Tanggal 4 Mei 2014. Hari ke empat.
Bangun jam 6 pagi dengan badan yang lebih sehat dan segar.
Sementara bro Rano ngomel-ngomel karena semalaman sampai subuh di area seputar The Hill (sebelahnya hotel kami hihihi) jadi ajang balap liar. Saya juga mendengar lamat-lamat tapi karena dikarunia bakat jurus tidur kebo ya tetep tutup tidurnya. Saya curiga bro Rano terganggu lebih karena ‘panas’ mau ikut turun balap.
Demi mendorong upaya download di belakang, kami cari sarapan dulu. Cukup dengan celana pendek, jaket dan helm kita berputar-putar mencari sarapan.
Kota Bukittinggi ternyata sudah menggeliat. Di halaman jam gadang ratusan pemudi dan kaum ibu sedang senam aerobic dengan penuh semangat. Agar semangatnya menular, saya dan bro Rano menyempatkan diri untuk menyaksikan atraksi senam tersebut.
Setelah get excited kamipun cari sarapan. Target adalah Los Lambuang Pasar Baso Bukittinggi. Atau dikenal dengan nama pasar lereng, karena posisinya miring di lereng bukit.
Karena masih pagi, sekitar jam 7an, pasar lereng masih bisa dilalui motor (dasar malas).
Dan wahh tibalah kami di surganya pencinta nasi kapau dan ketupat sayur.
Karena tidak ada referensi kamipun memilih warung nasi yang paling ramai.
Kalaupun tidak enak, minimal teman korbannya banyak.
Saya tanpa sungkan langsung memesan rendang itiak, dendeng batokok dan sedikit usus telur.
Dan memang mantappp…. Nasi Kapau ini versi nasi padang yang lebih kental dan berbumbu. Hanya dijual oleh mereka yang datang dari kampong Kapau, begitu menurut Uni Syam sang penjual. Saya lihat pengunjung warung yang lain, rombongan dari Pekanbaru, pun terlihat cukup kalap dengan makanannya hehe.
Kelar makan, selagi masih di Bukittinggi, kami memutuskan untuk melihat Ngarai Sianok.
Meskipun sudah sering melihat di TV tapi berada di bibir tebing dan menyaksikan sendiri Ngarai setelah berkendara dari Jakarta memunculkan rasa kagum sekaligus bangga yang luar biasa. Sangat indah.
Saat di Ngarai dan ngobrol dengan penjaga Ngarai, kami dapat masukan untuk menuruni ngarai menuju danau Maninjau kalau ingin ke Padang. Jalurnya cukup nyaman untuk kendaraan roda dua. Wahhhhh patut dicoba.
Urusan download dan mandi diselesaikan. Kami pun check out dari hotel (asli lupa namanya, yang jelas di sebelahnya The Hill hehe).
Jalanan menuruni Ngarai memang cukup kecil. Sekitar 1.5 atau kalau di bagian yang lebar 2 ukuran mobil.
Wah tapi pemandangan menyaksikan Ngarai dari lereng dan dasar ngarai memang berbeda sensasinya. Kami beruntung membawa roda dua sehingga cukup fleksibel.
Turun naik sisi ngarai, sampailah kami di tanah yang tinggi dan mendatar. Hamparan sawah yang menguning dengan kubah masjid di sana sini dan latar belakang pegunungan sungguh menawan.
Di ujung akhir tanah datar kami dikejutkan dengan satu pemandangan lepas jauh ke bawah: Danau Maninjau. Allah Maha Besar.
Biru air danau berpadu dengan hijaunya lereng gunung menghampar di bawah kaki dan roda kendaraan kita. Ini adalah pemandangan puncak yang membuat perjalanan ini menjadi sangat layak diperjuangkan.
Saya dan Bro Rano beruntung bisa berhenti di titik terbaik dan tertinggi untuk meninjau danau Maninjau. Kalau anda bawa mobil, lupakan. Tidak ada tempat untuk mobil berhenti. Silahkan turun lebih jauh ke bawah.
Kami duduk untuk menyesap pemandangan dan mengambil beraneka gambar. Hampir 15 menit berlalu dan kami masih dengan perasaan terpana yang sama.
Bro Rano mulai gelisah karena jam sudah menunjukkan pukul 11. Sementara kami masih sekitar 1.5 jam dari kota Padang. Ayoklah Bro kita jalan.
Perjalanan menuruni kelok 44 pun dimulai. Kelok 44 ini merupakan jalur kecil menuruni lereng gunung menuju danau Maninjau. Untuk memastikan tidak terlalu curam, jalanan ini didesain berliku-liku dan karenanya cukup sempit. Track yang asyik menurut saya meskipun kita tidak bisa terlalu memacu kecepatan disini. Sepanjang jalanan turun yang berkelok kita disuguhi pemandangan danau Maninjau yang kian lama kian mendekat dan membesar.
Saat menyentuh dasar lereng dan menyusuri tepi danau menuju kota Pariaman kami masih saja tetap dimanjakan dengan pemandangan alam Minang yang sungguh indah dan berbeda.
Sempat menyaksikan di beberapa desa yang kami lalui perburuan bersama tikus dengan menggunakan anjing-anjing peliharaan yang sepertinya sudah dilatih. Malahan ada cukup banyak mobil yang khusus datang membawa anjing-anjing tersebut untuk berburu. Unik sekali.
Perjalanan selepas danau Maninjau mulai sedikit datar dan membosankan. Mungkin juga karena kami terburu-buru untuk masuk ke kota Padang sebelum terlalu sore.
Kami memasuki kota Pariaman dan memutuskan untuk makan siang sekaligus hidrasi, menambah cairan tubuh. Bro Rano sudah kehausan dan memberi kode minum dua kali. Ayoklah…
Pariaman kota yang kecil namun teratur. Saya mendapat kesan kota ini memiliki jejak historis colonial kalau melihat façade dari beberapa bangunan yang kami lewati. Mendapat masukan dari sesama biker untuk melewati jalur tepi pantai kalau akan mengarah ke Padang, dan tidak lewat jalur utama lintas barat Sumatra yang memutar. Siap laksanakan. Tapi tentunya setelah makan.
Menu variasi: Nasi Padang lagi hehehe…
Peyek Udang + Dendeng + Ikan Bakar. Sedapp
Indak taraso sudah setengah jam berhenti makan. Kamipun lanjut mengarah ke Padang. Rute tepi pantai ini memang sepi dan lurus. Namun juga sepi.
Ada sekitar 500 meter jalan tanah diperbaiki. Namun diluar itu lancar jaya.
Jalur tepi pantai ini mengarah langsung ke airport. Kamipun berhenti sebentar untuk early check in supaya nanti tidak terburu-buru.
Oke rencananya adalah mengarah memasuki kota Padang untuk memaketkan motor kami pulang ke Jakarta dan kemudian mengejar pesawat jam 6.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang. Hmmm cari steam motor dulu. Motor akan dipaket, dan perjalanan bisa sampai 7-10 hari, sebaiknya bersih dari debu dan kotoran yang sudah menumpuk 4 hari belakangan ini.
Bersih di steam kamipun menuju tempat Pahala Express dimana motor akan dipersiapkan untuk dipaketkan. Nampaknya sudah tidak ada waktu untuk ngider di kota Padang lagi.
Setelah menyelesaikan administrasi paket sepeda motor dari Padang, kamipun mengarah ke airport untuk mengejar flight GA 169. Pukul 8an kami mendarat, dan jam 9 sudah sampai di rumah.
——————————————————-
- Terima kasih Tuhan atas perlindunganNya selama touring 4 hari 1600 km ini. Kami belajar banyak hal akan diri sendiri dan keindahan ciptaanMu yang membentang sepanjang perjalanan ini. Semoga perjalanan ini membuat kami semakin sujud rendah dalam cinta dan syukur kepadaMu.
- Terima kasih untuk keluarga yang sudah mendukung dengan sangat luar biasa. Touring ini tidak akan mungkin terjadi tanpa restu dan doa keluarga.
- Untuk rekan-rekan ASR yang sudah sama-sama mempersiapkan dan menjaga satu sama lain selama perjalanan. Thanks berat Bro dan Sis.
- Juga kepada Respiro, via mas Arief dan Teddy yang berhasil mengirimkan pada saat-saat terakhir jacket adventure Journey utk saya coba.
Catatan: Motor berangkat dari Padang 3 hari kemudian (Rabu tanggal 7 Mei) dan tiba di Jakarta pada tanggal 14 Mei 2014. Packaging cukup rapi. Tidak ada lecet ataupun kerusakan lain.
Touring ASR – Bukittinggi: Persiapan (Part 1)
Touring ASR – Bukittinggi: Persiapan Motor (Part 2)
Touring ASR – Bukittinggi: Merak – Palembang (Part 3)
Touring ASR – Bukittinggi: Palembang – Jambi (Part 4)
Touring ASR – Bukittinggi: Jambi – Bukittinggi (Part 5)
Touring ASR – Bukittinggi: Bukittinggi – Padang (Part 6)
ini baru touring
Hehehe makasij bro. Krn 4 hari ya
karena tanpa toa strobo
Ekspedisi Nusantara ini mah… 🙂 Alhamdulillah ya smua lancar dan sehat walafiat dr Orang smpe verdenya :). Ditunggu artikel touring2 slanjutnya mas bro 🙂
Hehehe ya belum sih kalau ekspedisi nusantara.
Ya syukurlah semuanya berjalan kancar.dalam lindungan Allah. Makasih banyak bro Hendri.
wahhhhh mantepppp om leo… di tunggu touring lanjutan… siapa tau udah pakai R25.. hehehehe
http://nivikoko.com/2014/05/28/pembelian-dengan-kredit-belom-tentu-orang-itu-tak-mampu-beli-cash/
Hahaha makasih… hehehe tergantunf udh keluar stnk nya belum ya heheh
Paket motor berapaan om? Touringnya asyik yg bikin pening pulangnya itu om.. Pengen ikut strategi om Leo aja berangkat motor pulang pake Garuda… siiip
akhirnya selesai sudah, makananya kok kayak makanan padang ya ( orang dipadang )
Yupppp… hahaha ga ada rumah makan padang disana bro
Pahala express rekomended ya oom? Lebih mantab dari jne nih..hehehe
Mantab turingnyaa..
Jne minta 3 jetong. Pahala 1.15 jt. Ga lewat pekanbaru kayak jne lagi.
Makasih broo
Biker beneran klo touringnya spt ini. Jalanan macet, ya berbagi. Jalanan kosong, ya waktunya nikmati torsi hahahaha..gak butuh kawal2an 1600km.
Hehehe makasih bro July… very kind comment
kirain cuma ada kelok 9 ternyata ada juga kelok 44
Tapi ini terlalu rapat dan sempit bro kelokannya. Felan felan jalannua.
inspirasi , , ,
kebetulan ada rencana jelajah sumatra
Makasih mas. Semoga catatan perjalanan ini bermanfaat juga.
padahal di ngarai ada rumah makan yang terkenal akan Gulai Itiak lado Hijau …, Kesana pas jam makan siang…, yang ada bakalan gigit jari…,
Iya saya dikasi tau begitu. Tapi baru saja habis makan pagi beratt. Masih kenyangg
Mantap, saya juga kepengin 😀
Kalau2 butuh ngobrol saya siap bro
mantap turingnya…pa gak pegel tuh boyok..
http://masshar2000.com/2014/05/28/eugene-laverty-juga-mengincar-jadi-rider-suzuki-motogp/
Hahahah yg pegel dompetnya bro hehehe
kocak asli yg inih
😆
“Saya curiga bro Rano terganggu lebih karena ‘panas’ mau ikut turun balap.”
Hahaha soalnya dia cerita sampai nonton dr balik jendela.
Sungguh mengasyikkan 🙂
http://cahyadip.wordpress.com/2014/05/29/yamaha-vino-classic-2014/
Betul sekali bro Cahya
Great pics and moments..
Jadi pengen😙
Ayo temen2 NIO diajakin kemari
Mantap dah ah! Jalanannya mulus bgt yaa 😀
mulussss banget. Pemda Sumbar lumayan menjaga kondisi jalannya
bener2 istimewa sekali…
saya serasa ikut touring….
mantab bingiittt om leo….
Semoga bermanfaat bro….
Sangat om leo….
Hehehe
Cakep Om…. (Y)
makasihh bro….
kalau kirim paket motor begitu biayanya berapa ya bro?
1.15 jt bro
manteb kangbro, sayangnya ane pas puncak kesibukan waktu itu, kalo ngga mau deh nemenin hehe
Rancak Bana.. Om Leo.. 😀
Baca artikel bang leopold rute bukittinggi – padang jadi ingat kampuang halaman …
Good artikel