewa
Mas leo sering review R2. Isinya bagus2. Akan lbh mantabh klo pemilik unit yg di review jg ikut berkomentar, krn frekwensi pemakaiannya lbh sering. Disini masih jarang pemilik ikut berkomentar. Seperti bro dicky saat CB1000 direview, jg ikut berkomentar. Makin sip artikelnya..maaf agak panjang, hehehehe..
bener bro July, masukan yang perlu ditindaklanjuti.
Memang selama ini jarang long time usernya dikutip komentarnya…
makasih ya bro…
Tuh kan ane ga salah klo mzbro dah ky redakturnya MCN 🙂 Disinyalir de’ regis seksi dokumentasinya 🙂 Bravo 7leopold7.com..!! 🙂
wah mantap ulasannya..sangat lengkap 🙂
Pingback: The Unrivalled Rivale 800: Lebih Dekat – Lebih Personal (Part 4) | 7Leopold7
Pingback: The Unrivalled Rivale 800: Blusukan (Part 5) | 7Leopold7