Maaf sekali bro dan Sis, baru bisa nulis lagi pas weekend.
Review sebelumnya: Versys 650: 90% Er6 + 30% Comfort (Part 1)
Review saya lanjutkan dengan mencoba melihat apakah Versys 650 memang kendaraan yang tepat untuk menjelajah multistrada atau “ pelbagai jenis kondisi jalan “di Indonesia.
Ada dua rute yang digunakan:
- Serpong – Lampung (450 km pp). Rute ini mungkin bisa dianggap merepresentasikan rute touring jarak pendek yang biasa dilakukan oleh para pencinta aspal di Indonesia. Sebuah kombinasi jalan nasional + jalan propinsi yang ‘relatif baik’. Kenapa dengan aposthrope? Karena pada kenyataannya kondisi jalan tidak selalu baik dan terawat.
- Serpong – Rangkasbitung (150 km pp). Rute ini melewati jalan kabupaten bahkan beberapa merupakan jalan kampung yang biasanya dihindari oleh para rider kita saat touring. Trip luar kota lewat rute ini dengan motor sport? Lupakan saja. Apakah Versys bisa? Mari kita lihat
Saya hanya akan cerita sedikit tentang kondisi rute yang diambil. Cerita lebih detil mengenai kedua tripnya sendiri akan saya ceritakan terpisah, kalau engga begitu bakal panjang banget artikelnya rek…
Jalur Serpong – Lampung
Bagi bro dan sis yang biasa melintas kearah barat, rute yang umum dipakai adalah melalui jalan raya Serang. Namun rute ini (terutama di pagi hari) cukup macet akibat pergantian shift buruh pabrik dan aktifitas pasar tumpah. Berdasarkan hasil survey Pape Setiawan, rute yang diambil adalah via Tanjung Kait.
Kondisi jalan cukup baik. Meskipun harus diwaspadai sambungan perbaikan jalan beton tanpa penanda. Kecepatan jelajah antara 70-115 km/jam.
Memasuki jalur Cilegon-Merak, jalanan relatif mulai berkelok dan naik turun. Kita akan disambut pemandangan laut di sisi kiri jalan menjelang Merak.
Setelah 4 jam (antri beli ticket, antri naik, perjalanan ferry, dan antri turun) all riders landed on Bakauheni safely dan tancap gas. Kecepatan jelajah, pada titik tertentu yg aman bisa mencapai 135 km/jam walaupun reratanya adalah 60-120km/jam. Kondisi jalan dari Bakauheni ke Bandarlampung relatif lebar (2 lajur utk setiap jalur arah), kecuali di bagian tertentu, namun dengan 2 bahaya: cekungan berbentuk jalur memanjang akibat kendaraan berat dan jalanan yang retak melebar. Cukup banyak ditemui.
Untuk jalur Tanjung Kait maupun Bakauheni-Bandarlampung disarankan untuk ditempuh saat terang.
Jalur Serpong – Rangkasbitung: Rute Mimpiburuk bagi Sportbike
Merasa jalur Lampung kurang merepresentasikan kondisi jalan di Indonesia, saya mencoba mengetest jalur alternative yakni Jalur Serpong – Curug – Tenjo – Rangkasbitung. Ada dua opsi yang biasanya diambil biker saat menuju Rangkasbitung: via Jalan Raya Serang (jalur utara) atau via Jalan raya Jasinga Bogot (jalur selatan), karena kondisi jalan yang lebih baik.
Untuk Versys saya ambilkan jalan potong via Curug dan jalan raya Tenjo.
Mulai dari Serpong menuju Curug kondisi jalan masih relatif baik. Berbeton meskipun cukup berpasir dan licin karena tumpahan material. Namun mulai dari jalan raya Tenjo hingga pertigaan Cikande menuju Rangkasbitung, ini adalah rute mimpi buruk bagi sportbike atau malah grup turing pada umumnya. Jalanan beton yang terbongkar dan terpecah mengakibatkan kondisi jalan menjadi berlumpur dan licin.
Untuk meringkas waktu dan jarak 20 km, saya memutuskan untuk memasuki jalanan perkampungan. To give Versys a try…
Sedikit catatan, saya melewati rute ini bersama Regis Bagas, anak pertama saya. Jadi cukup penuh bobotnya.
——————————————————————————————————
How Versys Handle the Trips
Kebetulan seminggu sebelumnya saya riding ke Ciwidey bersama kawan2 NEX 250R (nah nanti jadi artikel sendiri). Riding tektok 445km pulang pergi dalam satu hari dengan Er6 menjadi baseline pembanding langsung.
Karakter Tenaga
Meskipun Versys 650 dan ER6n/Ninja 650 memiliki mesin, gearbox dan kelistrikan yang sama, saya merasakan perbedaan karakter tenaga di antara keduanya. Pada knalpot dan settingan yang sama-sama standar, Versys terasa lebih mengumpul torsinya di kisaran 3000-7000 rpm. Tebal disini. Setelah itu cenderung menipis, hilang dan lebih bergetar. Sementara Er6 bisa dikatakan galak sampai di kitiran yang lebih tinggi RPM 9-10 ribuan.
Pada rute menuju Lampung saya justru lebih sering tahan RPM di kitiran 6-7 ribuan pada gigi 5-6 untuk kecepatan cruising yang stabil. Saya masih bisa overtake kendaraan lain pada range RPM itu tanpa repot.
Ini sebabnya saya merasa Versys lebih irit ketimbang Er6 untuk konsumsi per liternya. Ini akan dibahas dibawah.
Pada rute Rangkasbitung yang berlumpur, licin dan penuh tanah, saya merasa karakter tenaga Versys cocok sekali. Cukup dengan RPM rendah dan satu gigi yang lebih tinggi (gigi 2-3 pada kecepatan 10-30 km/jam), saya mendapatkan tenaga yang berlimpah namun tidak terlalu liar seperti ER6. Gejala spinning di jalan berpasir kalau kita menggunakan Er6 praktis berkurang banyak.
Namun untuk higher RPM dan speed, hahaha Versys memang bukan kendaraannya. Di RPM di atas 7000rpm, pada saat ER6 semakin berjaya, Versys memasuki periode istirahat *lebay. Pada panjang track yang sama di Foresta BSD, saya hanya bisa mencapai 164 km/jam dengan Versys sebelum keburu habis tracknya, sementara dengan ER6 masih dapat di 182 km/jam.
Perbedaan ini mungkin tepat karena Versys juga didesain untuk menjelajah di rute non-aspal, sehingga torsi perlu lebih ngumpul, sementara Er6 lebih pada road use.
Kalau melihat spesifikasi dan statement dari Kawasaki, memang tidak ada perubahan yang signifikan pada karakter torsi dan tenaga kuda. Same engine, same electronics, same injection technology, same gearbox. Yang berbeda hanyalah pada mapping tenaga dan kompresi. Versys disetting pada kompresi yang lebih rendah, ohh ini sebabnya panas mesin tidak terlalu terasa seperti Er6 dan top HP/torquenya tidak setinggi Er6. Versys lebih dirancang untuk long distance riding memang.
Handling dan Suspensi
Menghadapi jalanan di lintas Sumatera yang bergelombang dan beralur memanjang, saya merasakan Versys 650 betul-betul berada di alamnya. Suspensi Showa dengan jarak-main yang cukup panjang mampu meredam dengan cukup baik tumbukan dan getaran jalan raya sebelum tiba di segitiga atas, stang dan lengan kita. JAUH lebih baik ketimbang suspensi Kayabanya Er6. Saya ulangi lagi, jauh lebih baik. Dan ini tidak hanya suspense depan. Suspensi belakang Versys yang alurnya lebih banyak daripada Er6 pun terasa di boyok lebih nyaman meredam keritingnya jalan raya.
Pada saat cornering sayapun merasa lebih nyaman dan confident karena getaran yang dirasakan dengan Versys terasa minim sekali. Kalau anda penggemar Er6 dan mengendari Er6 standard anda akan mengerti tanpa banyak kata-kata maksud saya: twitching/vibration cornering at high speed? Very smooth with Versys.
Ban masih sliding iya, tapi engga separah Er6. Dan dugaan saya karena karakter ban standard Dunlop.
Sementara itu pada rute semi off-road yang licin, saya sempat ragu karena Versys ini cukup tinggi, dan kaki saya hanya dapat setengah jinjit. Kalau sampai jatuh, double ini malu + lecet motornya (orangnya ga usah direken). Namun memang motor top, Versys sangat stabil dan seimbang pada kecepatan rendah dan jalur licin. Dengan masuk gigi 2 atau tiga, tenaga yang disalurkan juga penuh tapi jinak melalui ban.
Pada beberapa bagian dari jalan tanah di kampong, saya terpaksa naik ke pekarangan penduduk karena lumpur terlalu tebal. Bahkan terpaksa naik ke lapangan rumput, kapling tanah yang lagi di bangun dll. Ground clearance yang jangkung membantu menghindar dari jebakan gundukan, lubang atau hambatan lain,
Versys manut saja tanpa banyak rewel dan keluhan. Setelan kopling yang panjang juga ternyata bermanfaat disini. Ini membantu rider untuk lebih presisi mengontrol pelepasan tenaga dari mesin ke roda belakang. Begitu ternyata gunanya mas Lexy hehehe
Memang pada saat slide ke kanan dan ke kiri karena jalan lumpur dan licin terasa juga berat motor yang lebih dr 206 kg ini di pinggul dan kaki. Wuabottt.
Kenyamanan dan Ergonomi
Saya ini tergolong rider yang skeptis dengan posisi riding tegak. Wagu dan gak sporty menurut saya. Tuku montor larang-larang kok modele wagu. Beli motor mahal-mahal kok modelnya culun. Sampai kemudian saya mencoba trip ini dengan Versys. Posisi riding yang nyaris tegak ternyata sangat membantu.
Kalau anda touring tentu terbiasa merasakan bagaimana feedback badan kepada anda. Otot twitching/bergetar/bereaksi lebih lambat sebagai tanda2 kelelahan. Dengan Versys? pegal-pegal itu datang terlambat. Kami sudah keburu sampai di tujuan.
Begitu tiba di Bandarlampung jam 4 sore, badan saya terasa masih agak penasaran dan ingin riding lagi. “lho udah nih?”. Sempat bisik2 dengan bro Dicky yang membesut Honda Goldwing untuk menambah 100 km lagi ke Gisting di arah utara. Problem yang sama juga terasa saat tiba di Rangkasbitung paska melewati rute liar. Badan masih terasa penuh semangat dan ingin mondar mandir. Anda bisa jalan lebih jauh dengan Versys dibandingkan dengan genre kendaraan lainnya.
Kapasitas Jelajah antara SPBU
Bagi motor jelajah, seberapa jauh jarak isi antara SPBU menjadi penting. Karena kita bisa saja berada di rute seperti lintas Sumatera dimana selama 250 KM tidak ada SPBU.
Versys berkapasitas tanki maksimal 19 liter. Saya isi Versys full tank di BSD. Begitu tiba di Bandar Lampung yang berjarak 221 km menurut tripmeter, fuel bar ada pada posisi setengah saat. Total pengisian “full to full” adalah 11.7 liter. Setelah itu saya tidak pernah isi lagi sampai saat kembali ke BSD.
Konsumsi bensin berarti adalah 18.79 km/liter. Total jarak tempuh (full to empty) adalah 356.9 km. Berarti anda dapat dengan tenang riding hingga 200 km (atau 3 jam-an riding) hingga mengisi bahan bakar lagi. Kalau masih belum ketemu SPBU yang menjual pertamax juga tenang saja, masih ada 150 km lagi.
Kesimpulan Sementara (karena city-test ridenya belum ditulis):
Versys 650 may not the bike that will take you faster, but definitely farther.
Versys memang bukan motor yang akan membawa anda secepat sportbike. Tapi dengan ergonomi, kenyamanan mengendarai dan kapasitas tanki + konsumsi, Versys 650 akan membawa anda lebih jauh. Ke tempat-tempat yang sportbike atau genre motor lain tidak dirancang untuk melangkah.
Anda pasti pernah, atau akan ditanya, kalau hobby/punya motor. “Sudah sampai mana saja masbro?”
Tidak perduli sekomplit apapun aksesoris/modifikasi di motor anda sekarang, Versys dengan rendah hati dan senyum yang tulus yang akan menghantarkan anda kemanapun anda ingin pergi. Dengan nyaman, ekonomis dan penuh kebanggaan.
pertamax kah?
Asem.. ane gagal pertamax…
Gara2 bro Aan nih..
maap bro.. Giliran saya yang dapat pertamax+++
GPP bro.. tunggu seri berikutnya..
silahkeun..
halo om leo, thanks for sharing.
butuh advice nih saya sepertinya yg baru mau coba moge.
kalo untuk entry level dihadapkan pilihan moge dengan kelas 600 up.
whichone do you prefer ?
1. er6n
2. cb650f
3. z650
4. mt09
5. versys 650
atau
6. mt09 tracer
thank you
Kalau uang bukan masalah ambil MT09 atau Z900
Pertamax…
Ulasannya detail banget, ane baca serasa naik motornya.. 😉
Makasih…. kebetulan data dan pembandingnya banyak nih bro..
Memang mantap bro leo klo bikin review rasanya kita ikut naik motornya, klo bro bikin novel pasti laris nih kita yang baca jadi ngerti “soul” tiap motor beda
Bukan novel “dewasa” tapi ya? Hehhe
Klo nerobos banjir/genangan air di jkt mogok gak tuh motor ya, secara knalpot nya begitu.
kalau hanya kerendam knalpotnya dan mesin jalan harusnya engga ya. Tekanan udara buang dr mesin lebih besar ketimbang tekanan air naik.
sekali-kali ketimur indonesia pak leo. Jalanan lebih ajibbbbbbb, ditambah SPBU jarak lebih jauh dan non pertamax7 eh pertamax aja gak pake 7.. Kalo mau riding lebih jauh bisa tuh ngikut jejak ROF
wahh ya kepengin banget. Tapi problemnya kan soal waktu dan doku hehehehe
Merinding dah klo Pa Leo udh ngereview motor, detail bnerrrr!!! Haha
Merinding, dag kaya review rumah tua gitu ya hehehe.. ya harus detail gitu bro…. Hehe
ibu-ibu mo posyandu kena jepret! 😀
Hahaha… Iyah
Aseekkkk…semakin lama 250cc gak laku nih…hahahaha…ganti ahh
Beda kelasnya beda marketnya hehe
ulasab yg top
ulasan
makasih banyak bro /;.////
sipp.. di tunggu artikel lanjutannya om leo 🙂
Siappppp
Nais repieu kang….. Yakin dah buat ane, ini layak diperjuangkan…. Karna ane kalo pulang kampung k sumatra barat.
Tulisan ente mengalun indah layaknya ernest heningway… :Thumbs up:
Hmmm betul.. Diantara deretan moge entry level, dengan versys inilah saya merasa nyaman dan percaya diri utk jalan kemana saja…
ho’oh aja dech dgn review’nya..rasanya malah mirip baca Kho Ping Hoo..hahahahayy..
Hahahhaha….kenapa krn panjang dan berseri ya
Iya nih saya bingung banyak banget materi nya
cerita panjangnya sich gak masalah Lek..teknik berceritanya itu lho..hhhmmm..
mantab suhu, ane kapan ya bisa test ride???????? ngimpi dulu ach
http://sarikurnia980.wordpress.com/2013/11/17/solusi-disaat-banjir/
Bangun komunikasi dh pabrik bro…
mantap emang nih motor di design buat para penggila journey yang jalannya bisa dari sabang sampai marauke, jadi intinya ini motor khusus untuk segala medan seperti ducati multistrada atau BMW 1200GS cuman more & more cheaper than european bike hahaa… tinggal pergantian ban yang mumpuni mungkin biar bisa melibas medan2 berat yang berlumpur dan bertanah, yang bkn parno disini letak knalpot yang dibawah chasis kalo ada banjir takut tenggelem mogok berbeda dgn motor penjelah lain letak knalpot rata2 di buntut belakang dan tinggi / sejajar dgn tangki maupun seat pengendara
Point yang sangat penting bro. Versys adlh paket yg lebih terjangkau namun tidak kurang efektifnya dibanding rival eropanya.
Mengenai knalpot, kawasaki menjamin meskipun exhaust terendam banjir namun tekanan positif dari tendangan angin akan menyebabkan air tidak akan masuk dan naik. Yahh asalkan tidak lalu mati mesinnya saja ya hehehe.
Ditunggu deh kreatifitas produsen knalpot, walaupun yang saya lihat banyak beredar knalpot utk versys menggunakan knalpot er6 n atau f.
baca tulisan om leo serasa ikut touring jugaaa…
muanteb suranteb pokoke,seneng bgt baca tulisan om leo…
Hehehe saya nulisnya pun sambil merem melek membayangkan sedang touring lagi bro hehehe.
Ayo merem bareng..
Motor ini ada standar tengahnya ga….. Biar stabil kalo lg loading boks…..
beli paddock stand lebih stabil bro
Maksudnya pada saat lg d jalan, kan ga bakalan bawa2 standar paddock. Macam bmw gs1200 yg ada standar tengahnya….
racunnn nih…
racun pengetahuan ga apa2 jadi bikin penasaran ya ga
Tes dulu masuk gak
masuk kang….
Sek aseekk…lengkap reviewnya…
Mau tanya om..
1. Yang moto regis ya dari belakang? Kalau bukan, bisa dishare pakai apa?
2. Saya liat si motor merah itu model sportbike (yang difoto), Ducati? Tipe?
3. Rombongan motor apa aja? Tante Inge ikut jg?
4. Saat versys lewat off road, yang lain gimana? Hehe
Tq..
http://kobayogas.com/2013/11/12/test-ride-mv-agusta-f3-675-rumah-ke-kantor/
Makasihhh
1. Yg foto2 sambil jalan? itu pakai Gopro bro
2. Yap.. itu bro Gagah dr Serang dg Ducati 1099nya.
3. Montornya campuran. Mulai dr Ducati, Honda (CBR1000 dua, Goldwing 1, CBR250 1), Kawasaki sih kebanyakan (Z1000, Z800, ER6n/f, N250, Versys, Dtracker). Yoi Inge dan suaminya Dicky ikut.
4. Yg ke rangkasbitung, saya dan Regis berdua aja, alias solo riding…
Saya udah bacara tuh reviewnya. Mantappp. Ditunggu review F4nya…
Huhuyyy asekk go pro…ditempel di helmet?
Ooo cuma berdua makanya mikir juga kirain yg lain ikut…hehe
Iya di tempel di helm bro… hehe. pRaktis
kalau ke Lampung ramai2. Ke rangkasbitung hanya berdua Regis
Kalau pake sportbike, yang blm biasa bisa nangis2 kek saya om…wkwkwk
http://kobayogas.com/2013/11/11/arrivederci-mv-agusta-f3-675-nice-to-ride-you/
memang bukan dirancang untuk touring, tapi race track kan sportbike
Nah itu maksud saya, saya pikir ikut ke lampung juga yg lain..hehe.
Kalau ke Lampung ramai2..
182 km/jam ER ya? Perkiraan panjang trek berapa om? MV F3 saya coba panjang trek 700m lebih dapet 178,4km/jam om…
Sesuai spek sih mampu digeber 260km/jam…cleguks…
http://kobayogas.com/2013/11/16/full-review-top-speed-2-hari-test-ride-mv-agusta-f3-675-bag-1/
sslluurrppp..ingat track mojokerto (lepas terminal-peterongan), jalur pandaan-malang, track Plemahan kediri..*panjang+lurus
Slurrrpp…aman gak? No lobang, no sudden crosser, no biker slengean keluar jalan? Kalau iya surga dah hehhe
wah berapa ya coba pas lewat lagi ta lihat. ga ada sekilo juga kayanya.
Boleh tuh om diukur…hehe
wow kelas mogeh…
tanya suhu,, tips handling mogeh seberat itu, di jalan yang seperti itu,,,, takuttt 😀
sebenarnya modal kebacut. Lha ora ngerti nek dhalane bletok kabeh. lumpur dimana2.
kemarin itu, ya masuk gigi dua, stabil di kecepatan, lebih memilih lewat jalur yg ada rumputnyas, kaki kadang turun utk bantu keseimbangan.
” Pada panjang track yang sama di Foresta BSD, saya hanya bisa mencapai 164 km/jam dengan Versys sebelum keburu habis tracknya ”
============
Wahh..smpeyan msh pnya utang k ane dunk krn blm tmbus top speednya!?! 🙂 Salut bwt reviewnya yg jd inspirasi ane utk tidak pindah k lain hati bersama Er-6 N. But overall Versys is d’right choice for Middle Adventure !! 🙂
hehehe ga berani ah. Kemarin itu hanya ngetes karakter tenaga di putaran atas aja kok. Tidak niat cari top speed.
WEhhh dah gantir er6n selamat ya…
Om Leo, bisa disandingkan head to head dengan D-tracker 250 gak, walaupun secara kapasitas dan tenaga sangat jauh berbeda, tapi apabila ‘kenikmatan jelajah’ hampir sama dengan harga separuhnya, saya fikir bisa jadi pertimbangan (harga beli) buat saya untuk nemenin si ninjek kalo mau pergi ke rute jalan2 jelek. Nuwun
Kalau utk kemampuan jelajah off-road sih tentu tidak bisa diragukan lagi D-tracker 250 apalagi KX adalah kendaraan yang paling tepat. Tapi kalau untuk kombinasi touring jarak menengah atau jauh saya rasa dual purpose tetap lebih tepat.
jalan blethok pun aman-aman wae…. sportbike jelas nyerah,,, bukan habitatnya…
intinya ..pak Leo telah mendapatkan motor sesuai dengan jiwa petualangan bapak..
mantaap.. 🙂
dan kalau kita niat mencintai negeri dengan menjelajah menggunakan motor, maka Versys memang pilihan yang lebih tepat ketimbang sportbike.
Hehehe yg jelas saya agak menyesal kok ga ngambil Versys sekalian bulan Agustus lalu…
Maksih mas…
petualangan……………yg bener2..mantab…….trs penjelasanya riddingnya…kualitas motornya..kenyamanan..konsumsi bahan bakar..di kupas tuntas…mantab mantab…sukses mas leo
Bro Eddhie terima kasih feedbacknya.
Semoga review yang ditulis dengan sepenuh hati ini bermanfaat.
Josssssss…..
Guandhoozzz…..
cuma bisa nelen ludah….
Mak Cleguk….
mas project merubah Tiger ke dual purpose mas… torsinya cocok itu…
Review yang komplet Om… Menarik negh… Gak takut dihadang orang Om… cerita disana katanya banyak begal kalo jalanan sepi.
Makasih banyak Bro…
iya sempat dengar begitu juga, tapi berangkat dan pulangnya memang pagi2 saat sudah terang… ya syukur ga terjadi apa2.
Pingback: Menyempurnakan Peta Mind Genesis Tentang Sport YamahaOTOMOTIF | OTOMOTIF
sip banget deh reviewnya, ink neh bukan review lagi, tapi guidance.. haha..
yg pengen punya versys langsung deh beli.. haha
btw dari tadi banyak bicara top speed, fitur safety nya bro tolg dibahas, fungsi lampu tumpuk di malam hari, di suasana hujan, berkabut, serta rem nya sudah abs belum? gimana klo di rem mendadak saat jalan di lumpur, selip gak?
hehehe guidance, makasih bro…
belum sempat merasakan suasana kabut. Tapi lampu jauh yang kelvin nya cukup kuning, mestinya sanggup menembus kabut ya.
Unit yang saya test nih masih yg non-ABS. tapi lumayan ya. Bbrp kali panic braking di jalanan beton berpasir selama riding ke Rangkasbitung tidak ada efek lari.
Bbrp kali juge ngerem di jalanan berlumpur, tapi karena jalannya juga ga kenceng, aman2 saja bro
cuma bisa bilang”WOW”
Cocok nih..buat menembus jalan pedalaman kalimantan.
Mantap artikelnya oom Leo….kebetulan saya sering lewat rute Serpong – Rangkas via Tenjo (cuma pake KLX150 dan TS125 sih…:)). Kalau berkenan tolong info rute “short cut 20 km”-nya, di daerah mana mulai jalan pintasnya atau kalau ada koordinatnya. Terima kasih banyak oom Leo…ditunggu artikel berikutnya mengenai Versys …
mulai dr setelah TPU tenjo, nanti ada belokan jalan kampung ke kanan. ikuti saja, akan masuk ke komplek perumahan di dekat jalan Maja.Tinggal di Rangkas bro?
Ok thanks infonya mas bro….saya tinggal di Gading Serpong…sering jakan ke Gua Kanada Rangkas pakai motor.
mantap review nya oom, saya selama ini cuman baru bisa ngiler sama ngerasain joknya aja di dealer.. hahaha..
kayaknya untuk motor dual purpose, versys 650 ini value for money nya termasuk paling bagus ya?
Akhirnya ketemu juga ulasan versys 650 yang berhubungan sama postur tubuh rider rata2 orang Indonesia. Trims bgt buat Pak Bro Leo yang udah bikin review sebagus ini :-bd.
Sekedar coba bantu jawab pertanyaannya Pak Insan. Saya pernah banding2in harga motor yang sekelas.ini, dan mungkin keluarga besar kawasaki bisa termasuk ‘best value’ untuk di Indonesia. Untuk kawasaki harga setelah pajak import dll sekitar 150% dari harga jual di negara bule, sedangkan montor lain masih pukul rata kurang lebih 300% dari harga jual di luar. CMIIW.
Pembandingnya sebagai berikut :
1. KTM Duke 690 (277 juta – OTR – Harga dealer resmi di Bandung)
2. Triumph Street Triple (sekitar 270 jutaan – OTR – Harga dealer resmi di Jakarta)
Uang segitu mungkin malah bisa buat adopsi fresh Versys 1000. Dan karna itu juga, versys jadi motor idaman saya. Semoga dalam beberapa tahun lagi saya mengadopsi salah satunya untuk jadi anak asuh saya. Amiiiiiiiinnnnnn amin amiiinnn.
setiap kata selalu saja mengena di hati. .di tutup dengan indah
om leo. .saya sangat ingin bertemu om leo
belum bisa cuti juga ;(
Pingback: Review Versys 650: City Ride + Final Conclusion | 7Leopold7
pernah mencoba jalur yang sama pamulang – rangkas pake pulsar UG4… kapook.. sakit pinggang. hehehe.
Pulsar UG4 itu apa ya bro…
butuh long travel suspension memang….
rumah di Rangkas ya bro
Pulsar 180cc masbro.. mungil dibanding Versysnya.. hehehe.
Rumah di Pamulang, kebetulan ada kerjaan ke Pandeglang, iseng mintas lewat Rangkas, Biasanya lewat jalur utara, eh malah sakit pinggang lewat jalan kusut gitu jadinya. hehehe.
Oom Leo.. nanya donk.. kalo nanti2 saya bosen naik CB500X, apakah recommended untuk pindahke Versys 650? So far happy sama CB500X meski kadang kalo lagi di jalan kosong suka ada pikiran “andai power nya tambah dikiiit lagi..” hehehe…
Yang pasti saya udah kepincut sama motor tegak, udah gak kegoda lagi sama Z650 or MT07 (kalo masuk Indo).
Thanks oom.. Nice review on Versys
memang perbedaan yang paling terasa di antara keduanya adalah pada torsi. 500 series lebih untuk comfort dan power deliverynya smooth. 650 series lebih torquey.