Mohon maaf ya baru bisa melanjutkan review Rivale 800 yang tertunda hampir 3 bulan.
Bagian pertama bisa dipirsa di marih: The Unrivalled Rivale 800 : Dominating Predator (Part 1)
Adrian, sang designer Rivale 800 sudah memperingatkan.
“It is beautiful but not intended for everyone”
Statement yang menggelitik dan menantang. Mengapa dia berkata begitu?
Sebagai sebuah supermoto, Rivale tentu saja tinggi dan ramping. Saat pertama bertemu langsung Rivale 800 awal maret lalu saya betul-betul tertegun. Oh boy…
Ini seperti melihat kapten tim basket putri saat SMA dulu yang tinggi dan langsing namun hanya bisa dikagumi dari kejauhan. She is not for everyone dude.
Hanya bagi mereka yang sungguh berikhtiar dan beruntung. Begitu pula Rivale 800 ini.
Why not for every rider?
Faktor #1: Tinggi
Jika terkesan tinggi, ini karena Rivale 800 memang tinggi.
Dengan seat height 881 mm, Rivale adalah motor tertinggi yang pernah saya kendarai. Ia lebih tinggi LIMA (5) cm ketimbang Z800 dan bahkan Versys 650. Bahkan lebih tinggi bila dibanding genre supermoto lain seperti Ducati Hypermotard (875mm) dan Aprilia Dorsoduro (870mm).
Ini artinya motor ini tidak terlalu bersahabat bagi mereka yang tingginya di bawah 170cm. Bisa sih, tapi ya riskan dan ergonominya mungkin tidak ideal. Seperti bertinggi tubuh 160 cm namun berusaha mendekati sang kapten tim basket setinggi 176 cm. Bisa. Tapi ya gitu deh. Insecured, hehehe.
Faktor #2: Riding Ergonomics
Supermotor memiliki pendekatan yang berbeda. Kebanyakan rider yang basisnya bukan trail mungkin akan tidak familiar dan merasa canggung.
Sekarang bayangkan anda berdiri tegak seperti sedang berbicara dengan orang lain. Sudah?
Bayangkan kedua tangan anda sedang memegang sebuah tongkat selebar 70 cm setinggi pusar sekitar 30 cm di depan perut. Sudah?
Nah itulah riding position Rivale 800.
Posturnya seperti sedang berdiri tegak? Benar bro serius. Nah itu baik saat melaju pelan di 20 km/jam ataupun melesat di atas 160 km/jam lho. Tentu anda bisa menunduk tapi saat itu kepala anda sudah akan berada tepat di atas dashboard motor.
Kalau sedang riding, dalam posisi normal berjalan apakah anda bisa lihat roda depan motor anda berputar tanpa harus menunduk? Dengan Rivale 800 anda bisa
Di sini factor “love it or hate it” menjadi lebih dominan.
Faktor #3: Handling
Dengan postur yang tinggi dan tegak mengendarai motor ini membutuhkan teknik yang berbeda. Baik saat long cornering (cornering yang panjang), flipping (seperti saat melalui chicane), maupun low speed cornering. Bahkan untuk urusan accelerating, anda tidak bisa main putar gas karena posisi tubuh yang tegak bisa tersentak ke belakang oleh hentakan mesin 125 tenaga kuda ini. Bagi yang terbiasa atau lebih senang sport fairing, mengendarai Rivale 800 akan membutuhkan penyesuaian dan komitmen.
Faktor #4: Daya Jelajah
Adrian juga mengatakan bahwa “This bike is not intended for every trips”. Dengan tanki ala Supermoto yang ramping (12 liter) dan konsumsi bensin yang sekitar 1 liter : 10 km, Rivale hanya berdaya jelajah maksimal 110 km. Jika anda touring keluar kota, setiap 80 km (atau kurang lebih 1 jam) paling tidak anda sudah harus mengisi bensin.
Ini pengalaman Pape Setiawan saat touring ke Jambi bulan Mei lalu. Untuk berjaga-jaga, Pape membawa jerigen bensin 8 liter di side bag nya. Plus perlu berhenti setiap 80-100 km untuk refueling.
Alamnya Rivale ini memang lebih pada urban riding, tidak untuk touring antar kota apalagi antar pulau. Tidak bisa untuk touring mas? Tentu saja bisa. Tapi butuh perencanaan yang matang.
Faktor #5: Harga
Hehe sorry bro dan sis. But this bike aint cheap. Tidak murah untuk dipelihara apalagi untuk dibeli. Harga, kalau belum naik lagi, adalah Rp. 373 juta. Cukup premium, meskipun relative lebih terjangkau dibandingkan kakak-kakaknya di MV Agustas seperti Brutale 1090R dan F4.
Bukan hanya sekedar punya uang, tapi juga butuh determinasi untuk punya Rivale 800. Saya ikut menemani proses pembelian Rivale 800 ini sejak awal. Harus sabar dan persistent mengingat jumlah yang didatangkan ke Indonesia terbatas dan indennya sulit dipastikan. Tidak punya uang, tidak sabar dan telaten, anda bisa berakhir membeli motor lainnya.
Oke …Hmmm… saya kira jadi cukup beralasan pernyataan Adrian bahwa motor ini memang bukan motor bagi setiap biker.
Next: Riding the Unrivalled Rivale 800
ps: Thanks to Pape Setiawan ASR utk kesempatan testingnya.
Masih ada taruhannya nih berapa lama Pape betah dengan Rivale ini hehe..
Meskipun tinggi, tetap seksy….ahaiiii 😉
http://potretbikers.com/2014/06/09/compare-kamera-sony-xperia-c-vs-evercoss-a7t-anti-mainstream/
hehehe iyahh bro
Beuh tinggi amat ternyata…
tertinggi yang pernah saya test bro
Dingklik or Trotoar detected
hehehe sepatu riding hak 15 cm hehe
Ngga podium:(
mas Wijoyo ga susah kok podium disini
Sudah ngga podium 😦
MV AGUSTA selalu mengagumkan..
selaluu
kalo membayangkan posisi ridingnya sepertinya nyaman walau sedikit bikin sulit yang “kurang tinggi”. soal roda depan terlihat motor saya pun sama hehehehehe, hanya mungkin yang kurang bersahabat buat petouring ya kapasitas tengkinya yang minim layaknya motor cross, kalau harus bawa bawa bensin di box kayanya ga recomend deh om Leo….
http://macantua.com/2014/06/09/fanboy-yang-buta-dan-tuli/
pake soft side bag sih bro. terpaksa heheh.
yg tingginya 160 pasti nyerah.. 🙂
tidak recommended…
Disiapkan juga dingklik pada side bagnya!lmao..
hahahaha
wew tetep asiik ya 😀
biker yg menyesuaikan motor Bro hehe
nyimak om 😀
http://setia1heri.com/2014/06/09/review-singkat-kawasaki-z-250-dari-kawan-yang-muter-sebagian-pulau-jawa/
silahkeunnn bro 😀
oh saya kira anda tingginya 180an, begitu berhenti di lampu merah dekat pasar modern BSD, samping anda ada motor lain, helmnya hanya setinggi diatas bahu anda, kayak pake motor trail ijo 250cc
tapi tetep suaranya itu bgitu dinyalakan…… kaya lagi lihat pebasket cewe cakep, eh tau2 dia ngomong deket telinga kita, “ntar pulang jalan bareng ya” bikin jantung dagdigdugder
wahh kok ga negur bro… hehe
tinggal di BSD juga?
analoginya soal knalpot bener bangett
statementnya bener banget…
This bike is not for every rider!
harganya itu loh adrian…adrian… 😀
hahaha bener Capt…
tapi ground clearancenya justru ga terlalu tinggi ya om..
——————————————————-
Senja luarbiasa cantik di Boyolali
http://aryoblackstar.wordpress.com/2014/06/09/sunset-cakep-luarbiasa-di-waduk-bade-boyolali/
Update Majalah Komputer dan Fotografi Juni-juli 2014
http://aryoblackstar.wordpress.com/2014/06/09/magz-update-update-majalah-komputer-bulan-juni-juli-2014/
tidak setinggi moto cross memang
om leo kl mengupas mtr bener2 serasa ikut menaiki….
juooosss guaanndddooosss pokoke… 😀
Iya betul, saya rasa membaca review di blognya om Leo itu serasa ngajakkin kita nyoba’in bareng. Apalagi buat saya yang udah lama gak naik motor, baca blog ini serasa kembali ke masa-masa itu(lebay :mrgreen:).
Tul mas bro….
Bagi ane yg blm sanggup beli moge,baca ulasan om leo serasa ikut naek moge,,,,
Hehehehe…. 😀
ehhh ada bro Rizqibe, gmn mainan R4 nya hehe
hehehe makasih feedbacknya bro hehe
Gambarannya jelas…..
Hidup Sport Touring !!
hehe makasih bro
Pingback: The Unrivalled Rivale 800: Ultimate Excitement (Part3) | 7Leopold7
Pingback: The Unrivalled Rivale 800: Lebih Dekat – Lebih Personal (Part 4) | 7Leopold7
Pingback: The Unrivalled Rivale 800: Blusukan (Part 5) | 7Leopold7
Pingback: Impresi singkat nyicipin MV Agusta Rivale 800 , super extraordinary bikes! | Azizyhoree's Blog