Selamat akhir pekan…
Kawasaki Motor Indonesia (KMI) bulan Oktober lalu secara mengagetkan melepas Ninja 1000 ke tanah air.
Pasar yang sudah terbiasa melihat Ninja 250 sebagai leading sportbike di Indonesia tentunya menaruh harapan bahwa seperti kedua adiknya: Ninja 250 dan Ninja 650, atau ZX10R di tataran pure sport 1000cc, Ninja 1000 pun dapat menjadi penguasa di kelas semi-sport 1000cc.
Tapi saudara-saudari akankah ini terjadi? Apa kemungkinan-kemungkinannya?
KMI berbaik hati meminjamkan unit test Ninja 1000 untuk saya review weekend yang lalu. Tulisan saya di Sabtu yg mendung ini adalah catatan dan kesimpulan dari hasil review tersebut.
Ninja 1000 sesungguhnya lebih dikenal dengan nama teknis Z1000SX. Oleh Kawasaki Heavy Industries, Z1000SX didesain dan dikembangkan untuk secara tepat mengisi gap atau kekosongan antara Z1000 (naked tourer + urban riding) dan ZX10R (murni sport, circuit).
Z1000 ———- Z1000SX ———- ZX10R
Karenanya menurut Kawasaki, Ninja 1000 adalah sebuah hybrid sport-tourer yang mewarisi kelebihan dari kedua genre. Sebuah motor tourer yg nyaman namun memiliki performa sport yang agresif.
Review ini akan berusaha untuk melihat apakah Ninja 1000 berhasil menjalankan double misi yang dilatihkan oleh para senseinya. Does it really kill?
Pertanyaan #1: IS IT A GREAT TOURER?
1. Ergonomi
Bagi anda yang sudah terbiasa mengendarai Ninja 250, ergonomic Ninja 1000 akan terasa familiar. Posisi tubuh yang sedikit menunduk membuat pengendalian terasa nyaman.
Berkendara lebih dari dua setengah jam tetap terasa nyaman. Ada banyak ruang di kaki dan seat bagi kita untuk berubah sudut/posisi. Tempat duduk ternyaman dan terbaik di jajaran Kawasaki sport dan sport-tourer. Lebih tebal 1 cm dan lebar dibandingkan Z1000.
2. Handling dan Suspensi
Problem saya dengan Ninja 1000 ini satu: proses adaptasi terlalu cepat. Bagi reviewer, proses adaptasi adalah saat terbaik kita untuk mendapatkan impresi sebuah motor. Apakah terlalu stiff, terlalu labil, handling saat cornering dan lain-lain. Periode yang sarat akan informasi. Karena pada saat tubuh kita sudah selesai beradaptasi dengan sepeda motor, impresi yang didapat sebagai pihak ketiga akan menurun. Nah dengan proses adaptasi yang pendek, saya terpaksa beberapa kali merefresh diri saya dengan mengendarai Er6 atau Brutale 1090R sebelum diambil MV Agusta. Di sisi lain ini mungkin bisa diartikan Ninja 1000 adalah sepeda motor 1000CC yang ramah dan mudah diadaptasi handlingnya.
Meskipun berbobot 230 kg, begitu motor bergerak, seluruh bobot itu menyatu mengikuti gerakan lengan dan pinggul anda dalam mengendalikan motor.
Cornering pada low speed memang tidak selekas Z800 adiknya, namun secara umum, pada medium speed ke atas (engga berani claim high speed hehehe) Ninja 1000 ini halus sekali corneringnya. Ini sangat terbantu karena spesifikasi suspensi yang superior. Sistem Pre-load adjuster pada suspensi belakang, kalau anda touring, akan sangat membantu. Mengapa? kondisi jalan yang tidak terduga DAN bobot pengendara + boncenger + muatan yang berubah-rubah tentunya membutuhkan respons suspensi yang lebih dinamis. Dan disinilah feature pre-load adjuster menjadi sangat penting.
Hassle-free, tanpa repot, cukup dengan memutar adjuster ke kanan kalau kita ingin respons yang lebih keras (muatan lebih berat) dan sebaliknya ke kiri.
3. Karakter Tenaga
Di aspek ini saya menemukan dua kepribadian yang tersembunyi. Saat hari pertama dilakukan test, Ninja 1000 terasa sangat soft karakter tenaganya. Sehalus memotong mentega dengan pisau yang panas. Power Mode sudah di-set pada “F” (full, 100% tenaga) dan Traction Kontrol pada “off”. Tapi tetap halus, minim agresi.
Hmmm apakah karena saya baru saja selesai menge-test Brutale 1090R? Karena sedikit penasaran, saya minta kepada Pape (bro Setiawan) dan Payud (bro Yudi) sebagai rider Z800 dan Z1000 untuk merasakan perbedaannya. Dan benar, setelah turun dari motor, menurut mereka motor bongsor ini terlalu halus. Diskusi dengan seorang mekanik yang pernah mendapatkan briefing dan membongkar silinder head Ninja 1000, memang ada perbedaan yang cukup significant antara camshaft Z1000 dan Z1000SX ini yang berpengaruh terhadap karakter tenaga SX yang tidak brutal di putaran bawah.
Untuk long range cruising, saya rasa karakter tenaga ini cocok. Smooth delivery akan membuat rider tetap nyaman. Bisa stop and go pada gigi berapapun dengan confident. Temuan pada hari kedua akan saya bahas di bagian berikutnya.
4. Windscreen dan Side Box/Pannier
Salah satu kerepotan yang selalu dihadapi saat akan dan sedang touring adalah bagaimana dengan perlengkapan lenong kita. Baik selama di jalan (jas hujan, kaos cadangan dll) maupun saat sampai di tujuan (pakaian, sandal, oleh2).
Salah satu bukti Ninja 1000 didesain untuk touring adalah side box merupakan bagian yang terintegrasi, bukan sekedar tambahan, dari keseluruhan system di motor ini. Desain box yang aerodinamis menyatu dengan garis desain Ninja 1000. Kunci box juga adalah kunci kontak motor. Satu lagi indikasi kuat Kawasaki serius dengan tourernya satu ini.
Side box, masing2, dapat memuat helm full face dengan longgar. Kapasitas isi 28 liter x 2 (kanan-kiri) sudah lebih dari cukup utk bepergian lebih dari 4-5 hari. Setelah sampai di tujuan, box pun dengan mudah dapat dibongkar pasang. Hanya ada satu klip penahan Box ke bracket belakang motor. 1 menit untuk bongkar pasang.
Windscreen yang adjustable sangat bermanfaat saat harus berhadapan dengan kondisi perjalanan dan kecepatan yang berubah-ubah. Very handy. Sayangnya adjustment masih manual., sehingga kita perlu berhenti dulu untuk bisa mengatur perubahan posisi windscreen.
Pertanyaan #2: IS IT A DECENT SPORT BIKE?
Tenaga
Penasaran dengan hasil test di hari pertama, saya lepas side box dan mencoba lebih fokus pada performa tenaga Z1000SX ini di lintasan alam sutra. Power Mode Full, Traction Control off. Jika biasanya pada RPM 5000 kurva tenaga terasa menurun dan kita pindah gigi, kali ini saya tetap tarik throttle menuju redline.
Dan mulai dari RPM 7000 suara mesinpun berubah, dari yang sebelumnya halus tak terdengar mulai meraung. Saya merinding karena karakter suara dan tenaga sport ZX-R mendobrak keluar dan mengambil alih. No more Mr. Nice Guy…!!!
Penasaran, saya coba di lintasan belakang Mall Alam Sutra sepanjang 500 meter (+200 meter utk pengereman sebelum tikungan).
Pertama saya coba kecepatan maksimal yang didapat di setiap gigi.
Gigi 1 ditarik. Sama, begitu lepas hambatan RPM dibawah 7000, Ninja 1000 merangsek ke depan. Hingga tertahan di limiter pada kecepatan 111 km/jam. Wow, karena Brutale juga clocking tidak terpaut jauh di 114km/jam.
Gigi 2 masih pada RPM di atas 9000, Ninja 1000 melesak pada batas kecepatan 147 km/jam saat redline menghalangi mesin berkitir lebih tinggi.
Impressive dan mengagetkan!
Masih belum puas saya coba akselerasi 0-100 Km/jam dengan menggunakan app android. Maaf ya belum punya Race Logic.
Dan hasilnya juga cukup mengejutkan.
0-100 km/jam didapat dalam waktu 3.84 detik. Hanya 0.04 detik lebih lambat dari Brutale 1090R.
Mengingat di hari pertama, saat bermain di RPM bawah saya merasa tenaga Ninja 1000 terlalu soft, pengujian di RPM atas menunjukkan watak dan kepribadian yang benar-benar berbeda.
Kelemahannya menurut saya adalah jeda antara RPM 5000-7000an sebelum tenaga sportnya menerjang keluar. Jeda 2000an RPM ini mungkin perlu dilihat diatas Dynojet test utk melihat seberapa drop/stagnan tenaga Ninja 1000 tertahan.
FINAL CONCLUSION
Menurut saya sebagai Hybrid Sport-Tourer, Kawasaki Ninja 1000 memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan
PROs:
-
Ergonomis, handling sangat nyaman berorientasi pada European tourer.
-
Side Box system, traction controls, suspensi belakang yang mudah diadjust membuat motor ini menjadi sangat fleksibel dalam menghadapi kondisi jalan yang berbeda-beda. Champion di all-rounder. Traction control 3 tahap membuat kita juga lebih confident dalam menghadapi kondisi hujan dan licin. Sistem pengereman monobloc ABS sangat baik saat pengetesan di track basah.
-
Konsumsin bahan bakar 7.1 liter untuk 100km. Atau 14 km/liter. Impressive utk kelas 1000cc. Dengan total tanki 19 liter, berarti daya jelajah full tank adalah 267 km. Cocok untuk touring.
CONs:
-
Ada jeda antara RPM 5000 (wilayah bawah utk touring) dan RPM 7000 (wilayah sport) yang akan membuat motor ini terasa lambat dalam transisi ke mode sportnya. Perlu remapping engine oleh KHI dan ganti exhaust system oleh kita. Ini yang membuat, menurut saya, Ninja 1000 70% tourer dan hanya 30% sport. Sayangnya buat pasar di Indonesia, tenaga yang agresif di putaran bawah lebih diminati. KMI perlu memperhatikan ini.
-
Utk ukuran hybrid sport, bobot 230 kg terlalu berat. Ini 32 kg lebih berat dibanding ZX10R.
Ninja 1000 adalah motor yang dengan penuh senyum akan menemani kemanapun anda pergi. Ini seperti membeli dua buah motor besar dalam satu paket. Touring siap, City Ride atau track di circuit oke saja. Satu motor dengan dua tujuan, dua jiwa.
post script:
Terima kasih kepada Shimada-san dan rekan-rekan KMI yang sudah berkenan meminjamkan Ninja 1000 display unitnya untuk saya test dan review. Sukses selalu KMI.
Juga untuk Grisenda Motorsport yang sudah memfasilitasi proses reviewnya. Tambah maju Grisenda.
kok nyangkut pertamax nyah
Engga nyangkut kayanya Bro
motor touring yang wowwwww om
eh 160 cm bakal mringis 😀
Bener asli enak Pan..
Sepertinya kalau 160 msh bisa lik. Ora pati duwur kok
manteb dah..
Setuju dahh hehehe
Gk getar ya om. Cocok buat touring 🙂
http://wongndeso1994.wordpress.com/2014/01/24/kebiasaan-penyebab-hp-rusak/
Engga ya. Kualitas fairingnya juga oke..
Motor mantap om..
Bener bro.. enak bawanya
Mantap om….
Satu motor 2 tujuan 2 jiwa
Betul. Tergantung kebutuhan kita saat itu
horee moge lagi…sik asik…
Hehehe memang asyikkk
Motor nanggung yah basa jawa nya. Pilihan kalo mau beli kawasaki sementara ini cmn versys dan zx636 keknya.
Ini mestinya jadi moge kedua bro
Ini dia mentor dalam membuat artikel moge, kalimat dan pengetahuannya sangat menginspirasi saya. Josss… sangat nikmat dibaca.
Btw kalau ay yang make kira-kira gimana masbro? pls advise hehe.
Oia wasap dah aktif?
habis deg degan baca Ninja 1000 review, ditenangkan dengan melihat ini
http://kobayogas.com/2014/01/25/full-report-launching-perdana-honda-mobilio-at-senayan/
Wedeehhh berat julukan mentor ini. Gw cocoknya Dementor bro hehehe..
Makasih apresiasinya, gw juga banyaj belajar dr blog bro yg sgt variatif informasinya.
Sebenarnya motor ini ga terlalu tinggi kok. Hanya saja seperti z800 awalannya berat.
WA masih off nih.. mau betulin BB masih bete. Sdh 3 kali ganti flexible x 500rb. Mau beli baru nunggu THR hheh masih lama.
Sms aja bro ke nomer WA itu. Nomernya dipindah ke HP cadangan.
koplingnya masih model kabel yo, belum hidrolis. buat macet-macetan gak pegel noh jari.
Koplingnya enteng bro ga seperti ZX6R… masih bisalah
om side box nya mudah dilepas, artinya kalau lagi diparkir mudah “digondol” maling gak?
gimana suara exhaust-nya?
om itu exhaust pipe kok sudah karatan ya? saran donk ke KMI, hampir semua produk sport bike nya cepat karatan di exhaust pipe nya (mengurangi appearance)…
padahal desain silencer Ninja1000 dan Z1000 yg 2014 ini sudah bagus sekali, sayang pipanya cepet gosong.. 😦
gw pakai ninja 250fi baru 2 hari keliatan gosong2, kecoklatan, sebulan keliatan seperti hampir berkarat, padahal hujan dikit, cuci bersih, keringkan..
akhirnya ganti exhaust fullsystem.. padahal niatnya slip on, hehee.. produk exhaust import mmg lebih bagus bahan stainless nya..
Kalau pannier nya ada kunci yg merangkap kunci utk buka box. Kalau box terkunci maka tdk bisa dicopot. Suara exhaustnya nahhh lupa saya.. upload hasil pengetesan. Halus dan terjaga bahkan sampai ke redlinenya. Header bawaan memang kurang mantep ya.. padahal exhaust inilah yg membuat karakter sport nya Ninja 1000 tersunat…
Makasih masukannya bro
“om itu exhaust pipe kok sudah karatan ya?”
===================================
klo mksudnya header/pipa dr blok mesin ke silencer mank dasarnya brbahan stainless memang punya warna sprti itu (Kusam) jd bukan karat bro. Tp klo silencer standar mank masih besi.
wah ngirit nih, 2 in 1 beli satu dapat dua. harusnya ditest nerjang banjir juga om, kalo lolos berarti kan 3 in 1, turing-sport-amphibi
Wahh hehehe apalagi kalau ternyata bisa terbang ya mas 4 in 1 hehehe
motor 1000cc, 70% touring 30% race track. Seandainya ada kelebihan rezeki, saya akan pilih ER6N utk kerja+hobby. Utk kelas diatas 650cc ? Belum kepikiran dech kayaknya, heheheheh..[adol GLXi tenan masss..hahahaha]
Utk kelas 650 memang kompromi moge terbaik. Buat dipake susah (kerja atau touring jarak jauh) masih oke aja…
lihat pas pakebox itu kayak gagah banget 😀
Bener masbro… tapi kecuali pas touring saya pasti copot. Bikin repot soalnya
Great Review bro 😀
Makasih utk feedback baiknya bro…
oot om. .
whats app g aktif om??
Bro BB gw rusak, sim cardnya dipindah ke hp lain. Sms atau email aja ya
gak nunduk amat posisi ridingnya
http://sarikurnia980.wordpress.com/2014/01/25/seperti-apakah-up-grade-byson-nantinya/
Enggga… masih asyik
Awal saat membaca judulnya saya berpikir dua jiwa apakah maksudnya mengendarai Ninja dengan pemboncengnya, ternyata yg dimaksud adalah karakter motor Ninja 1000…hehehe… Btw, review yg sangat informatif dari om Leopold membuat saya seperti ikut mengendarai motor Ninja 1000. Thanks.
Wahh syukurlah bisa bermanfaat bro. Makasih utk feedbacknya ya bro
Moge touring beaura sport…kalo ada rejeki ambil ni motor dah selain karena suka touring ada side boxnya juga yg sangat fungsional kalo touring…
Sideboxnya jempolan bro.. asli jempolan…. harganya masih masuk akal dibanding kalau kita beli aftermarket.
Oalah, yg di belakang mall kmren masbro Leo to, kenceng amat Om bawa motornya.saya buntutin pake duke gigi 5 mentok g ngejar….hahaha…
Ahhh masak sih mas hehhehe… saya sebentar2 berhenti kok kalau lagi testing. Lain kali toet toet ya heheh
siap masbro,. wkwkwk…g pake masak…emang kenceng amirrrr…secara tampilan fisik desain exhaust Ninja 1000 menarik, di saat pabrikan lain mendesain model underbelly dan mid-ship mufler…hehehe.
Spt biasa, cengo liat review Pa Leo… haha
Cengo? Seribu lima ratus?
Cenggo kli seribu lima ratus mah haha terkagum kagum lah liat review Pa Leo, smoga aja nanti bsa gabung sma Pa Leo dan bisa nyicip mtrnya hehe 😀
koplingnya enak gak om?
pernah nyoba zx6r kalo jalanan padat merayap koplingnya cenderung nyusahin
motor yg terlalu keren untuk gw
absen malam pak
http://yudhadepp.blogspot.com/2014/01/motor-2tak-hanya-untuk-orang-kaya.html?m=1
Aihh ganteng tenan motore mas.. hehe.. 167 nggak jinjit balet ya?
Kalau mau test ride begitu gimana ya mas prosedurnya?
Salam kenal, blog anyaran.. 😀
_________________
http://jackalride.wordpress.com/2014/01/28/brand-image-seberapa-penting/
sudah baca minggu lalu,cuma ndak bisa komentar lagi,tapi setelah seminggu ada pertanyaan,untuk motor touring biasanya dipakai berboncengan dgn perangkat lenong lengkap.bagaimana rasanya dibonceng 2-3jam.apakah senyaman pengendara depan?
wahhh kek’nya mzbro bs direkrut jd redaktur MCN neh :)Dr dimensi mirip HD jg y dr PxL nya. Diliat dng seksama bntuk tanki aga lucu klo dr smping ky tlalu kgncet fairing!? Trgolong imut!?Overall ane lbh prefer Z1000SX ini ktimbang Z1000 atopun Z800. Ane tmbahin neh dkit2 Punya stang jepit tinggi, footstep berkaret y bkn berkarat. Kekurangannya utk posisi footstep boncenger kurang nyaman krn tapak kaki boncenger mntok disilencer. Inipun sama dng Z1000 yg punya desain sama utk area footstep boncengerny. Dr review2 media luarpun punya apresiasi yg positif bngt&recommended for touring bike 🙂
Wehh hehehe jadi agen loper nya MCN lebih cocok.
Weekend ini saya ngeluarin artikel perbandingan ketiganya bro…
Kalau saya malah cenderung milih z800 ya. Tenaga atasnya Ninja 1000 luar biasa, tp agak lambat keluarnya. Sementra utk penggunaan dlm kota yg stop n go agresi di kitiran bawah eibutuhkan
Sekedar sharing pendapat rookie ya. Saya uda pake z800 selama 3 bulan. Nurut rookie kok z800 terlalu smooth ya, masih mending yg twin 650 kaya nya. Bobot jg jadi masalah di z800. Lagi mikir ganti versys daripada upgrade ke 1000. Gimn pendapat Mas Leo? Mohon sarannya. Tq
senangnya baca punya masbro leopol….hehehe..nyuri ilmu tentang tata bahasa aja deh….
Pingback: Minsk TRX 300i,wah keren sangat nih motor,bisa bikin mumet-ndhase banget kalau masuk ke sini..tapi… | mumet-ndhase.com
Pingback: Full Review Test Ride Honda CBR 250R 2011 – Part 1 Impresi Berkendara | KobaYogas.com| Your Automotive Blog
Bro napa appnya apa ya yg kaya race logic gtu?
Mas untuk tingkat kepanasan gimana kalau buat touring
Engga panas